Aku tak pernah memberi kesempatan sedikitpun terhadap otak untuk berfikir panjang. Menunggang ojek online, aku mengucap sayonara pada Terminal Amplas yang sepertinya tak rela ditinggal pengunjung yang sudi meluangkan waktu untuk mengenalnya.
15 menit kemudian, aku sudah hinggap di destinasi utama kota Medan. Tak lain lagi dialah:
1. Istana Maimun
Istana yang namanya bermakna “Berkah” ini telah berjasa selama hampir 130 tahun merepresentasikan agungnya Kesultanan Deli. Dibangunnya istana ini sekaligus sebagai penanda berpindahnya ibukota kerajaan dari Labuhan ke Medan.

Menebus tiket masuk bernilai Rp. 5.000, aku menjelajah setiap sudut istana dan terus mengagumi setiap detail perpaduan arsitektur India, Timur Tengah dan Eropa. Lima hektar area istana membuat siapa saja leluasa menikmati keindahan istana dari berbagai sisi pandang.
Destinasi berikutnya hanya berjeda 2 menit dengan berjalan kaki, yaitu:
2. Masjid Raya Al Mashun
Terletak di barat istana, bangunan suci bersegi delapan ini berdiri megah tak bergeming melintas masa. Karya fenomelal milik Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam ini menyiratkan bahwa beliau lebih mengutamakan keagungan masjid dibanding istana tempat tinggalnya.

Tepat waktu Dzuhur, aku menyempatkan diri berbaur dengan masyarakat Medan untuk mencicipi sejuknya hawa masjid tua berusia 110 tahun tersebut. Kemegahan masjid merupakan penanda kemakmuran Kesultanan Deli di masanya.
Jangan beranjak dulu dari area sekitar istana dan masjid karena masih ada satu tempat lagi yang diyakini sebagai peninggalan Kesultanan Deli, yaitu:
3. Taman Sri Deli
Melangkah 100 meter ke utara masjid, aku telah hadir di pusat taman. Untuk meresapi nilai sejarahnya, aku mencoba membayangkan menjadi putra Sultan yang sedang bersantai di sore hari kemudian membasuh badan di kolam trapesium yang terletak di tengah taman.

Taman ini menjadi penutup eksplorasi mengenang kejayaan Melayu dibawah pimpinan Sri Paduka Tuanku Sultan (gelar Sultan Deli).
4. Menara Air Tirtanadi
Terus berjalan mengambil arah utara, dalam 800 meter aku menemukan tandon air raksasa milik PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Penampung air raksasa ini telah lama menjadi wisata landmark kota.

Siapa sangka toren belang merah putih ini adalah buatan Belanda di permulaan abad 20. Sesuai makna nama Sansekertanya, Tirtanadi memiliki peranan vital dalam mensuplai kebutuhan air bersih warga kota sejak pertama kali dibangun hingga kini.
Tahu kan arti kata Tirtanadi?….Yups, Tirta berarti air dan Nadi bermakna kehidupan.
5. Museum Uang Sumatera
Ayo melangkah lagi !….Tanggung nih.
Sekitar 300 meter di barat Tirtanadi Tower, aku menemukan koleksi berbagai rupa uang dari berbagai zaman dalam sebuah museum yang pendiriannya diinisiasi oleh seorang kolektor uang bernama Saparudin Barus.

Museum ini tidak bertiket masuk. Hanya saja mereka akan memberikan souvenir berupa 2 uang koin dengan lubang ditengah dan dihargai Rp. 10.000.
6. Tjong A Fie Mansion
Kali ini, aku singgah di destinasi penting lain kota Medan. Ini adalah rumah saudagar kaya raya keturunan Tiongkok yang mempunyai peran besar dalam pembangunan kota. Sang dermawan ini bernama Tjong A Fie. Dan yang tersisa selain dari kebesaran namanya adalah rumah tempat tinggal beliau.

Aku rela membayar tiket masuk seharga Rp. 35.000. Tetapi nilai itu terbayar lunas begitu memahami cerita tempoe doeloe yang membahas setiap sisi rumah dan menapak tilas kiprah Tjong A Fie dalam membesarkan bisnis dan membangun Medan.
7. Kampung Madras
Tak ada alasan shahih yang bisa kujelaskan mengapa aku harus mengunjugi Kampung Madras. Satu alasan sederhana saja, itu adalah efek domino karena aku menginap di Dazhong Backpacker’s Hostel yang berada di pusat Kampung Madras.

Madras diambil dari nama sebuah daerah di India Selatan yang merupakan asal nenek moyang warga Medan keturunan India Tamil.
8. Waroenk Nenek
Selesai bertemu teman dekat di Medan, gelapnya hari membujuk untuk kembali ke hotel. Tetapi badai lapar yang tak terbendung , membuatku terpaksa mencari makan malam sebelum aku benar-benar sampai di hotel.

Hinggaplah langkah di sebuah rumah makan bermoto “Semua Ada” di bilangan Jalan Patimura. Seporsi pecel lele yang disuguhkan oleh dara-dara cantik berhijab menjadi hadiah terindah malam itu.
9. Merdeka Walk
Segarnya badan setelah makan malam membuatku urung kembali ke hotel. Aku menambah kembali koleksi dengan mengunjungi pusat kuliner dan hiburan kota yang biasa dipanggil eMWe.

Dibuat pada 2005 dan mampu menampung 700 pengunjung dalam satu waktu menjadikan tempat ini sebagai destinasi favorit saat weekend tiba. Terutama buat anak-anak muda yang ingin melepas penat setelah berkerja padat sepanjang minggu
10. Pendopo Kota Medan
Masih satu area dengan Merdeka Walk yang menempati salah satu sisi Lapangan Merdeka. Pendopo ini akan menjadi pusat alun-alun kota Medan di masa depan pasca revitalisasi yang sedang dirancang oleh pemerintah kota.

Ketersediaan taman di sekitar pendopo menjadikan tempat ini ramai akan berbagai aktivitas dari sekedar berkumpul bersama keluarga, berolah raga ataupun aktivitas beberapa komunitas muda Medan.
Itulah kunjungan kilat di Medan yang membuatku rindu untuk kembali.
Aku pernah lewat masjid raya terus mampir ke Istana Maimun pas jalan kaki dewean dari pool Pelangi di barat ke pool ANS di timur…. pegel juga jalan kaki 4 jam gendong keril bwahahaha…
Btw aku masih penasaran sama rumah Tjong A Fie, dan museum uang keknya menarik juga itu 😀
Rumah Tjong A Fie yang menyimpan banyak sejarah yang tak terungkap…..hayo balik lagi sana mas…hahaha
Someday, Mas Donny hehehe 😀
Kolaborasi lah ama saya….hahaha, tembus Atjeh
Seru tuh keknya. Aku penasaran sama hinterland Aceh. Baru sampai ke Sabang soalnya, naik bis Medan-Aceh yang kinclong-kinclong itu terus nyeberang ke Pulau Weh. Hahahaha.
Wahhhh….gantiiiii tujuan, jangan ke Atjeh…Anda sudah pernah, ga seru …..hahahaha
Hahahaha 😀
Great content! Super high-quality! Keep it up! 🙂
Thank you very much
I have been to Medan for about five years ago. Looking on these photos, I want to say, that this city has changed so much, since my last visit.
Yes, maybe…..some cities in Indonesia had developed in last several years. So, please come to Medan again😁