Tepat pukul 5:16 pagi, apron shuttle bus putih milik Qatar Aviation Services (QAS) menyelesaikan tugasnya dalam mengangkut semua penumpang Kuwait Airways bernomor terbang KU 621. Qatar Aviatin Services sendiri adalah perusahaan utama yang berfokus pada ground handling di Hamad International Airport (HIA).

Dari ketibaan, perlu waktu tiga puluh menit hingga menyelesaikan proses imigrasi, lalu melintasi exit gate dan menikmati segarnya suasana Arrivals Meet and Greet Hall.

Arrivals Meet and Greet Hall


Berburu informasi tentang pariwisata Qatar di information desk, aku terdiam memperhatikan tampilan di neon box. Dipaparkan pola yang menunjukkan bahwa HIA telah mendapatkan Airport Carbon Accreditation Level 3. Ini menunjukkan bahwa bandara ini mampu merespon perubahan iklim melalui program optimasi energi dan berhasil dalam kolaborasi bersama stakeholders dalam mengelola emisi pihak ketiga.

Waktu yang terlalu pagi mampu menidurkanku si sebuah kursi bercover kulit warna cokelat dan terletak di bawah pohon kurma yang menjulang tinggi di ruangan.

Satu setengah jam kemudian, aku terperanjat. Matahari mengintip ruangan dan pengunjung bandara sudah ramai berlalu-lalang. Pergilah aku ke sayap timur untuk berbasuh dan mempersiapkan diri untuk meninggalkan bandara.


Dua botol minum yang mengering sejak semalam kini terisi. Aku meninggalkan area depan toilet yang dihiasi sekawanan kijang bertanduk panjang yang disebar di sebuah sisi hall. Cokelat mengkilat bak kijang petarung.


Di sayap barat, aku berburu money changer. Sedikit tricky untuk menemukannya, sedikit masuk ke kanan dari hall utama. 144 Dollar Amerika berganti menjadi 479 Riyal Qatar, lalu tersisih 70 Riyal untuk membeli SIM Card berkuota 2,5 GB dengan masa berlaku 30 hari.


Aku menemukan lagi karya seni kontemporer setelah menukar Dollar. Karya tanpa nama sebagai bentuk penghormatan kepada para pekerja pembangun HIA. Tampak tanda tangan mereka tertoreh pada karya seni ini.

Masih di sayap barat, selesai melengkapi diri dengan air minum, SIM Card dan beberpa lembar Riyal, tiba saatnya menuju ke kota menggunkan airport bus bernomor 727. Untuk menaikinya diperlukan KARWA Smart Card yang bisa dibeli di automatic ticketing machine di ruang tunggu airport bus terminal.

Departure Hall
Jika empat hari sebelumnya aku menuju kota menggunakan airport bus, maka saat meninggalkan Doha, aku menggunakan Doha Metro menuju HIA. Ingin merasakan perbedaan saja. Dari Casper Hotel, aku menaiki Free Doha Metrolink Shuttle Service. Bus warna cokelat berkelir pink itu menurunkanku di Stasiun Oqba Ibn Nafie. Meluncur bersama Doha Metro, berselang satu stasiun, aku sampai di Stasiun Hamad International Airport T1.

Sebelum melewati airport car park, menara HIA Mosque menjadi pemandangan terbaik pada lintasan skybridge yang menghubungkan Stasiun Doha Metro dan Terminal 1. Kemudian, travelator menyelematkan otot betisku yang kelelahan setelah lima hari menelusuri jalanan panas Doha.



Kini aku terduduk di check-in counter zone menunggu nomor penerbangan milik Philippines Airlines muncul di salah satu dari 12 layar LCD yang terpajang di tembok etalase. Bak menunggu nomor lotre, aku girang ketika nomor itu benar-benar muncul. Bergegaslah aku menuju konter check-in PR 685 yang tampak senyap.

“Hi, please queue, Sir!” tegur ground staff yang otomatis mengerem langkahku. Dia menunjuk antrian warga Philippina yang bermula dari sebuah tiang bandara. Mereka semua menertawakanku dan menyungkurkan mukaku dalam rasa malu.

Selesai mengecap passport, aku menuruni tangga dan menemukan impian lama. Tampak jelas lucunya Lamp Bear yang duduk tak berdaya tertancap pada sebuah tiang lampu berwarna hitam. Setiap yang melintas berebut mengabadikan dirinya dengan si beruang naas itu. Seorang Bangladesh akhirnya membantu mengabadikan diri dengan si beruang.


Aku mulai mencari keberadaan gate D3, gerbang dimana aku terbang ke Manila. Menaiki sebuah escalator dan bersambung dengan skytrain menuju concourse D. Dalam 2 menit, skytrain menurunkanku di hall baru dengan banyak percabangan menuju ke seluruh gate di councourse D dan E. Percabangan itu ditandai dengan seni kontemporer bertajuk “Cosmos” di tengahnya.



Akhirnya aku sampai di ruang tunggu gate D3 dan menanti Philippines Airlines tiba untuk menjemputku.

Gimana Hamad International Airport, Megah sekali kan?.
mantaaap mas Donny, tetap produktif menulis konten traveling di masa pandemi.
Banyak sekali cerita travelingnya 👍
Semangat berbagi aja Ai yang menuntunku untuk menulis. Berharap kisahnya bisa menjadi panduan bagi mereka yang akan melakukan perjalanan yang sama.🙂
Alhamdulillah, tetap semangat menulis dan sharing pengalaman travelingnya mas Donny.
Semoga tulisan-tulisannya bermanfaat untuk mereka yg mencari dan membaca tulisan mas Donny. Aamiin 😇
Kalau luput ngeliat antrean kayaknya saya belum pernah, Mas Donny. Tapi kalau salah antrean check in pesawat, saya pernah….. beberapa kali hahahaha… Isin. 😀
Itu gegara sdh homesick mas…pengen ndang balik…..21 hari ngelayap sendirian…..kaya pengembara zaman mojopahit mas.