Meninggalkan Aspire Park di sebelah utara, aku bersiap memasuki sports complex yang membentang di bagian utara hingga ke barat dari Aspire Zone. Cukup luas, sports complex ini didominasi oleh lapangan bola, baik lapangan untuk latihan ataupun lapangan laga resmi.
“Private Field No Access”, papan berwarna merah jambu diletakkan di sisi lapangan dan tampak terlihat jelas oleh siapapun yang melewati jalan itu.

Menyelinap melalui sisi Aspire Park Childrens Playground, aku leluasa berdiri di sisi lapangan tempat tim nasional sepakbola Qatar berlatih.
Di timur lapangan latihan terdapat Sport Accelerator Building yang merupakan pelopor yang menyatukan bisnis olahraga-olahraga utama di Qatar dalam satu naungan atap. Gedung berkelir selang-seling biru putih ini tampak gagah dengan The Torch Doha menjulang tepat di belakangnya

Dari sini, aku berpindah ke jalan di sebelah utara. Sejajar dengan jalan tempatku keluar dari Aspire Park. Salah satu sisi jalan langsung menyuguhkan bangunan modern bertajuk Aspire Academy, sebuah sekolah atlet yang cukup terkenal di Qatar dan telah berusia 16 tahun. Semua tampak biru dengan dinding kaca yang lebar dan lengkungan atap yang futuristik. Aku mulai memasuki kawasan Aspire Academy, sebuah sekolah atlet


Aspire Academy dilengkapi dengan Aspire Dome, gedung serbaguna terbesar di Qatar. Sebuah arena yang mampu menyelenggarakan tiga belas cabang olahraga berbeda dalam satu waktu. Dome ini bisa dikondisikan untuk dipakai dalam berbagai cuaca. Di dalamnya juga terdapat lapangan sepak bola ruangan tertutup.

Landmark utama Aspire Zone ada di sebelah tenggara, yaitu Khalifa International Stadium. Sering dipanggil dengan nama National Stadium. Seperti bandara megah negara mereka, gelanggang sepakbola ini juga mencatut nama Emir Qatar, Khalifa bin Hamad Al Thani. Inilah kandang resmi tim nasional sepakbola Qatar dengan empat puluh ribu kapasitas tempat duduk.
Di empui oleh Qatar Football Association, stadion ini adalah saksi dimana Australia dijungkalkan oleh pasukan samurai biru dengan gol tunggal Tadanari Lee pada perhelatan final AFC Asian Cup 2011.


Masih di Aspire Zone, melangkah sedikit ke barat stadion, aku lalu berada tepat di bawah sebuah hotel setinggi 300 meter. Sering disebut dengan panggilan Aspire Tower, walaupun nama resminya adalah The Torch Doha.
Adalah buah karya konsultan arsitektur dari Perancis, inilah bangunan yang saat ini masih menjadi yang tertinggi di Doha. Hotel tiga puluh enam lantai ini telah menyumbang jasanya untuk Qatar sebagai focal point pada perhelatan Asian Games ke-15.

Dan tepat di tenggara The Torch Doha terletaklah Aspire Mosque yang biasa digunakan untuk beribadah oleh para pengunjung.

Masjid itulah titik akhir perjalananku di Sports Zone. Bagaimana, keren kan Aspire Zone?
Yuk kita masuk ke Villaggio Mall….Deket banget kok, jalan kaki sedikit lagi.
Edyaaan…. Fasilitas kelas dunia!
Lha piye mas…duite minyak karo gas bumine ra entek-entek. Cuma seluas 2x pulau Bali tapi masuk 3 besar negara penghasil minyak dunia…..jumlah warga cm 700ewu…..piye ra turah turah mas duite….mangkane dibuang buang buat balapan motor njur piala dunia….wiesss indonesia lewat