Kuning Emas Istana Maimun

<—-Kisah Sebelumnya

Sebut namanya Yunus, pemuda tanggung berwajah Melayu dengan PeDe nya menepuk pundakku dari belakang. Fokusku menjepret gambar istana dari posisi terbaik pudar.

Yunus: “Bang bisa fotoin saya?”

Aku: “Oh Sinih. Jangan disitu….ke tengah aja!”, aku mengarahkan posisinya bak photographer professional.

Dia baru datang dari Pangkalan Brandan untuk mengadu nasib di kota Medan selepas meraih ijazah SMK jurusan Teknik Otomotif. Mau bekerja di bengkel tuturnya lugu. Dia begitu terpesona dengan penampilanku hingga dia menebakku sebagai seorang wartawan dengan kamera yang menurutnya berharga mahal. Padahal……

Ganti fotoin saya dong, boy!”, kataku. “Oh Okay bang, senyum bang” atur Yusuf….Jepreeeettttt….Mirip wartawankah?

Obrolan ringan kami terselesaikan dengan langkah kakiku menuju bangunan terpisah di kiri istana. Kuintip didalamya ada meriam yang ujungnya patah. Itu adalah Meriam Buntung/Puntung . Tak tanggung, potongan meriam itu jatuh sejauh 75km di selatan istana saking panasnya meriam yang di tembakkan terus- menerus.  

Konon meriam ini adalah jelmaan Putri Hijau ketika Deli diserang raja dari Aceh yang murka karena pinangannya ditolak.

“Dee Eerste Steen Van Dit Gebouw

Is Celeco Op Den

26 Augustus 1888

Door Z. H. Den Sultan Van Deli

Mahmoed El Rasjid Perkasa Alamsja

Kubaca dengan lekukan bibir mirip pak meneer di  dasar pilar tepat sebelum menaiki tangga bermarmer putih keabu-abuan.

Membenahi backpack untuk persiapan eksplorasi seisi istana dilanjutkan dengan membeli tiket masuk seharga Rp. 5.000 di anak tangga teratas maka kakiku mulai menapaki lantai istana.

Tempat duduk Raja dan Ratu.

Pintu istana berwarna kuning yang begitu banyak jumlahya, mengadopsi gaya Eropa dikombinasi daun jendela dominan hijau dengan lengkungan dibagian atas ala arsitektuk Mughal India menjadi pemandangan pertama yang ku ingat.

Pelaminan agung berwarna kuning keemasan.

Kemudian “si kuning dan si hijau” dikombinasi dengan “si merah”menandakan istana ini jelas milik banga Melayu seutuhnya. Kuning menunjukkan kebijaksanaan, hijau merepresentasikan Islam dan merah mewakili warna adat.

Ornamen lampu di atas tingginya langit-langit istana.

Begitu banyak wajah kelaurga Kesultanan Deli yang diperkenalkan ke khalayak melalui foto-foto klasik yang terpigura rapih dan menempel erat di dinding kayu istana.

Alhasil, Aku tertegun pada wajah cantik sendu Yang Mulia Raja Noorsida yang merupakan Istri Seripaduka Sultan Osman Al Sani Perkasa Alam

Foto Sultan Deli saat ini:  Seripaduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa Alam Shah.

Di beberapa sudut, aku mengamati dengan tekun beberapa senjata peninggalan sultan seperti Keris Bentara, Tumbok Lada, Keris Cenderahati. Juga beberapa alat musik, perhiasan, piring keramik dan pakaian kebesaran Sang Sultan.

Tombak Kesultanan Deli.

Semakin siang maka pengunjung pun semakin meramaikan seisi istana. Banyak yang rela mengantri untuk memakai baju adat Melayu dan berpose di kursi raja dan ratu. Anak-anak sekolah pun tak segan duduk menghampar di lantai istana untuk mendengarkan penjelasan pak guru yang terus bercerita lantang hingga urat lehernya menampakkan diri.

Persewaan baju adat Melayu.

Kunjunganku ke Istana Maimun ini sungguh meninggalkan kesan mendalam karena baru kali ini aku mengunjungi sebuah istana di tanah Sumatera.

Sampai bertemu lagi Istana megah nan bersahaja.

Yuk….Lihat kreasi Kesultanan Deli berikutnya….Masjid Raya Al Mashun. Ga jauh kok…..

Kisah Selanjutnya—->

4 thoughts on “Kuning Emas Istana Maimun

Leave a Reply