Category: Central Asia
-
<—-Kisah Sebelumnya Menjelang jam empat sore….. Aku tiba di halaman depan Museum Pusat Negara. Aku sendiri tak segera bergegas memasuki museum meskipun udara dingin di luar semakin mengintimidasi. Aku lebih sibuk memilih tempat berdiri terbaik demi mengabadikan perwujudan bangunan museum yang telah berusia 39 tahun itu. Sekilas pandang, bangunan itu tampak tinggi menjulang dan kokoh…
-
<—-Kisah Sebelumnya Aku sudah berada di line tunggal Metro Almaty. Line tunggal ini diberi nama Alatau Line oleh pemerintah setempat. “Alatau” sendiri bermakna “Pegunungan”, itu karena di kota Alamaty terdapat Gunung Alatau. Di dalam MRT, aku menikmati design interior gerbong kereta buatan Korea Selatan yang dominan berwarna biru. Kereta yang kunaiki itu tampak keren, berwarna…
-
<—-Kisah Selanjutnya Aku memperhatikan tingkah seekor anjing jenis husky terduduk manis memperhatikan sekumpulan merpati gendut nan jinak, dua jenis satwa itu tampak akur seolah mereka telah berteman sejak lama di dalam taman. Selepas puas mengunjungi Zenkov Cathedral, aku memutuskan untuk meninggalkan 28 Panfilov Guardsmen Park melalui pintu sisi utara di bilangan Gogol Street. Aku menuju…
-
<—-Kisah Sebelumnya Beranjak meninggalkan toilet container, wajahku tertunduk menahan dinginnya udara Almaty. Tetapi langkahku terhenti ketika tetiba memandang keberadaan beberapa keping koin Tenge yang kuperkirakan terjatuh dari saku pemiliknya. Koin itu tersebar di sepanjang jalur pedestrian di dalam 28 Panfilov Guardsmen Park. Maka tanpa pikir panjang, aku pun bergegas memunguti keping-keping Tenge logam itu dan…
-
<—-Kisah Sebelumnya Hai, kalian pernah menonton kisah nyata pada film Panfilov’s 28 Men? Aku spill dikit ya ceritanya…. Film ini mengisahkan perjuangan 28 serdadu Tentara Merah Russia dari Divisi Rifle 316 yang secara patriotik menghadang serbuan pasukan panser Jerman yang hendak menuju Moscow. Pencegatan ini dilakukan di daerah Volokolamsk, lokasi yang berjarak 130 km di…
-
<—-Kisah Sebelumnya Empat puluh lima menit lamanya aku menghangatkan badan di Almaty Central Mosque….. Bersembunyi di balik masjid telah menguak perangai pengecutku saat menantang suhu -13o Celcius di pusat kota Almaty. “Kau ingin terus bersembunyi di masjid atau melakukan eksplorasi, Donny?” naluri petualangku mulai melontarkan komplain. Tanpa pikir panjang pun, aku segera menuruni lantai atas…
-
<—-Kisah Sebelumnya Aku melangkah penuh kepayahan karena tebalnya busana yang kukenakan. Melewati jalur pedestrian lebar bardasar pavling block berwarna merah yang membelah salah satu sisi jalan yang tertutup sempurna oleh lapisan salju, salju itu menumpuk hingga memenuhi sepanjang saluran drainase. Sementara itu di sisi lain jalan, kendaraan alat berat wheel loader buatan Tiongkok sangat sibuk…
-
<—-Kisah Sebelumnya Dalam pejaman mata, aku tahu bahwa Arsen memasuki kamar pada tengah malam. Lalu mematikan lampu yang sengaja kuhidupkan ketika beranjak tidur demi menghangatkan ruangan, menyamarkan beku udara luar yang mengintimidasi. Arsen dengan cepat mengambil ranselnya, mematikan lampu dan pergi meninggalkan kamar. Aku yang terpejam tetap enggan membuka mata karena telah nyaman berada di…
-
<—-Kisah Sebelumnya Memasuki pintu gostinitsa*1), aku berdiam sejenak di sebaliknya. Menggengam telapak tanganku, melemaskannya dari kebekuan. Tak lama setelahnya, aku menaiki tangga menuju lantai dua dimana meja resepsionis berada. “Hello, I’m Donny from Indonesia. Can you check my booking order for 2 nights, Mam!”, aku langsung menuju ke inti pembicaraan “No English, please…!.”, aku tersentak…
-
<—-Kisah Sebelumnya Melompat turun dari bus bernomor 92, aku lantas melangkah menuju kerumunan, sekedar untuk menemukan rasa aman dan tenang dibandingkan harus berdiri di tempat gelap sendirian. Suhu udara sudah turun dibawah titik beku. Sementara itu, di depan halte bernuansa remang berdiri belasan warga lokal yang menunggu kedatangan bus. Aku yang bergabung dengan mereka berusaha…