Museum of the Poet Al-Oqaili: Warisan Sepanjang Generasi

<—-Kisah Sebelumnya

Lepas mengunjungi Traditional Spices Market, menjelang pukul setengah sebelas pagi aku kembali turun ke jalanan. Bukan di Al Ahmadiya Street lagi, melainkan Al Ras Road yang kini kutapaki. Aku kembali berbalik ke utara, mencari keberadaan bangunan warisan masa lalu Dubai lainnya di wilayah Al-Ras.

Melangkah kurang lebih sejauh tiga ratus kilometer akhirnya aku menemukan satu lagi spot heritage yang cukup besar dan terawat dengan baik, bangunan itu adalah Museum of the Poet Al-Oqali.

Disebut juga sebagai Al-Oqaili Poet Museum. Ketika berada di depan halamannya, aku mulai membaca informasi yang terpampang di pintunya. Dari informasi itu, aku mendapatkan keuntungan besar karena museum ini bisa dikunjungi secara cuma-cuma dan kebetulan sekali aku mendatanginya tepat pada pada waktu buka museum dimana museum akan menerima tamu pada hari Minggu hingga Kamis dari pukul 08:00 sampai dengan 14:00 waktu setempat.

Museum di hadapanku itu memiliki dua lantai dengan keseluruhan 11 ruangan dengan fungsi berbeda.

Ground Floor memiliki enam ruangan, meliputi ruangan Al-Oqaili’s Life, Classical Poetry, Local Style Poetry (Nabati), Al-Oqaili’s Correspondences, Kitchen dan Administration Room

Sedangkan First Floor memiliki lima ruangan yang meliputi ruangan Cultural & Socil Life, Al-Oqaili’s Manuscripts, Restoration of the House, Al-Majlis dan Books on Al-Oqaili’s.

Memasuki pintu museum aku langsung disambut oleh seorang front staff berkebangsaan Nigeria, Mr. Chamakh namanya. Hanya perlu untuk mengisi buku tamu maka aku pun dipersilahkan olehnya untuk mengeksplorasi seisi museum.

Berikut beberapa informasi yang kudapatkan selama satu jam lamanya berada di museum.          

Penyair terkenal Mubarak Bin Hamad Bin Mubarak Al Oqaili garis keturunannya dihubungkan dengan Al Manea yang merupakan bagian dari keluarga Bani Oqaili. Sedangkan Bani Oqaili memiliki garis keturunan dari Bani Khaled yang terhubung dengan keluarga dari Rabiah Ibn Amir yang merupakan salah satu suku terkenal Modhar Adnan di Semenanjung Arab. Garis keturunan ini sangat jelas dituturkan dalam beberapa puisi Al-Oqaili.

Al-Oqaili lahir di Al-Ahsa, sebuah area di sebelah timur semenanjung Arab pada tahun 1875. Ayah Al-Oqaili sendiri meninggal di Oman ketika beliau terjatuh dan terinjak oleh unta. Kemudian Sheikh Ibrahim bin Mohammed Al-Mubarak mengajarinya yurisprudensi dan literasi Arab. Berkat pendidikan yang diterimanya maka Al-Oqaili semakin tertarik untuk berburu ilmu pengetahuan dan gemar membaca yang merupakan dua hal utama yang mempengaruhi pemikiran dan kehidupan literasinya. Hal ini tercermin pada puisi-puisi penuh makna yang dibuatnya.

Ketika Mubarak Al-Oqaili dibebaskan dari penjara Al-Ahsa setelah menempuh hukuman selama masa pemerintahan Dinasti Ustmaniyah karea pengkhianatan beberapa kerabatnya yang beremigrasi ke Irak dan kemudian beliau hidup dalam beberapa batasan dari Emir Saleh Al Mansur, salah satu penguasa Al Mintefeq di Al-Nasiriyah.

Sepeninggal Emir Saleh Al Mansur, Mubarak Al-Oqaili pun mulai berpergian ke Dubai, Oman, Abu Dhabi dan Bahrain hingga beliau menetap di Dubai pada masa pemerintahan Sheikh Butti Bin Suhail Al-Maktoum yang memerintah Emirat Dubai pada tahun tahun 1906-1912. Beliau kemudian membangun sebuah rumah di wilayah Al-Ras di Distrik Deira pada tahun 1923 dan mulai membuat sebuah Majlis yang sering dikunjungi oleh para pemikir, ilmuwan, sastrawan dan orang-orang suci lainnya.

Bagian depan Museum of the Poet Al-Oqaili
Ruangan pertama setelah pintu masuk.
Dapur.
Meja yang digunakan oleh Mubarak Al Oqaili
Majlis.
Dokumen milik Mubarak Al Oqaili.
Nah itulah wjah Mubarak Al Oqaili.
Mr. Chamakh meminta foto buat bukti kunjungan, aku pun meminta foto juga kepadanya buat kenang-kenangan.

Penyair Mubarak Al-Oqaili tutup usia di Al-Ras pada usia 81 tahun. Beliau tidak menikah dan tidak berputra. Beliau hanya meninggalkan rumah semata di daerah Al-Ras yang kemudian sepupunya yang berasal dari Arab Saudi mewarisi rumahnya tersebut.

Mubarak Al-Oqaili adalah penyair yang bijaksana dan bertalenta. Kehidupan penyair agung tersebut memang telah berakhir, akan tetapi warisan literasi tertulis dalam bentu puisi dan prosanya akan senantiasa dikenang dan diapresiasi di sepanjang masa dan generasi.

Dan isu-isu yang menarik bagi Mubarak Al-Oqaili selalu tercermin dalam hidup dan karya puisinya. Dalam pendapatnya terkait perhatian terhadap Bahasa Arab Klasik yang bersumber dari Al-Qur’an maka beliau mengriktik mereka yang berusaha berkomunikasi dalam bahasa asing dengan alasan mengikuti kemajuan peradaban.

Al-Oqaili adalah penyair kotemporer yang hidup dan menanggapi isu-isu bangsanya serta mengritik kepada mereka yang dianggap kurang benar.

Dalam beberapa informasi yang terpampang di museum, ditunjukkan beberapa hal terkair Al-Oqaili, seperti sikap Al-Oqaili terhadap isu Palestina, alur waktu kehidupan Al-Oqaili, puisi-puisi korespondensi, kata-kata bijak Al-Oqaili, puisi terkait cinta, puisi terkait sejarah bangsanya, puisi elegi (ungakapan duka cita) dan puisi pujian kepada pemimpin bagsanya

Mengunjugi Museum of the Poet Al-Oqaili telah menjadi pengalaman menarik selama masa eksplorasiku di Emirat Dubai.

Nah, kamu juga harus ke museum ini ya jika berkunjung ke Dubai.

Keren lho…..

Kisah Selanjutnya—->