Meninggalkan Three Musketeers kocak sama artinya dengan aku meninggalkan Marina Beach Garden Park. Aku sudah puas menikmati segenap panorama senja di taman tepi laut tersebut.
Sementara itu rona gelap mulai mengintimidasi langkah kaki, hari sudah merayap ke pukul lima petang. Sementara itu, aku masih percaya pada langkah kaki yang menapaki jalanan kota di sepanjang pinggiran timur Manama.
Aku mempercepat langkah kaki, semakin ke selatan dan masih mengikuti arus Al Fatih Highway.
Aku akan melakukan kunjungan penutup sore itu. Aku mengayun kaki menuju Al Fateh Grand Mosque.
Menyusur sisi timur Al Fatih Highway sejauh hampir dua kilometer, akhirnya aku tiba di tujuan.
Lantas di depanku berdiri megah menjulang bangunan ruhani berusia lebih dari tiga dekade. Menjadi salah satu masjid terbesar di dunia dengan kapasitas tujuh ribu jama’ah.
Selain sebagai bentuk harfiah sebuah masjid, tempat ibadah itu ternyata juga berfungsi sebagai Ahmed Al Fateh Islamic Centre.
Sebetulnya siapa sih Ahmed Al Fateh, sehingga namanya bisa diabadikan di masjid itu?
Ahmed Al Fateh mewarisi darah Kuwait dan bisa dikatakan beliau adalah leluhur dari keluarga Al Khalifa yang saat ini berkuasa di Bahrain. Nama aslinya adalah Ahmed ibn Muhammad ibn Khalifa. Berjuluk “Ahmed Sang Penakluk” semenjak beliau berhasil menaklukkan Bahrain dari penguasa Persia hampir dua setengah abad silam.
Kembali ke perjalananku ya…….
Dari pintu halaman masjid, aku pun melangkah masuk.
“Hi, Sir, can you take our photo?”, tiga gadis Russia tetiba menghentikan langkahku untuk mendekati masjid.
“Sure”, aku yang tak keberatan pun mulai mengambil beberapa photo mereka. Aku hanya mengikuti arahan mereka untuk mendapatkan angle photo yang membuat mereka bertiga terkesan langsing dan tinggi…..Ada-ada saja.
Aku pun mendapat imbalan dengan diambilnya foto diri oleh ketika gadis itu. Maka seusainya, aku mulai memasuki masjid untuk kemudian disambut oleh seorang laki-laki berjubah putih yang tampaknya sedang bertugas menerima wisatawan berbagai bangsa yang datang mengunjungi masjid itu. Pertanyaan pertamaku tentu menanyakan dimanakah ruang bersuci. Dan pantas saja aku tak kunjung menemukannya karena laki-laki berjubah putih itu mengarahkanku menuju bangunan terpisah di luar masjid untuk berwudhu.






Usai berwudhu, aku pun menunaikan shalat tahiyatul masjid dan kemudian bergabung lagi dengan rombongan wisatawan yang sedang berkeliling di area dalam masjid untuk mengikuti penjelasan dari laki-laki berjubah putih itu.
Dari penjelasannya aku baru memahami bahwa Syiah menjadi aliran mayoritas di Bahrain dan Al Fateh Grand Mosque adalah salah satu masjid Sunni yang berada di berada di Bahrain.
Al Fateh Grand Mosque menjadi masjid termegah di Bahrain dan menjadi pusat syi’ar Islam negera itu. Masjid berkubah fiberglass, bermarmer Italia, belampu gantung Austria dan pintu-pintu berbahankan kayu jati asal India itu menjadi landmark megah yang kutemui hari itu.
Aku begitu menikmati penjelasan-penjelasan mengenai Islam di Bahrain hingga tak terasa waktu Maghrib telah tiba.
Laki-laki berjubah putih itu akhirnya menutup tur dan aku pun bersiap diri untuk menjalankan Shalat Maghrib, sedangkan beberapa turis Eropa harus mengakhiri kunjungan dan meningalkan masjid.
Mari kita Shalat Maghrib sejenak…