
Pernah berkunjung ke Istana Merdeka?. Atau berkunjung ke Balai Kota DKI Jakarta?. Ya, kedua tempat penting di Jakarta itu sering menawarkan wisata berkunjung.
Nah, bagaimana dengan Kota Solo?.
Yupsz, kota Solo juga memiliki wisata serupa. Tempat yang menjadi pusat perhatian untuk wisata sejenis adalah Loji Gandrung, rumah Dinas Walikota Solo yang terletak di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi.
Malam semakin melaju, waktu hampir menyentuh jam sembilan malam ketika aku selesai merancang sebuah teaser Marketing Conference. Beruntung aku mendapat bantuan dari staff design di Jakarta. Aku juga sudah mem-blast teaser itu ke nomor Whatsapp dan email para calon peserta Marketing Conference.
Kini aku berfikir kembali tentang destinasi berikutnya. Tugasku kali ini adalah memilih beberapa destinasi yang berada di sepanjang jalur Kereta Wisata Jaladara yang akan disewa untuk berkeliling Kota Solo di hari kedua Marketing Conference. Maka di waktu tersisa sebelum semakin larut, aku akan mensurvey setidaknya tiga tempat wisata yang letaknya berdekatan saja.
Aku segera memesan taksi online, lalu meluncur ke pusat Kota Solo. Aku bergerak ke selatan sejauh lima kilometer daerah Manahan menuju daerah Laweyan.
“Loji Gandrung ya, Mas!”, pintaku pada pengemudi taksi online.
“Wah sudah tutup, Mas”
“Oh tidak apa-apa, Mas. Saya cuma ingin mencari informasi saja disana”.
“Oh baik Mas. Loji Gandrung memang populer di Kota Solo, Mas. Dahulu, Presiden Soekarno sering singgah di Loji Gandrung ketika berkunjung ke Kota Solo”.
“Wah keren ya ,Mas”, aku mulai tertegun dengan ucapan pengemudi muda itu.
Topik percakapan kami berkembang ke beberapa hal, hingga pengemudi itu menginjak rem tepat di seberang gerbang Loji Gandrung.

Tanpa ragu, aku memasuki gerbang. Rupanya sedang berlangsung renovasi di halaman depan Loji Gandrung. Aku cuma melihat ujung teratas sebuah patung perunggu yang tertutup rapat oleh deretan papan proyek. Kedatanganku membuat seorang security keluar dari pos dan dengan sigap mengarahkan langkah menujuku.
“Ada perlu apa, Mas?. Maaf ini bangunan pemerintah kota. Dilarang sembarangan memasuki halaman”, tegurnya.
“Oh maaf, Pak. Saya hanya ingin mencari informasi”
“Informasi apa , Mas?”
“Pak, kami akan menyewa Kereta Jaladara dan bermaksud menjadikan tempat ini sebagai tempat tujuan wisata di rute kereta tersebut. Apakah saya boleh tahu prosedurnya, supaya saya bersama para peserta acara bisa mengunjungi tempat bersejarah ini, Pak?”
“Wah perizinannya sedikit ketat, Mas karena sedang direnovasi. Tetapi Mas boleh mengajukan permohonan resmi ditujukan ke Kepala Bagian Rumah Tangga Rumah Dinas. Mudah-mudahan pada tangga acara bisa diizinkan masuk”.
“Oh baik, Pak. Saya berharap demikian”.
Aku memperhatikan sekitar. Bangunan Loji Gandrung ini berarsitektur sangat klasik. Ada perpaduan antara arsitektur Eropa dan Jawa. Tembok tebalnya khas Eropa ditutup dengan atap khas Jawa. Halaman depan dan belakang bangunan itu begitu luas dengan beberapa pepohonan.
Aku sadar bahwa yang berada di depanku adalah bangunan pemerintah dan aku tidak bisa berlama-lama di tempat itu. Aku harus segera undur diri dan berempati kepada security dengan tidak menggangu kenyamanan tempat itu.
Sebelum aku melangkah keluar dari halaman Loji Gandrung. Aku masih tergelitik dengan misteri proyek di sekitar halaman. Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya kepada securiry.
“Pak, patung yang terhalang oleh papan proyek itu patung siapa?”.
“Oh, itu patung Jenderal Gatot Subroto, Mas”.
Aku mengucapkan terima kasih kepada secutiry karena dia telah menerimaku dengan baik walau hanya berbincang tak lebih dari lima belas menit saja.
Kenapa harus patung Jenderal Gatot Subroto?……..
One thought on “Proyek di Halaman Depan Loji Gandrung”