Tak semudah yang dibayangkan membaca denah transportasi umum Macau. Karena itu pulalah, aku tak kunjung menemukan bus nomor berapa dan halte di jalan mana yang bisa memindahkanku dari Ruins St. Paul menuju Macao Tower yang jarak buminya sekitar 3,5 km

Setiap halte yang kutemui, aku selalu mencari keberadaan rute bus no. 9A tapi tak kunjung juga kutemukan….Guwe bukan nyasar….Hanya sedikit mengalami disorientasi.
Aku terduduk lama di sebuah halte….lupa di jalan apa?….Duduk menenangkan diri dan berusaha memahami lembaran peta bus yang cukup lebar. Setiap orang yang datang ke halte, memperhatikan wajahku yang tentu berbeda warna dengan mereka.
Sepertinya Aku mulai memahami rute itu setelah sekian lama memeloti detail isi peta.
Dipandu oleh kompas kecilku, aku mulai melangkah ke selatan….Aku berusaha untuk tidak berbelok dari ruas jalan Largo de Santo Agostinho yang kutahu akan mengantarkanku di sebuah halte bus yang akan dilewati oleh bus no 9A.


Aku harus segera menemukan dan menaiki bus itu sebelum terjebak gelap ketika pulang dari The Venetian sore nanti. Aku berbelok ke kanan untuk menyusuri jalan Avenue Da Praia Grande dan kemudian menyeberang ke jalan Avenue Dr. Stanley Ho yang kuduga menjadi letak halte bus yang kucari.
Girang bukan main, ketika aku menemukan halte yang kumaksud di jalan tersebut. Nama halte tersebut adalah Shelter Praca Jorge Alvares. 10 menit kemudian aku sudah berada di dalam bus no. 9A yang mengarah ke Macao Tower.
Memasuki bus penuh dengan keringat setelah berjalan dalam siraman sinar matahari selama 15 menit di jalanan Macau yang panas.

Tower itu terlalu tinggi untuk dimasukkan ke dalam frame foto handphoneku. Berkali-kali mencoba dan tetap gagal, menara itu tak bisa masuk seutuhnya. Aku harus mengambilnya dari titik yang lain.
Teriknya surya memaksaku untuk sejenak memasuki bangunan yang berfungsi sebagai toilet di sekitar pelataran Macao Tower.



Menuju pelataran belakang Macao Tower, aku berusaha mencari pepohonan yang rimbun untuk menikmati keindahan menara itu dengan lebih leluasa.

Aku sengaja menunggu surya yang bersiap meluncur dalam senja. Dan kegembiraan pun datang. Semakin turun sang surya semakin berdatangan pula masyarakat Macau di pelataran tempatku duduk.
Dari sekian banyak warga lokal yang beraktifitas di pelataran itu, aku lebih tertegun pada seorang atlet muda nan cantik yang sedang di dampingi pelatihnya yang berkalung stopwatch. Push up, sit up dan lari sprint menjadi pelajaran si cantik yng harus dilahapnya tiap detik berjalan.
Kian lama, suhu udara semakin menurun. Aku bergegas meninggalkan tempat duduk yang berada di sebelah kolam air di pelataran belakang tower.

Berpindah ke pelataran depan untuk melihat secara live aktivitas bungee jumping yang pesertanya dilempar dari atas tower itu. Perlu kamu ketahui bahwa tower setinggi 338 meter itu, selain digunakan untuk observasi dan hiburan, juga digunakan untuk telekomunikasi dan penyiaran.
Setahuku, untuk ber bungee jumping di Macao Tower memerlukan biaya hingga jutaan Rupiah.

Tepat pukul 15:30 aku mulai meninggalkan tower dengan menunggu kedatangan bus nomor MT4 di halte Torre/Tunel Rodoviarios di sebelah kiri pelataran depan Macao Tower.

Aku menuju destinasi terakhirku di Macau….The Venetian.
Keren…
Btw, atlit cantik kenapa tak difoto boss? He he he piss
Takut Ga bisa tidur kalau difoto…..aku menjadi lemah kalau lihat wanita cantik…..halahhhh
Ha ha ha
Begitu juga ketika melihatmu….. Aku menjadi lemahh….. Lohhhhh….. #rayuangombal….. Hohoho
Whats??? Ha ha ha
Hahaha…. Just Kidding…… Wkwkwk.