Scoot Air TR 676 dari Singapura (SIN) ke Chiang Mai (CNX)

<—-Kisah Sebelumnya

Jangan salah fokus, gaes….Bahaya.

Pukul delapan pagi….

Kesibukan super cepat berlangsung di dalam kabin Scoot Air TR 676 tujuan Chiang Mai. Bunyi gesekan travel bag dengan kompartemen bagasi saut menyaut di sepanjang kabin, dipadu dengan rentetan nada “klik” yang dikeluarkan oleh karena pemasangan keledar keselamatan di pinggang masing-masing penumpang, membuat aku menikmati suasana khas penerbangan.

Aku telah duduk di aisle seat bernomor 18D, tepat di kabin sisi tengah, sembari sabar menunggu semua penumpang untuk bersiap.

Hampir setengah jam lamanya kesibukan itu berlangsung, hingga akhirnya semua penumpang telah duduk tenang di kursinya masing-masing.

Para awak kabin serentak bergerak ke sepanjang kabin untuk memperagakan prosedur keselamatan penerbangan yang pada akhirnya menyirap segenap penumpang hingga tanpa sadar pesawat sudah berdiri di ujung runway.

Pilot sesekali terdengar bercakap dengan pihak ATC (Air Traffic Controller). Hingga beberapa saat kemudian, kedua mesin jet kembarnya berdesing, lalu menghentakkan kabin panjang TR 676 ke depan, meluncur cepat di atas landas pacu menuju ujung lain runway Changi International Airport.

Pada kecepatan 140 Knot, akhirnya moncong pesawat menaik dan airborne terjadi dengan sangat cepat. Pemandangan apik kota Singapura terbentang dari atas ketika pesawat melakukan banking (bergulir) kea rah kanan. Tentu Marina Bay Sands menjadi aktor utama dalam pertunjukan singkat di atas Kota Singapura.

Pesawat terbang menuju utara. Pagi itu pesawat akan menempuh jarak sejauh lebih dari 2.000 km dengan waktu tempuh 2 jam 40 menit. Scoot Air TR 676  sendiri terbang dalam ketinggian jelajah  tiga puluh delapan ribu kaki.

Kembali ke dalam kabin. Aku duduk antusias di samping seorang wanita muda asal Singapura. Hal itu kuketahui dari passport merah yang dia selipkan di bagasi kursi. Wajahnya begitu berseri, mungkin karena dia hendak berwisata ke Chiang Mai. Sedangkan di window seat, duduk seorang perempuan paruh baya, dari raut muka dan perawakannya, wanita itu berasal dari Negeri Gajah Putih. Dia memilih untuk tidur selama penerbangan.

Perjalanan pagi itu berlangsung sangat mulus dan minim sekali turbulensi. Aku selalu saja mendapatkan kesan baik ketika terbang bersama Scoot Air. Sedangkan penerbangan terakhirku bersama Scoot Air adalah ketika pulang dari Maldives pada 6 Januari 2019.

Aku yang tak bisa memejamkan mata karena rasa excited untuk pertama kalinya hendak menginjakkan kaki di Chiang Mai, hanya terus membaca lembar demi lembar inflight magazine selama penerbangan.

Sok mau jajan aja kamu, Donny….

Hingga akhirnya rasa penasaran itu terkikis, ketika pilot menyampaikan informasi bahwa pesawat akan segera mendarat di Chiang Mai International Airport.

Terasa jelas, Scoot Air TR 676 mulai menurunkan ketinggian, sesekali aku mengintip ke jendela dari aisle seat. Daratan Chiang Mai mulai tampak jelas dari ketinggian. Hanya perlu menunggu beberapa saat hingga akhirnya pesawat menyentuh landas pacu dengan mulus.

Apron di Chiang Mai International Airport.

Rasa penasaranku semakin tak terbendung selama pesawat melakukan taxiing. Aku sudah tak sabar lagi untuk mengeksplorasi Chiang Mai, kota keempat yang pernah aku kunjungi di Thailand setelah Bangkok, Pattaya dan Phuket.

Kisah Selanjutnya—->

Dibalik Penerbangan Air Asia QZ 206 Jakarta-Kuala Lumpur

Baru juga pulang dari ekspedisi ke Garut-Tasikmalaya-Sumedang , lelahnya berkelana seminggu di tiga kabupaten itu tak lantas membuat tubuh lelah. Boro-boro istirahat, Aku lebih memilih menuntaskan misiku menyelesaikan eksplorasi Asia Selatan dengan mengunjungi tiga negara tersisa….Bangladesh, Sri Lanka dan Maldives.

Tiket Air Asia yang kubeli seharga Rp 349.000 sejak 7 April 2018 mampu menjaga asaku dan dompetku untuk terus berkeliling dunia. Yes, Aku harus menjemput Malindo Air rute Kuala Lumpur-Dhaka di KLIA.

Sepanjang masa tunggu keberangkatan, banyak pertanyaan muncul dari teman-teman sekantor atau teman-teman lain diluar pekerjaan.

“Yeeee, jalan-jalan kok ke Bangladesh. Ga elit bingit”

“Lo mau liat apa sih Don di Bangladesh?”

“Tar lo pulang sakit loh, Don”

“Kurang kerjaan….mending ke Ancol guwe daripada ke Bangladesh”.

“Kenapa sih Don harus ke Bangladesh?”

Jawabku: “Ya suka-suka guwelah….duit-duit guwe…kaki juga kaki guwe”.

Eh gak gitu dink….kasar beud.

Hahaha….”Ya gimana pren, duitnya hanya mampu buat jalan dimari”….wkwkwk….Itu jawaban guwe ke mereka yeee.

Kan orang lain ga tau sih isi kepala guwe about traveling…..makin gila makin aseeeekkk…..makan aneh makin nagih…..hihihi.

—-****—-

Biasaaa….Nyegat DAMRI di Terminal Kampung Rambutan aja yang murah. Selain murah juga deket rumah bingit. Kupersiapkan Rp. 40.000 untuk membayar tarifnya dengan jam keberangkatan pukul 15:00. Perjalanan 1 jam 15 menit itu mengantarkanku tepat di Terminal 2F.

Melalui gate 5, Aku mulai memasuki pemeriksaan X-ray tahap pertama. Tak begitu mulus, backpack yang menjadi temanku satu-satunya terlihat dibolak-balik petugas AVSEC, dioles-oles menggunakan tissue basah lalu mengamatinya dengan seksama. Tak perlu khawatir….yang penting tak ada narkoba didadalamnya….hahaha. Kalaupun di tolak masuk, tenang brur….ini masih di kota sendiri. Tinggal balik lagi naik DAMRI….ya toh.

“Mbak, window seat donk !”, seruan memelasku kepada petugas check-in di konter Air Asia. Aduh, udah cantik baik pula, murah senyum…..eh emang tugasnye begonoh dink. “Ini mas”, sahutnya…..2D, yes gagal…..hahaha.

Yuk ngecap passport….geblek, padahal itu kan e-passport, tapi kebiasaannku mengecap passport menjadi tak peduli dengan adanya konter autogate.

Petugas Imigrasi  :  “Kemana?”

Aku                           : Sebutin aja detail satu-satu, supaya ga curiga kek waktu itu, “Penang, Dhaka, Colombo, Maldives pak. Transit Mumbai dan Singapore”. Njir perjalanan macam apa ituh….gile

Petugas Imigrasi  : “Backpacker?”

Aku                           : “Yoi pak”….eh salah, bukan begitu….”Betul pak”.

Petugas Imigrasi  : Lihat muka guwe, bolak-balik passport baru dan bekas guwe. Then….cekrek “hati-hati mas sendirian”.

Aku                           : “makasih pak….tentu saya akan hati-hati”.

Petugas                  : “Hebat nih si Mas”.

Cieeee….Guwe dipuji laki-laki….Alhamdulillah…..hahahaha. Pasti mikir guwe yang engga-engga….GUWE NORMAL KOK.

Kusempatkan shalat di ujung koridor sebelum masuk ke gate. Setelahnya, Aku memasuki pemeriksaan X-ray tahap kedua di depan gate D5….yesss, mulus.

Sedang asyik-asyiknya duduk membaca di sebelah charging station, datang sepasang perawakan Korea. Mengoprak-oprek lubang stop kontak yang sepertinya rusak.

Aku     :  “Hi, Sir. That’s broken. I had tried many times and failed”.

Dia       : “Oh yea….Why put it here if broken” pura-pura menendang pelan charging station sembari tersenyum.

Aku     : “Do you want go to South Korea?”.

Dia       : “Oh, Nup….I’m from California and will fly from KL”.

Aku     :  “Oh Nice”.

Dia       : “What are you doing here? “.

Aku     :  “My profession, your mean?”.

Dia       :  “yeaaa”

Aku     :  “Sales”.

Dia       :  “Good money?”

Aku     :  “If not good, I willn’t here to fly with you”.

Dia       :  “yea…yea…yea”, manggut-manggut sambil tersenyum menatapku.

Sepertinya pacarnya seorang travel vlogger. Ngoceh melulu dengan pedenya….hebat. Aku mana bisa kayak gitu. Lebih baik menulis daripada ngoceh terus macam Dia.

QZ 206 akhirnya merapat ke gate. Beuh….petualangan segera dimulai. Kehabisan air membuatku lari keluar untuk membeli mineral water. Dan sedikit mendapat peringatan dari petugas untuk segera kembali ke gate. Ok dah pak, daripada beli didalam pesawat, kan mahal.

Airbus A320-200 berkapasitas 186 penumpang.

Tepat jam 19:17, Aku mulai boarding.

Dibelakang cewek korean-american itu.

Penerbangan malam yang penuh turbulensi mengingat saat itu akhir Desember. Terlihat bapak setengah baya di sebelahku begitu tegang dan berpegangan erat pada armrest chair sepanjang perjalanan sementara Aku dan seorang perempuan muda yang mengapitnya hanya tersenyum kecut sambil menyembunyikan rasa was-was.

Kabin.

Karena pengetahuan terkiniku mengenai Ipoh dan Penang begitu minim, kuputuskan untuk menjelajah inflight magazine Travel360. Berharap menemukan informasi berharga mengenai pariwisata Ipoh dan Penang. Dan….yesss….Aku sungguh mendapatkannya.

Ipoh di inflight magazine Travel360.
Informasi mendasar tentang Penang.

QZ 206 bersiap mendarat. Tak bisa tidur selama perjalanan karena keasyikan membaca inflight magazine untuk mencari informasi. Kali ini petualangan transitku selama 5 hari di Malaysia bak bonek. Ngelayap tanpa bekal informasi yang cukup.

Bersiap-siap mendarat.

Itu bagasi buat apa ya? Perlengkapan keselamatan pernerbangan kali ya.

Begitu tiba di KLIA2 tentu fikiran yang langsung terbesit di benakku adalah cari free water station, makan malam, sembahyang, tiket bus ke Penang dan kemudian molorrrrrr.

Kamu harus menuju ke Transportation Hub di lantai 1 untuk mencari tempat makan murah. Oh ya…konter penjualan tiket bus juga ada disana

Yuks….siap-siap menuju Penang esok hari.

Sudah pernah coba beli tiket di 12Go ndak?. Sekali-kali boleh kamu coba deh. Berikut linknya: https://12go.asia/?z=3283832

Bus dari Singapura ke Johor Bahru

Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga….Dasar Donny si tupai.

Yesss….malam itu guwe di usir dari terminal 2 Changi International Airport….Aseeeeekkkkkkkk….pasport ditandai….yuhuuuu.

Sejak 2014, selalu kucing-kucingan dengan polisi bandara Singapura. Kini si kucing ketangkep basah sedang tidur di balik sebuah kursi tunggu di terminal 2 Changi International Airport….Memalukan.

4 jam sebelum kejadian….

Maskapai “abu-abu bintang orange” dengan nomor penerbangan 3K206 mengantarkanku ke Terminal 1 Changi International Airport pada 00:30.

Karena stasiun MRT Changi Airport berada di Terminal 2 dan baru akan beroperasi pada jam 5:30, maka kuputuskan untuk berpindah ke Terminal 2.

Akhirnya bersembahyang dan sekaligus beristirahat di dalam prayer room hingga pukul 02:00. Tapi dinginnya AC memaksaku berpindah ke deretan kursi di depan ruang tunggu penumpang. Asumsiku bahwa polisi sudah selesai menyisir area itu ternyata salah besar.

Ditengah mimpi, airport security berpengawal dua polisi belia bersenjata laras panjang membangunkanku. Ahhhh….guwe faham….Njiirrr, ketangkep juga setelah 4 tahun kucing-kucingan perihal beginian .

Airport security: “Helo Sir, Can me see your passport and ticket?”

Guwe: (sambil menyerahkan passport)  “Good night Sir, I’m sorry before. I am waiting for first train to downtown. I just arrived 3 hours ago.”

Airport security: “Sorry, How long do you will stay in Singapore?”.

Guwe: “3 Days 2 Night, Sir”.

Airport security: “This hall is only for transit passengers. You can’t wait the train here. Let me take you to immigration counter”….(Cekrek….Syem, passportku difoto. Dikirim pula ke boss nya via wa….Hmmh, Aku sudah ditandai di Changi….ketengkep sekali lagi pasti masalah….hahaha).

Karena diantar tentara, petugas imigrasi wanita keturunan India itu pun menjadi judes dan marah-marah kepadaku ketika mengecap passport….semakin marah wajahnya makin seksi kek Kajol….hihihi.

2 jam ga bisa merem….lah iya, lantai setelah konter imigrasi kan tak berkarpet. Mana mungkin tidur sambil duduk di bangku keras kek gitu.

Di tengah kantuk yang sangat (itu karena siang hari sebelum berangkat, Aku kerja full di Bandung dan sorenya langsung ke Soekarno Hatta International Airport….gile ye, rumah di Jakarta, siang kerja di Bandung besoknya sudah ngelayap aja di Singapura….hahaha), kuputuskan untuk menyantap mie bersertifikat halal di kedai ini:

Terletak tepat di exit gate setelah konter imigrasi terminal 2.
Murah….Cuma Rp. 47.500.

Halah….malah nulis ga keruan.

—-****—-

Yuk ah fokus ke tema….

Tujuan akhir kedatanganku yang ke-7 di Singapura kali ini adalah Johor Bahru, Malaysia. Kenapa lewat “Negeri Singa”?….ya tentu akan lebih murah costnya.

Selepas menyantap mie pagi itu, Aku bergegas menuju platform MRT di Changi Station. Dengan membeli tiket seharga Rp. 26.000 di mesin otomatis, Aku menuju Stasiun Jurong East dengan waktu tempuh 70 menit.

Kenapa Stasiun Jurong East?….Karena disinilah letak shelter bus CW3/CW4 tujuan Johor Bahru via Tuas Checkpoint yang merupakan perbatasan darat di selatan Singapura dan Malaysia.

Terpaksa menahan pipis karena bau pesing toilet dibalik keramaian Stasiun Jurong East. Maklum stasiun ini terintegrasi dengan terminal bus menuju berbagai daerah di Singapura dan bahkan keluar Singapura.

Setelah membeli tiket bus di konter, Aku segera memasuki jalur antrian dan menunggu kedatangan bus. Dan akhirnya Aku kebagian bus CW3 yang datang 5 menit kemudian.

Tiket bus CW3 seharga Rp. 26.000.
Tertib mengantri sesuai jalur.

Aku memilih bangku paling belakang supaya leluasa mengambil foto selama perjalanan.

AC busnya mantab.

Bus terus bergerak menuju Tuas Checkpoint melalui AYE Toll Road. Lancarnya jalanan Singapura,  membuat bus tiba di Tuas Checkpoint hanya dalam waktu 30 menit.

Aku sengaja memilih jalur antrian yang dijaga petugas wanita keturunan Melayu untuk memudahkan pemeriksaan imigrasi. Alhasil proses perpindahan antar negara di perbatasan menjadi lancar.

Ngantri di Tuas Checkpoint.

Setelah melewati konter imigrasi, Aku segera menuju ke tempat menunggu bus yang akan mengantarkanku ke CIQ (Customs Immigration Quarantine) Sultan Abu Bakar Tanjung Kupang yang merupakan bangunan imigrasi milik Malaysia.

Aku tak perlu mencari bus yang kutumpangi sebelumnya karena selama tiket masih tersimpan, Aku bisa meneruskan perjalanan dengan bus CW yang lain dengan tujuan yang sama.

Pemandangan laut sepanjang Second Link Expressway yang merupakan penghubung Singapura dan Johor Bahru, Malaysia.

Perjalanan selanjutnya pun dimulai. Kondisi Second Link Expressway dari arah Johor Bahru menuju Tuas Checkpoint macet parah di jam berangkat kerja kala itu. Sebaliknya, jalanan yang meninggalkan Tuas Checkpoint menuju CIQ Sultan Abu Bakar Tanjung Kupang kosong melompong.

Kosong di jalurku vs penuh di jalur sebelah.

Dan hanya dalam 15 menit, Aku tiba di CIQ Sultan Abu Bakar Tanjung Kupang. Tak ada pemeriksaan serius selama proses imigrasi dan akhirnya Aku bisa dengan cepat melewatinya.

Selepas mengecap passport, berarti  perjalanan lanjutan menggunakan bus CW3 sudah selesai.

Stempel masuk Malaysia via Imigrasi CIQ Sultan Abu Bakar Tanjung Kupang dan stempel keluar Malaysia via Imigrasi Bangunan Sultan Iskandar.

Aku pun perlu mencari bus dari CIQ Sultan Abu Bakar Tanjung Kupang menuju Legoland. Beruntung banyak pengendara bus keturunan India yang menanyakan tujuanku. Sehingga Aku ditunjukkan bus CW7 yang melewati Legoland dalam rute resminya.

Main lego di Legoland????……kek guweh.

Sampai Legoland juga akhirnya.

Mudah mendapatkan tiket bus dari Singapura ke Johor Bahru atau sebaliknya?. Cobain aja pesan via e-commerce perjalanan 12Go atau https://12go.asia/?z=3283832

Membedah Sentosa Island Lebih Dalam

Kenapa kebanyakan turis selalu memposting fotonya dengan latar belakang bola biru Universal Studio?….Sudah menjadi kesepakatan informal, jika sudah berfoto demikian maka Dia telah sah mengunjungi Negerinya Lee Kuan Yew.

Lalu pernahkah Kamu berfikir untuk membedah seisi Sentosa Island ?….Eh satu lagi, semua itu dilakukan dengan berjalan kaki….Sanggup?

Hahaha….Edun.

Emangnya Kamu pernah, Don?….yee iii lee, “crazy backpacker” kek Guwe ditanya begituan….ya pernah lah….ampe gempor malah….

Nih ceritaku….mana ceritamu….jangan dink, capeeeekkk!

Turun di stasiun MRT Harbour Front, Aku keluar melalui Vivo Mall. Di dalam mall, plis jangan terlena ama barang dagangan atau bahkan ama para amoy yang aduhai itu. Kamu hanya perlu fokus untuk mencari papan petunjuk yang akan mengarahkanmu ke Sentosa Boardwalk.

Ikon Vivo Mall di lantai teratas….dari lantai ini, exit door ke Sentosa Boardwalk sudah deket kok.

Btw, tar dulu….Kamu tahu kan apa itu “Sentosa Boardwalk”?

Sentosa Boardwalk

Kalau ke Sentosa Island naik bus atau travel car maka Kamu ga bakal nemuin jalan apung ini. Apalagi kalau naik monorail Sentosa Express atau Cable Car….Hmmh, kapan ya Aku bisa naik begituan….hahaha, pernah tauk….baca aja deh.

Yes….Sentosa Boardwalk adalah jalur pejalan kaki sepanjang 600 meter yang dibuat seakan mengapung di atas air laut untuk menghubungkan Sentosa Island dengan daratan utama Singapura….Keren yaaaa.

Titik awal Sentosa Boardwalk.

Jika Sentosa Boardwalk untuk pejalan kaki, maka dimana jalan mobil dan jalur monorail menuju Sentosa Island?.

Ya pasti ada lah….Kamu hanya perlu berjalan keluar jalur di kiri Sentosa Boardwalk, maka Kamu akan menemukan jawabannya

Ntuhhh….

Jalan raya dan jalur monorail menuju Sentosa Island.

Karena sukanya gratisan, maka Aku ke Sentosa Island dengan….jalan kaki lageeeeeeee….

Sedikit dibantu escalator. Walau porsi besarnya tetap jalan kaki.

Plis deh, lepasin kacamata kudanya….ya emang sih cepet nyampai, tapi Kamu ga akan dapat view experience yang yahuut.

Nih….hasil ketika Aku mengkol di salah satu deck Sentosa Boardwalk.

Njirrr….itu Harbour Front Port. Kalau mau ke Batam naik ferry di situ, gaes. Do’ain Aku bisa naik kapal pesiar kek gitu ya….
Viewpoint di pertengahan Sentosa Boardwalk

Automatic Fare Gate di ujung Sentosa Boardwalk itu tertutup kain, pertanda bahwa Aku tak perlu membayar Rp. 10.000 untuk  memasuki gerbang Sentosa Island….Ada promo apa sih?

Trick Eye Museum

Mau masuk situ?….boleh siapin aja Rp. 200.000. Aku sih kagak masuk….

Masuk gerbang Sentosa Island disambut sungai buatan berseberangan dengan museum.

Sentosa Resort World Sign

Alur pajalan kaki mengantarkanku memasuki goa buatan tepat dibawah papan nama “Sentosa Resort World”

Mending sekali foto jadi….ini gagal mulu….ya harus nunggu monorail berikutnya lewat lagi.

Malaysian Food Street

Lama-lama sewot juga….kelaparan mulai melanda setelah mendapatkan foto itu. Tapi Aku tahu, setelah Trick Eye Museum itu ada Malaysian Food Street.

Nah ntuh dia….
Lo kire makanan jalanan….ya kagak lah. Sentosa Island kan tempat orang SIngapura buang duit….hihihi

Untuk berhemat, Aku saranin isi botol minuman Kalian di free water station di sebelah ticketing counter dekat pintu masuk Sentosa Island.

Pintu keluar Malaysian Street Food yang langsung berhadapan dengan bola dunia Universal Studio.

Universal Studio

Walaupun sebelumnya sudah dua kali ke sini, tetap aja kesini lagi buat yang ketiga kali….kurang kerjaan lo, Don.

Maaf ya mbak cantik….Kena candid.

Kebanyakan turis sudah merasa cukup sampai disini kala berwisata ke Sentosa. Nah dibelakang Universal Studio ini ada apa aja ya?

Yuk Kita telusuri….

Lake of Dreams

Berjalan ke selatan dari bola dunia Universal Studio, Kamu akan menjumpai Lake of Dreams. Kala siang memang tak menarik. Tapi kalau datang saat malam, tempat ini akan menyajikan pertunjukan koreografi menarik yang megkombinasikan audio, api, air dan cahaya.

Pertunjukannya gratis….

The Maritime Experimental Museum

Letaknya tepat di samping Lake of Dreams, ini dia:

Ke selatan terus melewati kolam dengan banyak air mancur kecil seperti ini:

Sentosa Merlion

Maka akan terlihat dengan jelas patung Merlion berwarna coklat. Patung setengah singa dan ikan ini sering disebut kembaran patung yang sama di Merlion Park. Kamu bisa ikut Sentosa Merlion Tour seharga Rp. 180.000 untuk menaiki patung dari dalam dan menikmati indahnya Sentosa island dari ketinggian 37m.

Saat malam, ada audiolaser show dengan Sentosa Merlion sebagai obyeknya.

Patung itu akan berubah-rubah warna selama pertunjukan Merlion Magic Lights.

Sentosa Merlion Walk

Di belakang Sentosa Merlion tardapat Merlion Walk sepanjang 120 meter. Pedestrian dengan konsep mosaic theme park beserta air mancur di sepanjang taman akan memanjakan mata di tengah teriknya Sentosa Island.

Sentosa Express Beach Station

Di ujung Merlion Walk terdapat dua bangunan besar. Bangunan di kiri adalah Beach Station. Turis pengguna Sentosa Express yang akan berwisata ke sepanjang pantai selatan Sentosa biasa turun di sini.

Akhirnya mencicipi Sentosa Express gratis ketika pulang dari Siloso Beach.

i-Fly Singapore

Nah, disebelah kanan adalah gedung i-Fly Singapore. Kamu yang mau ber-indoor sky diving harus merogoh kocek sebesar Rp. 900.000.

Untung ga suka sky diving….dompet aman, hahaha

Siloso Beach

Berada tepat di pantai, Aku memutuskan berbelok ke kanan menuju Siloso Beach. Oh ya, jika Kamu berbelok ke kiri maka akan menjumpai Palawan Beach dan Tanjong Beach. Gunakan saja beach tram yang melintas sepanjang garis pantai jika ga kuat jalan kaki !.

Disepanjang Siloso Beach Walk, Aku menjumpai beberapa Machine Gun Pillbox. Garis pertahanan Singapura ini dibangun pada 1936-1940 semasa Perang Dunia Kedua.

Nih….

Perlu berjalan 700m dari i-Fly Singapore menuju Siloso Beach dan bermain air sepuasnya disana.

Tertarik ?? coba deh keliling pulau !….pasti gempor dan kebakar matahari….hihihi.

Scoot Air TR457 dari Kuala Lumpur ke Singapura (KUL-SIN)

SCOOT AIR….maskapai Low Cost Carrier (LCC) milik Negeri Singa yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh Singapore Airlines.

Lintasan terbang Scoot Air TR457. Sumber dari https://flightaware.com

Scoot sendiri masuk list ke-22 dari seluruh maskapai yang pernah kunaiki. Melalui nomor penerbangan TR457 dengan rute regular Kuala Lumpur (KUL) ke Singapura (SIN), Aku pertama kali menggunakan jasa Scoot Air  tertanggal 31 Maret 2018. Kali ini Aku menaiki pesawat berjenis Airbus A320 dengan kapasitas 168 penumpang.

Walaupun sebenarnya Aku pernah menggunakan Maskapai  Tiger Mandala pada 26 November 2013 saat menuju ke Bangkok dan Tiger Air pada 11 Januari 2015 saat kembali dari Vietnam. Kini kedua maskapai tersebut sudah merger ke dalam Maskapai Scoot Air.

Tuh kan sudah merger, masih ada identitas Tiger Air di badan pesawat Scoot Air TR457

Ketidakjelasan terminal asal keberangkatan (apakah dari KLIA terminal 1 atau KLIA terminal 2) membuatku sedikit gelisah karena biasanya Departure List baru keluar 2 jam sebelum penerbangan. Dan tentu perlu waktu untuk berpindah dari KLIA2 ke KLIA.

Untuk penerbangan internasional, Aku selalu memulai perjalanan menuju bandara 4 jam sebelum waktu penerbangan. Jadi Aku meninggalkan Westree Hotel pada pukul 05:30 dan bergegas menuju ke Skybus/Aerobus Shelter yang terletak di KL Sentral. Karena jaraknya cuma 40 m, Aku hanya perlu berjalan kaki selama 3 menit menuju shelter.

Security hotel keturunan India tajam memerhatikanku di pintu lobby bagian dalam….Lha iya, Aku berdiri lama ditengah pintu….clingak-clinguk kiri kanan kaya ayam mau nyebrang….Saking sepinya, Aku harus memastikan tak ada yang mencurigakan di sepanjang jalan yang akan kulewati menuju KL Sentral.

Yesss….Sepi, ndak ada orang….Kabuuurrrrrr. Bak atlit jalan cepat, Aku mulai menjauhi hostel. Aku tiba saat bus siap berangkat.

Dengan 12 Ringgit aku tiba di KLIA2 pada pukul 6:30. Setiba di KLIA2, Aku segera menuju information centre untuk menanyakan dimana terminal TR457 akan lepas landas. Pagi-pagi Aku sudah ngrepotin Si mbak India petugas information centre, karena Departure Board belum menampilkan informasi tentang TR457 maka Dia harus menarik keyboard dan mencarikan info untukku….Hadeuhhh, sudah manis….baik pulak si teteh….eh, si mbak.

Buseeettt….mataku melotot sambil mengunyah nasi lemak telur ceplok di pojokan NZ Curry House….kek kambing yang sedang memamah biak. Pertanda Aku tak bisa membohongi otak bahwa perutku belum siap bersarapan.

Ya memang tak ada pilihan lain, lebih baik sarapan di kedai makan India dengan harga paling murah sebelum menuju ke lantai 3 untuk proses check-in, proses imigrasi dan keberangkatan.

Departure Board di Departure Hall
Information Centre di Departure Hall
Departure Hall Area
Konter check-in Z2-Z3 untuk Scoot Air TR457
Setelah melewati konter imigrasi, Aku menuju ke ruang tunggu di gate L3.

Aku memasuki ruang tunggu pada pukul 08:05. Dalam kejenuhan menunggu, datang kepadaku wajah Vietnamese dan bertanya:

Vietnamese: “Hi, Can you explain to me about my cigarette (sambil menunjukkan sebungkus rokok yang sudah terhisap dua puntung). Can me bring it when entering Singapore?”

Aku : “Do you bring another one  or just this opened pack?. If you just bring it, you can savely entering Singapore.”

Vietnamese: “No, I just bring it. So it’s savely. Thanks you.”

Aku: “You are welcome”.

Ruang Tunggu di depan Gate L3
Setelah menunggu selama 20 menit, akhirnya boarding process dimulai.
Mana 14D….manaaaaa?

Scoot Air identik dengan warna kuning. Pesona pramugari-pramugara muda keturunan Tiongkok semakin segar ketika penampilan mereka terlihat berbalut t-shirt dan syall serba kuning.

Terbang diatas selat Malaka
Langit sungguh cerah, nikmat banget terbang tanpa turbulensi.

Setelah mengudara selama 1 jam 15 menit, Aku mendarat di Terminal 2 Changi International Airport. Berusaha secepat mungkin meninggalkan Changi untuk menuju ke Greendili Backpackers Hostel di bilangan Race Course Road dan selanjutnya siap mengeksplorasi Singapore untuk ke-7 kalinya.

Cari peta MRT sebelum masuk konter imigrasi Changi International Airport.
Catch the MRT ! Menuju pusat kota

Makan siang dulu yuk ke Mustafa Centre sebelum walking-walking.

Sebagai alternatif, tiket pesawat, kereta dan bus dari Kuala Lumpur ke Singapura bisa dipesan melaui e-commerce perjalanan 12go Asia

Handerson Wave Bridge, Singapura

2015, Aku gagal mengunjungi “penghubung fenomenal” ini. Waktu transit yang terlalu singkat ketika menuju Kamboja membuatku harus menunggu waktu lebih lama lagi untuk menyambanginya.

2017, kebetulan Aku menyambangi Johor Bahru, Malaysia. Itulah saat yang tepat untuk mengunjungi Si Fenomenal ini karena jaraknya hanya “selemperan batu” dari Johor Bahru. Dan benar, niat itu terwujud apa adanya.

Setelah setengah hari berjalan kaki membedah Sentosa Island dan mendapat free bonus Sentosa Express Monorail, dengan rasa penasaran Aku segera menuju shuttle bus di depan Vivo City Mall.

Naik bus di Singapura itu hanya perlu tenang dan tidak perlu tanya ribut sana-sini karena papan rute dan tarif di setiap shelter bus Singapura bisa dipelajari dengan cepat. Kita hanya perlu mencari tujuan, jika sudah ketemu lalu lihat nomor busnya, perhatikan berapa kode jarak tujuan kita dan kemudian cocokkan kode jarak dengan tarif bus di papan informasi tarif. Hitunglah berapa shelter yang akan terlewati!.

Setelah bus datang naiklah dari pintu depan, bayar tunai atau tempelkan pass card, jangan meleng untuk menghitung shelter bus yang dilewati karena  jika bus tidak menurunkan atau mengambil penumpang beberapa shelter akan dilewati, pencet tombol di tiang untuk turun di shelter depan, kemudian turunlah dari pintu belakang dan tempelkan kembali pass card sebelum turun.

Bus No 145 tiba setelah 10 menit menunggu, bebekal two day pass seharga SGD 16 Aku naik.

IMG_20170708_140714

Tapi ini bukan bus yang kunaiki ya….

Padahal Aku sudah jelaskan cara naik bus dengan detail, tapi Aku gagal kala itu…hahaha. Aku turun lebih cepat satu shelter yang akhirnya harus berjalan kaki menuju shelter berikutnya sejauh 400m.

Beberapa meter sebelum sampai shelter, Handerson Wave Bridge setinggi 36 meter terpampang gagah melintang sepanjang 274 meter diatasku. WOOWW, AKu berhenti sejenak untuk menikmati keindahan arsitektur Inggris ini.

IMG_20170708_143820

tinggi kan….

Yang kutahu, Handerson Wave Bridge adalah pedestrian tertinggi di Singapura yang dibangun untuk menghubungkan Mount Faber Hill dan Telok Blangah Hill.

Memiliki 7 lengkungan naik turun disalah satu sisi deck membuat jembatan ini terlihat artisitik. Setiap lengkungan keatas akan membentuk kanopi yang ruang dibawahnya bisa dibuat untuk sekedar duduk, berpose atau kegiatan membaca buku seperti yang dilakukan kebanyakan anak muda disana.

IMG_20170708_144604

tuh aktivitas diatas jembatan

Hanya saja ada beberapa peringatan di jembatan ini. Diantaranya jangan melintas diatas jembatan ketika hujan atau kita akan tersambar petir, jika naik sepeda harap turun dan dorong dan tidak boleh bermain skateboard.

handerson wvae sign

awas petiiiirrrr !!!

Ketika berada diatas bagi yang takut ketingggian akan diuji nyalinya karena badan jembatan akan sedikit bergoyang-goyang diterpa angin.

Sebetulnya jembatan ini akan cantik terlihat di malam hari mulai jam 19:00 karena cahaya lampu warna-warni akan menghiasinya.

So jangan lupa mampir kesini ya gaes kalau ke Singapura.

Tuas Checkpoint Vs Woodlands Checkpoint, Singapura

Tak dipungkiri hatiku mulai berdebar ketika “Wanita Melayu” itu menutup pasporku. “Follow our staff to Office”, yup random checking. Kebiasaanku ketika memasuki imigrasi Singapura adalah selalu memilih jalur antrian yang dihandle oleh petugas keturunan Melayu. Aku merasa nyaman saja. Tetapi kali ini faktanya berbeda….hehehe

Memasuki jalur khusus, Aku diarahkan ke lantai 2 Imigrasi Woodlands. Aku harus berdiri di luar ruangan karena penuhnya pemeriksaan hingga lelaki keturunan India itu memberikan isyarat untuk masuk kedalam tapi tetap berdiri.

Waktu itu Aku sengaja memasuki Johor Bahru melalui Imigrasi Tuas dan meninggalkannya melalui Imigrasi Woodlands. Dengan begitu Aku bisa merasakan perbedaan kedua pos imigrasi itu.

Peta Tuas dan Woodlands

Sebetulnya Aku tidak setakut yang dibayangkan karena Aku pernah mengalami hal yang lebih parah di Imigrasi Busan (Lihat tulisanku: Ketatnya Imigrasi Busan). Opsir perempuan hanya menanyaiku : tiket pesawat pulang, menginap dimana, kerja dimana, jalan sama siapa, dan kerja dimana (untuk hal ini aku sengaja siapkan business card dan KTP). Setelah itu Aku diminta menunggu dan dipanggil kembali oleh opsir lain yang lebih muda, Dia hanya menanyakan bawa uang berapa. Karena uang yang kubawa difikirnya cukup barulah aku dipanggil ke opsir lain untuk pengambilan sidik jari dan stempel paspor.

Paspor kemudian diletakkan di rak paspor kecil, ternyata 5 menit kemudian ada polisi muda datang dan hanya mengambil 10 paspor saja dari rak itu lalu menyebut nama-nama pemilik paspor, Aku salah satunya. Dibawalah Aku bersama 9 turis lain menuju lift. Ternyata lift memang hanya cukup untuk 10 orang, aku baru ngeh kenapa polisi muda itu Cuma panggil 10 nama.

Selepas turun dari lift Aku segera menunggu bus Causeway link 2 (CW2) untuk memasuki Singapura. Bus CW2 yang membawaku masuk Woodlands Immigration dari Johor Baru tentu sudah ngacir duluan karena ga mungkin menunggu Aku diperiksa. Tapi Aku tak perlu khawatir karena bebas naik CW2 manapun untuk menuju tujuan akhir di Queen Street, Bugis.

IMG_20170708_081815
“Si Zanky” sumringah memasuki Singapura

Melihat kedua perbatasan, terlihat bahwa perbatasan Tuas sedikit lebih longgar dan tidak crowded. Ketika Aku melintas keluar menuju Johor Bahru sehari sebelumnya terlihat jelas banyak orang memasuki Singapore dengan cepat tanpa antrian. Pun menurut driver bus JPO2 (jurusan Mall of Medini-Johor Premium Outlet), kalau mau mudah dan cepat memasuki Singapore disarankan melalui Tuas Checkpoint.

suasana tuas checkpoint

Suasana Tuas Checkpoint

Buat Kamu yang berniat mencoba kedua checkpoint itu maka bersiaplah memperkaya pengalaman traveling Kamu dan nikmati saja setiap proses yang akan terjadi. Apabila mendapat random checking maka hadapi dengan tenang dan tentu Kamu akan semakin mahir menghadapi setiap masalah ketika berada di negeri orang.