Tiga Tarian Melayu di Merdeka Walk

<—-Kisah Sebelumnya

Selepas mencicip pecel lele khas Waroenk Nenek, langit terlihat sesekali melempar kilat. Seakan mengumumkan kepada penduduk bumi bahwa sebentar lagi dia akan menjatuhkan hujan yang tak mampu ditahannya lagi.

Sepertinya aku tak pernah mengindahkan pengumuman itu. Tombol hijau “Order GoRide” sudah terlanjur kusentuh dan mengundang pengendaranya hadir dihadapanku dalam 4 menit. Bermotor sepanjang 4.5 km, aku turun tepat didepan gedung Pos Indonesia. “Anno 1911” tertulis tepat diatas jendela tua dengandaun kolom empat baris tiga, telah menjadi akta lahir gedung itu, artinya usianya telah beranjak 109 tahun.

Gerbang warna-warni Merdeka Walk yang hanya berjarak 150 meter dari titik turun, kudekati dengan berjalan kaki. Kali ini aku melewati gedung tua berikutnya yang telah menjadi kantor Bank Indonesia dan disebelahnya lagi kutemukan Old City Hall yang elegan tersiram lampu tembak berwarna kuning dari atapnya.

Tibalah di pertigaan besar, tepat di depan adalah destinasiku berikutnya dan di seberang selatan itu adalah Gedung Bank Mandiri.
Old City Hall di Utara Bank Mandiri

Perlahan aku menapak memasuki pusat kuliner kota Medan. Pepohonan besar menjadi pemandangan pertama yang menarik perhatian mata. Betapa rindangnya jika tiba di siang hari, perandaian yang kubayangkan seketika.

Yuk lah, masuk!….Jangan bengong aja donk.

Deretan panjang meja dan kursi diatur memanjang mengikuti arah tenant yang berbaris sejajar dengan Jalan Balai Kota menyambutku. Tak menghitung tapi mendengar bahwa Merdeka Walk menyediakan 700 kursi untuk para pengunjung.

Nongkrong disitu enak deh kayaknya.

Tempat ini juga menyediakan variasi menu dari makanan Asia hingga ala Eropa. Tapi ya begitulah diriku, kamu pasti bisa menebaknya….Aku tak pernah sekalipun duduk dan mencicipi makanan di tempat ini.

Duduk situ juga asekkk….Sepertinya lagi.

Kedua sayap tenant Merdeka Walk akan berpusat pada satu area lapang yang disebut Center Piece. Malam itu, area ini disulap menjadi sebuah panggung berkarpet merah yang berfungsi sebagai jalur catwalk. Musik keras yang dihantarkan oleh sound system di belakang panggung di sambut dengan ayunan langkah kaki-kaki kecil dalam satu garis lurus. Model-model cilik itu mampu bergaya bak model dewasa dan berpengalaman.

Di Center Piece juga sedang ada aktivitas syuting TV lokal.

Tak berselang lama, langit benar-benar menumpahkan hujan dengan derasnya. Tak kubayangkan, mereka yang menyeruput kopi panasnya dengan cepat atau mereka yang mengunyah hidangan yang baru saja disajikan dengan tempo tinggi pula….Geli melihatnya. Sementara aku?….Gampang….Tinggal lari dan berteduh di sebuah tenant kosong lalu menunggu hujan selesai.

Ada apa di belakang Merdeka Walk?.

Malam semakin beranjak, dalam gerimis lembut aku menuruni anak tangga di bagian belakang Merdeka Walk untuk melihat aktivitas di Lapangan Merdeka. Sepertinya lapangan ini menjadi area pilihan buat anak-anak yang memungkinkan baginya untuk berlarian dengan lega atau sekedar berkendara keliling dengan mobil-mobilan yang bergemerlap lampu warna-warni.

Pendopo.

Kemudian langkahku sampai pada sebuh pendopo besar dimana para beberapa keluarga berkumpul sembari menggelar tikar dan menikmati makan malam bersama dengan bekal rantang dari rumah. Sungguh keluarga harmonis.

Dan ketika bermaksud mengakhiri kunjungan di Merdeka Walk, aku mendengar sayup musik melayu yang selang beberapa waktu terdengar suara seseorang yang kuduga adalah MC. Suara itu bersumber dari utara. Aku pun bergegas menghampiri

Ternyata pertunjukan gratis tarian Melayu.

Sejenak aku menikmati 3 buah tarian Melayu yang diselenggarakan tepat di depan Bangunan “Tourist Service” yang berwarna hijau kekuningan.

Malam penutup yang indah di Medan karena keesokan harinya aku akan menuju Danau Toba….Tak sabar rasanya.

Kisah Selanjutnya—->

10 thoughts on “Tiga Tarian Melayu di Merdeka Walk

Leave a Reply