Selepas menelusuri Pasar Jongke, aku sejenak berdiri di atas sebuah jembatan penghubung dua sisi Jalan Dr. Rajiman yang terpisahkan oleh Kali Solo. Kuperhatikan lekat-lekat sungai selebar sepuluh meter itu yang airnya tampak mengering berwarna kecoklatan.
Sore hampir menyentuh pukul lima, dari salah satu sisi jembatan itu, aku menunggu kedatangan taksi online yang kupesan.
Tak lama, lima menit kemudian taksi online itu tiba. Aku bergegas menaikinya di bangku depan, bersebelahan dengan pengemudi.
“GALABO ya, Mas!”, aku mengonfirmasi tujuan.
“Wah, GALABO jam segini belum siap, Mas. Para pedagang masih menyiapkan makanan yang akan dijualnya”, pengemudi muda itu memberikan informasi penting.
“Waduh….Mas, saya sebetulnya sedang survey tempat wisata untuk sebuah acara penting kantor saya. Mas ada rekomendasi tempat yang bisa dikunjungi buat para peserta acara itu nanti?”.
“Bagaimana kalau saya antar ke Taman Pelangi?”
“Oke lah Mas, daripada saya menunggui GALABO yang belum buka”.
“Okay, kita meluncur kesana ya, Mas!”.
Tak terasa, taksi online yang kutunggangi sudah meninggalkan daerah Laweyan. Perlahan tapi pasti merangsek ke arah timur melewati Jalan Abdul Rahman Saleh, berlanjut ke Jalan Monginsidi dan sedikit berjalan kencang di ruas Jalan Kolonel Sutarto.
Setelah berjibaku di macetnya jalanan Solo maka aku tiba di Taman Pelangi pada pukul 18:41.Secara keseluruhan aku telah berpindah sejauh sepuluh kilometer dalam waktu tiga puluh menit.


Taksi online berhenti di salah satu slot parkir di halaman depan yang luas. Aku segera turun dan menuju ke loket penjualan tiket masuk.
“Masih buka, Mbak?”
“Baru saja buka jam 17:00 tadi, Mas. Kita tutup jam 23:00”.
“Berapa harga tiket masuknya, Mbak? “
“Dua puluh lima ribu, Mas”.
“Oh, baik. Saya beli satu tiket ya, Mbak”.
“Baik, Mas”.
Aku segera memasuki taman setelah memiliki tiket dalam genggaman. Memasuki area taman, aku langsung faham bahwa ini adalah wisata malam yang menggoda setiap pengunjungnya dengan permainan cahaya di setiap sisi dan sudut taman. Taman berusia tiga tahun ini penuh dengan cahaya.
Hanya saja aku datang terlalu awal, pukul enam sore di kota Solo belum mampu menggelapkan langit. Permainan lampu itu keindahannya belum terlihat sempurna karena langit masih saja terang benderang. Menurut penjaga loket, waktu terbaik untuk berkunjung di taman ini adalah diatas pukul delapan malam.
Tetapi itu semua tak masalah bagiku, karena aku datang ke tempat ini hanyalah untuk melakukan survey lokasi wisata untuk kandidat destinasi Marketing Conference.


Tak sampai setengah jam berkeliling taman, aku mulai melangkah keluar meningglkan taman. Kemudian aku mulai berfikir mengambil kesimpulan. Sepertinya Taman Pelangi ini tidak akan kujadikan destinasi bagi para peserta Marketing Conference karena jenis wisata yang ditawarkan taman ini tidak cocok dengan konsep acaraku. Tapi setidaknya aku memperkaya opsi destinasi yang bisa menjadi masukan untuk panitia Marketing Conference.
Aku segera memesan taksi online kembali karena pukul tujuh malam nanti, aku harus sudah berada di GALABO. GALABO adalah wisata kuliner malam di daerah Kedung Lumbu.
Aku akan menikmati makan malam di tempat itu.
One thought on “Survey Dadakan di Taman Pelangi”