Tulisan pertamaku tentang Thailand tak akan kuambil dari Bangkok yang menjadi Ibukotanya. Tapi Aku akan membuatmu penasaran dengan menghadirkan Phuket.
Membayangkan keindahan Phuket sejak 2013, Aku baru benar-benar bisa melihat keindahan itu dengan mata telanjang pada 2019. Enam tahun lamanya Aku hanya bisa melihat Phuket dari sebuah foto yang kutempel di meja kerjaku. Banyak alasan tentunya kenapa harus selama itu. Mulai dari waktu, kesibukan dan tentunya dompet….hihihi, kayaknya masalahku yang terakhir itu deh.
OK, by the way….
PHUKET….merupakan sebuah propinsi ber-area pulau di sebelah selatan Bangkok. Jika diukur, panjangnya sepanjang Jakarta-Cikampek dan lebarnya hanya sepanjang Jakarta Timur ke Jakarta Barat.
Phuket memang terkenal dengan wisata pantainya. Tapi jangan salah, 70% wilayahnya adalah perbukitan. Artinya, Kamu bisa melihat keindahan kota dan pantainya dari atas.
Atas dasar itulah, sebelum menikmati segenap pantai di Phuket, Aku melakukan satu hal yang jarang dilakukan turis lainnya….Yes, Aku mulai menanjaki perbukitan itu untuk melakukan “Phuket helicopter view”.
Siang itu, maskapai Nok Air mendaratkanku di Phuket Internatonal Airport. Disambungkan dengan airport bus, Aku benar-benar diturunkan tepat di pusat kota. Selepas check-in di Fulfill Phuket Hostel dan lunch di sekitarnya, Aku segera bergegas menggeber sepeda motor sewaan ke sebuah bukit di barat laut hotel.
1.Khao Rang Viewpoint.
Khao Rang atau Rang Hill adalah sebuah viewpoint yang terletak di utara Phuket. Menurut petugas yang kutanyai, Khao Rang biasa dikunjungi penduduk Phuket di malam hari selepas penat bekerja atau di weekend untuk merayakan libur setelah 5 hari sibuk bekerja.
Kebetulan sekali Aku hadir disini pada Minggu siang, jadi sangat mudah menemukan warga Phuket yang hilir mudik.
Hanya perlu waktu sekitar 10 menit dari Fulfill Phuket Hostel untuk benar-benar masuk ke Khao Rang melalui gerbang selatan (ada dua gerbang untuk menuju Khao Rang, satu di selatan dan satu lagi di utara).
Memarkirkan motor dengan terburu-buru karena ketidaksabaranku melihat bagaimana wajah Phuket, Aku tak memperdulikan banyak pasangan muda-mudi yang terlihat duduk bermesraan di setiap sudut Khao Rang.
Aku segera melihat sekitar untuk menentukan dari titik mana akan melihat Phuket. Yes…..itu viewpoint yang kucari:

Wadaaawww…..tata kota Phuket yang dibatasi dengan garis pantai dan tersekat-sekat dengan perbukitan kecil disetiap sisi pandang membuatku tertegun lama dan mengalahkan panasnya sengatan matahari siang itu.



Jika mau lebih lama di Khao Rang, Kamu bisa menikmati Phuket sambil menyantap kuliner khas Negara Gajah Putih di Tunk Ka Cafe. Kalau ga mau masuk cafe karena mahal, Kamu cukup menikmati jajanan ringan atau air kelapa di beberapa stand makanan diluar restoran itu.
Lalu Aku?…..Kagak beli apa-apa…..Aku lebih memilih kabur ke viewpoint berikutnya.
2. Phuket’s Big Buddha
Keluar dari area parker Khao Rang, Aku mengarahkan sepeda motorku ke arah barat daya. Aku bersama motorku akan menjelajah sejauh 20 km untuk menuju patung Big Buddha.
Melewati panasnya jalanan Phuket, Aku menyempatkan mampir di sebuah pasar tradisional di tengah perjalanan. Menyibak seisi pasar untuk melihat orang-orang lokal berniaga, perlahan Aku mendengar sayup-sayup bahasa Sunda diantara riuh rendahnya nada pasar.
“Aku harus menemukan orang ini”, batinku. Kudekati suara itu hingga menemukan dua anak muda asal Sukabumi yang sedang menjalani pertukaran pelajar yang menjadi program sebuah SMK Pariwisata di daerahnya. Dia ditugaskan di sebuah resort di Phuket dan saat itu sedang berbelanja atas perintah sang kepala koki.
Meninggalkan pasar, Aku kembali meneruskan perjalanan mendaki bukit yang meliuk-liuk menuju puncak.
Kuperhatikan para turis asal China bersukaria menaiki ATV menuju ke tempat yang sama, bahkan beberapa bule terlihat menuju puncak bukit dengan ber-jogging dan beberapa berjalan kaki….gile, itu kan jauh banget.
Boleh dikatakan ini “combo venue”. Karena selain mendapatkan viewpoint yang lebih tinggi, Kamu juga akan sekaligus menikmati keindahan dan kesakralan patung ini.
Tibalah Aku di Big Buddha

Berjalanlah ke ujung plaza patung raksasa itu, inilah yang akan Kamu dapatkan:

Big Buddha menjadi trip penutup dari segenap pendakianku pada Minggu itu.
Aku harus bersabar untuk mendaki lagi dikeesokan hari.
3. Kao Khad View Point
Hari berikutnya….
Aku akan lebih lama duduk di Kao Khad, jadi kuputuskan memasuki Family Mart di seberang hotel untuk menyiapkan beberapa kacang kemasan dan soft drink untuk menikmati keindahan Phuket.
Menuju selatan, Aku kembali turun ke jalanan Phuket. Kali ini Aku akan menempuh jarak 8 km. Melewati kemacetan di beberapa titik jalan yang sedang direnovasi hingga proyek pembuatan underpass, Aku menikmati wajah-wajah lokal yang sedang bergerak menuju ke tempat mencari nafkahnya masing-masing.
Viewpoint yang tak begitu tinggi memudahkan motorku untuk berjalan lebih kencang dan mencapai tujuan hanya dalam 12 menit.
Ini dia, Kao Khad viewpoint:


So…..setelah melihat sedikit pemandangan yang kuberikan….Maukah Kamu ke Phuket?
Semua ciamikkkk keculai gambar yang orang pake tas punggung merah. Itu sangat mengganggu pemandangan he he he… OPS sorry bercanda.
Sejujurnya sebelum dan setelah membaca ini, ingin ke Phuket. Tapi apa daya,,, biarlah tetap menjadi pembaca saja.
Typo: keculai=kecuali
Wah kacau tuh orang…. Parah…. Gangguin pemandangan aja kerjaannya…… Usir aja deh tuh orang…..
Yupz,,,harus diusir ha ha ha
Jangan donk…. Kasian….sendirian dia, jauh jauh dari Jakarta….. Wkwkwkwk
He he he…waduh, iya juga ya.
Nah makanya itu….. Kecuali kalau buat kerusuhannya di Sumatera Utara….. Boleh lah diusir… Kan deket…. 😁😁😁
Duh, Phuket,, semua foto-fotonya bikin terpana.
Phuket mulai membuatku penasaran ketika nonton film “The Beach”-nya Leonardo Dicaprio.
Hingga saat ini baru sebatas penasaran, alasan belum terealisasi ada di masalah isi dompet 😥
Kadang memang begitu….. Keinginan mengharuskan perjuangan. Tapi menjaga keinginan untuk tetap ada itu perlu….tetap semangat yess….😁.
Btw, Sungguh Phuket itu keterlaluan…. Sudah kesana aja masih kangen…. Parah tuh destinasi.