“Pak Donny, lama kita tidak bertemu. Sebelum Bapak menuju hotel, mampir sebentar ya ke Solo Paragon. Kita berbincang dan minum kopi bersama!”, pesan singkat pak Arman ketika aku masih berada di waiting room Halim Perdanakusuma International Airport, Jakarta.
Pak Arman….Dia adalah suami dari klien saya, seorang Bangladesh yang menjadi WNI beberapa tahun silam.
“Bapak bersama siapa di Solo Paragon?”, aku membalas singkat pesannya.
“Saya berdua dengan anak saya kedua, pak. Saya tunggu kedatangan Bapak ya!”, pintanya sedikit memaksa.
“Baik pak Arman”.
Pukul 17:30, akhirnya Citilink QG 126 mendarat sempurna di Adi Soemarmo International Airport, Solo. Pada akhirnya, aku memang mengurungkan niat untuk langsung menuju Grand Amira Hotel by Azana di daerah Pasar Kliwon. Kuputuskan memenuhi undangan minum kopi Pak Arman.



Oh ya….
Beberapa tahun lalu, sebelum aktif menulis di blog ini, aku pernah mendarat di bandara yang sama. Hanya saja, kala itu aku dijemput seorang teman dekat menuju pusat kota. Tapi kali ini, aku akan mencoba moda transportasi umum menuju pusat kota.
Lamat kuperhatikan di sebelah timur bangunan terminal bandara, terdapat sebuah proyek pengerjaan stasiun kereta bandara yang masih setengah jadi. “Akhirnya Solo akan memiliki kereta bandara juga”, gumamku. Salut dengan perkembangan Kota Batik itu.
Gelap cepat mengakuisisi waktu, aku membatalkan eksplorasi bandara. Aku lebih memilih untuk segera mencari konter yang menjual tiket bus DAMRI. Konter itu kutemukan di selasar arrival hall sebelah timur, bersebelahan dengan konter penjualan tiket taksi.



Sore itu konter terasa sepi, bahkan aku hanya berselang satu antrian dengan seorang ibu. Dibelakangku sudah tak ada penumpang yang mengantri lagi. Berdasar informasi dari staff penjaga loket, bus DAMRI akan berhenti di tujuan akhir Terminal Tirtonadi. Menuju Solo Paragon di daerah Mangkubumen, aku dianjurkan untuk berhenti di Solo Square, pusat perbelanjaan di daerah Laweyan. Membayar Rp. 25.000 aku mendapatkan selembar tiket menuju pusat kota. “Bus sudah menunggu di shelter ya, pak”, selorohnya memberitahuku.
Dengan cepat aku menyusuri koridor menuju ke area parkir bandara. Terlihat di ujung koridor telah menunggu bus warna biru berukuran sedang. Kulihat ibu yang mengantri di depanku tadi sudah masuk melalui pintu tengahnya. Sementara sang sopir tampak melambaikan tangan kepadaku untuk segera bergegas karena bus akan segera berangkat. Walaupun kursi belum penuh, bus itu lebih mengutamakan ketepatan waktu untuk segera beranjak menuju ke kota yang berjarak sekitar 15 Km.
Sopir itu memeriksa tiketku sebelum aku masuk. Aku terduduk di bangku tengah dan tak lama kemudian bus perlahan meninggalkan bandara. Menyusuri jalan Adi Sumarmo, berlanjut di Jalan Adi Sucipto dan masuk ke Jalan Slamet Riyadi. Melewati beberapa bangunan ternama seperti De Tjolomadoe, Javenir dan Stasiun Purwosari.
Dalam waktu 20 menit, bus mulai merapat di Pusat perbelanjaan Solo Square dan aku pun turun di tepian Jalan Slamet Riyadi yang menjadi jalan protokol kota. Kufikir akan lebih baik melakukan santap malam sebelum minum kopi bersama Pak Arman. Akhirnya aku berhenti di kuliner jalanan, Aku duduk meleseh di sebuah “angkringan” dan menyantap beberapa nasi kucing dan sejumlah sate telur, sate kulit dan kerupuk. Menikmati wedang jahe di “angkringan” adalah sesuatu yang lama sekali tak kulakukan lagi. Kebiasaan ini bukan masalah murahnya harga, tetapi lebih kepada cita rasa dan cara menghabiskan malam Kota Batik.


“Pak Donny, sudah mendarat?”, Pak Arman kembali mengirimkan pesan singkat.
“Sudah pak, saya hanya berjarak 4 Km dari tempat Bapak. Sebentar lagi saya kesitu pak. Tunggu ya!”, balasku singkat.
Aku segera membayar menuku dan memesan ojek online menuju Solo Paragon Hotel & Residences. Dalam waktu 10 menit, aku tiba dan langsung menuju ke lobby.
Memasuki lobby, tampak Pak Arman dan Rishan menunggu di depan pintu. Kujabat tangannya dan berpeluk ringan kemudian kami menghabiskan waktu hingga tengah malam untuk sekedar berbincang, berbagi kabar dan menikmati latte.
Thank you Mr Arman.
Thank you Solo.
2 thoughts on “Latte Solo Paragon: DAMRI Adi Soemarmo International Airport”