Qal’at Al Bahrain: Sejarah Awal Terbentuknya Bahrain

<—-Kisah Sebelumnya

Tepat pukul setengah dua belas, aku tiba kembali di halte bus Budaiya Market. Kawasan Budaiya Market tampak sepi daripada suasana beberapa jam sebelumnya, yaitu saat aku transit ketika melakukan perjalanan menuju Royal Camel Farm.

Lantas aku menyapukan pandangan ke beberapa titik. Setelah sekian menit memperhatikan sekitar, akhirnya aku menemukan sekumpulan pria dewasa yang sedang bergegas menuju ke suatu tempat.

Mereka sudah pasti sedang menuju masjid untuk melakukan shalat Jum’at”, aku menyimpulkan sendiri.

Shalat Jum’at pertama di Bahrain

Tanpa pikir panjang, aku mengikuti langkah sekelompok pria muda itu. Dan benar adanya, aku tiba juga di sebuah masjid, Mohammed bin Khalifa Mosque nama tempat ibadah tersebut.

Hatiku sangat lega karena aku tak terlambat. Aku segera bersuci dan kemudian mengambil tempat duduk di dalam ruangan masjid. Untuk sejenak aku khusyu’ melaksanakan ibadah shalat jum’at di Bahrain.

—-****—-

Aku melompat ke dalam bus kota bernomor X2. Tujuanku berikutnya berada di pantai utara Bahrain, Distrik Al Qalah tepatnya. Ada sebuah venue bersejarah di tempat itu.

Kebetulan bus yang kunaiki hanya ditempati segelintir penumpang, salah satunya adalah seorang gadis muda asal Jepang yang duduk tepat di depan bangku tempat aku duduk. Gadis itu tampak memperhatikan sebuah aplikasi berbasis peta dan aku yakin dia sedang menuju ke tempat yang sama seperti tempat yang akan aku tuju. Hal itu membuatku tenang, karena masih ada turis menuju tempat di utara kota yang tampaknya akan sepi pengunjung.

Menyerahkan diri pada laju bus, akhirnya aku tiba di tujuan dalam waktu lima puluh menit setelah menempuh jarak sejauh sepuluh kilometer. Dihadapanku telah berdiri dengan kokoh sebuah bangunan benteng masa lalu.

Aku telah tiba di Qal’at Al Bahrain”, aku tersenyum menang.

Akan tetapi aku mengindahkan bangunan modern yang berada di dekat gerbang masuk, bangunan itu adalah museum tempat menyimpan beberapa barang kuno yang ditemukan di Qal’at Al Bahrain.

Aku lebih tertarik untuk langsung saja menuju bagian utama. Bagian itu bernama Hormuzi-Portuguese Fortress, sebuah benteng berdinding kokoh di tepian pantai.

Tetapi sebelum benar-benar tiba di bangunan benteng, sebuah informasi menghadangku di salah satu titik jalan menujunya.

Dari papan informasi itu aku berusaha memahami hikayat tentang Qal’at Al Bahrain.

Diceritakan bahwa pada masa lalu Qal’at Al Bahrain ini adalah ibukota dari Negara Dilmun dan berfungsi sebagai pelabuhan. Dilmun sendiri adalah leluhur bangsa Sumeria yang berasal dari Iraq bagian selatan. Kompleks bersejarah tersebut didirikan pada 2.300 SM dan digunakan hingga Abad ke-16. Menurut informasi, banyak sekali ditemukan barang berbahan tembaga, yang menurut penelitian barang tersebut diperdagangkan hingga ke Sumer (Iraq Selatan), Oman, China, Mesopotamia, Indus Valley (Pakistan) dan negara-negara di kawasan Mediterania.

Secara umum, Qal’at Al Bahrain di masa lalu memiliki empat bagian utama, yaitu:

  1. Bukit buatan yang terbangun karena beberapa kali suksesi penaklukan Dilmun
  2. Sea Tower untuk menjaga jalur masuk ke area benteng
  3. Sea Channel yang digunakan penduduk Dilmun sebagai jalur perdagangan
  4. Area luas di sekitar benteng yang didominasi oleh kebun kurma dan lahan pertanian lokal
Site Museum.
Coastal Fortress.
Hormuzi-Portuguese Fortress.
Hormuzi-Portuguese Fortress.
Hormuzi-Portuguese Fortress.
Hormuzi-Portuguese Fortress.
Northern Rampart and Coastal Fortress Moat.

Qal’at Al Bahrain telah bertahan selama 4.500 tahun dengan perannya sebagai pelabuhan kota, tempat berakulturasinya berbagai budaya bangsa, memegan peran sebagai bangunan pertahanan dan menerapkan arsitektur yang melegenda. Kini Qal’at Al Bahrain talah menjadi UNESCO World Heritge Site.

Secara keseluruhan, Qal’at Al Bahrain memiliki luas 17,5 hektar, berdasarkan lapisan dasar dari bukit buatan ini ditemukan bukti bahwa masyarakat awal di sekitar Qal’at Bahrain menggarap pertanian oasis, berburu dan menangkap ikan.

Dan akhirnya pada pertengahan Abad ke-15, Qal’at Al Bahrain jatuh ke tangan Babilonia (sebuah bangsa yang berlokasi di sekitar Bagdad),

Menikmati sejarah di sekitar Hormuzi-Portuguese Fortress membuatku begitu khusyu’ hingga waktu tak terasa menginjak pukul empat sore.

Bertepatan dengan waktu itu pula, eksplorasiku di segenap Qal’at Al Bahrain telah usai.

Akhirnya aku pulang….

Petualanganku di Bahrain telah usai, esok hari aku akan terbang menuju Kuwait.

Kisah Selanjutnya—->