Fort Malborough: Peninggalan Inggris di Bengkulu

<—-Kisah Sebelumnya

Aku tiba persis di depan kawasan Fort Malborough. Usai menyerahkan ongkos tunai beserta tips kepada pengemudi ojek online yang mengantarkanku, maka aku segera menuju loket penjualan tiket. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000, aku diizinkan memasuki bagian Ravelin dari benteng itu.

Ravelin sendiri merujuk pada bagian pertahanan pertama benteng yang memiliki bentuk segitiga dan dihubungkan ke bangunan utama benteng melalui sebuah jembatan yang melintasi parit pertahanan.

Di Ravelin ini, aku mendapati dua ruangan penting, yaitu Barak Pegawai EIC (East India Company) dan Ruang Jaga. Beberapa batu nisan para petinggi tentara Inggris juga disimpan di bagian Ravelin.

Beruntung sekali, aku bertemu dengan seorang pria paruh baya yang biasa menjadi tour guide di benteng tersebut. Kebetulan dia sedang beristirahat, maka tak ada salahnya aku meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengannya menggali informasi.

Daripadanya aku mendapatkan sedikit cerita sejarah bahwa Inggris datang ke Bengkulu selain mengincar rempah-rempah juga mengincar emasnya. Dia menambahkan bahwa saking melimpahnya Bengkulu dengan emas, maka logam mulia dari Bengkulu itu dipakai untuk pembuatan bagian lidah api Monumen Nasional (Monas).

Dia juga sedikit menjelaskan bahwa sebetulnya benteng pertama Bangsa Inggris berada tiga kilometer di utara Fort Malborough. Benteng itu bernama Fort York.

Usai menggali informasi dari tour guide paruh baya itu, aku mulai mengeksplore beberapa informasi penting di kedua ruang utama Ravelin.

Beberapa menit kemudian bagian Ravelin usai kujelajahi.

Selanjutnya aku memasuki bagian Curtain Wall.

Curtain Wall merujuk pada bagian benteng yang berbentuk tembok tebal yang dibatasi oleh dua bastion (menara) di kedua ujung dinding.

Maka dalam sekejap aku menemukan ide menarik….

Aku paham bahwa cara terbaik untuk menikmati pesona Fort Malborough yang sangat luas adalah dengan mengamatinya dari ketinggian. Maka satu-satunya cara terbaik untuk bisa memfasilitasi ide ini adalah dengan menaiki bagian curtain wall yang memiliki bidang area cukup lebar di atasnya.

Berhasil menaiki Curtain Wall, maka terpampang dengan jelas bentuk benteng secara utuh. Dilihat dari sekilas pandangan bahwa Fort Malborough memiliki desain bangunan seperti kura-kura dengan ravelin sebagai bagian kepala. Sedangkan empat bastion menjadi bagian kakinya.

Tampak di bagian timur adalah bagian bangunan yang dimanfaatkan sebagai ruang tahanan. Bagian utara digunakan sebagai bangunan administrasi. Sedangkan pelataran segi empat di tengah-tengah benteng digunakan sebagai area terbuka dimana deretan meriam diposisikan siap menembak ke arah laut. Sedangkan tembok barat digunakan sebagai dinding pertahanan yang untuk menahan serangan musuh dari arah laut.

Dan untuk mendalami sejarah benteng ini, mau tidak mau, aku harus mengunjungi ruangan demi ruangan yang ada di seluruh bagian benteng.

Aku pun rela meluangkan waktu lebih lama untuk menjelajahi benteng. Dan daripadanya aku mendapatkan beberapa informasi penting tentang sejarah Fort Malborough dari masa ke masa.

Gerbang Fort Malborough.
Lihatlah dinding tebal Fort Malborough di bagian terluar.
Bagian atas Curtain Wall.
Pelataran Fort Malborough.
Bangunan Fort Malborough sisi paling utara.
Bangunan Fort Malborough sisi timur.

Dikisahkan dari artikel, foto dan gambar-gambar lainnya bahwa Fort Malborough dibangun tiga abad silam dan dinamai dari nama jenderal terkenal Ingris Jhon Churchill Duke of Malborough. Benteng ini terletak di tepian Pantai Tapak Padri.

Pada tahun 1685, untuk pertama kali Inggris datang dengan tiga kapal besarnya ke Bengkulu, yaitu Kapal The Caesar, The Resolution dan The Defence di bawah pimpinan Kapten J. Andrew dan kemudian menemui penguasa setempat yaitu Depati Bangsa Raja. Niat semula yang hanya ingin berdagang lada, produk agraria dan hasil hutan lainnya, selanjutnya Inggris mulai memperkuat pangkalan dagangnya di Selebar dengan membangun Fort York, maka awal mula kolonialisasi dimulai.

Selain rempah, Inggris juga mengincar emas di seluruh pertambangan di daerah Lebong. Kekayaan emas di Sumatera Inilah kemudian memberikannya julukan sebagai Swarnadwipa (Pulau Emas), Mayoritas jalur emas Sumatera tersebut berada  sepanjang patahan Bukit Barisan.

Tak lebih dari setengah abad. Pada tahun 1712, Kapten Joseph Collet membangun Fort Malborough untuk menggantikan Fort York yang lokasinya kurang strategis. Konon Fort York ini terletak di daerah rawa dan menyebabkan para tentara menderita disentri dan malaria.

Fort Malborough sendiri dibangun di atas lahan seluas 4,5 Ha oleh buruh yang didatangkan dari India. Benteng ini memiliki 72 meriam yang moncongnya menuju laut lepas. Dindingnya memiliki ketebalan hingga 3 meter.

Benteng ini juga sempat diperluas dengan penambahan gudang senjata dan barak militer untuk 120 tentara. Benteng juga memiliki parit di sekelilingnya yang dahulu ditempatkan beberapa jebakan mematikan di dalamnya.

Pada awal tahun 1700-an, perlawanan dilakukan oleh para Raja di Bengkulu karena EIC mulai memonopoli perdagangan rempah di Bengkulu. Pangeran Nata Diraja (Kerajaan Selebar) gugur dalam pertempuran ini. Inggris akhirnya sukses menaklukkan Kerajaan Selebar, Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau, dan Kerajaan Sungai Itam di Bengkulu.

Perlawanan rakyat terus berlangsung hingga akhirnya pada akhir tahun 1700-an, pihak Inggris kehilangan Kapten Robert Hamilton dalam sebuah peperangan panjang.

Pada tahun 1800-an awal, masa penjajahan berlanjut dengan kebijakan tanam paksa kopi dan lada di Bengkulu. Balasan atas kekejaman tentara Inggris tersebut adalah dengan terbunuhnya Residen Thomas Parr yang terkenal kejam.

Inggris sendiri mampu bercokol selama 139 tahun di Bengkulu dari tahun 1685 hingga 1824. Masa kolonialisme Inggris baru terputus karena terjadinya Traktar London pada 1824. Menurut traktat itu Inggris harus menukar Bengkulu dengan Singapura dan Malaka yang awalnya dikuasai Belanda.

Begitu beruntung diriku mendapatkan pengetahuan berharga tersebut. Satu hal lain yang kudapatkan dalam eksplorasi benteng ini adalah pemahaman tentang kata “Bencoolen” yang merupakan pengucapan tentara-tentara Inggris untuk “Bengkulu”.

Ini tentu terkait dengan pengalaman travelingku yang pernah mengantarkanku untuk mengenal area “Bencoolen” di Singapura. Aku pernah menginap di kawasan itu dua kali. Dan sejak kunjunganku ke Bengkulu membuatku paham bahwa kata “Bencoolen” itu merujuk pada Bengkulu. Tentu hal ini bisa dimaklumi karena sebelum Traktat London terjadi, tentara-tentara Inggris itu pernah menguasai dan hidup di Bengkulu.

Nah, cukup sampai di sini ya cerita tentang Fort Marlborough. Saya sarankan kamu berkunjung ke sana jika berkunjung ke Bengkulu.