Kamis pagi bertepatan dengan perayaan Hari Buruh Internasional……Langit tampak cerah, tak ada mendung seperti hari-hari sebelumnya.

Hari itu harusnya aku menikmati libur di rumah. Tapi aku tak segera meninggalkan “Kota Tapis Berseri” usai menjalankan tugas kantor. Aku urung pulang ke ibukota, tetapi memilih untuk mengajak dua sahabat akamsi (anak kampung sini) yang bekerja sekantor denganku untuk menjelajah Lampung.

Kamar 102 yang kuinapi di Hotel De Green.

Aku bersiap lebih pagi, bergegas mandi selepas Shalat Subuh, lantas menyantap Nasi Berkat yang aku dapatkan dari acara Yasinan 100 hari meninggalnya kakak sahabat di bilangan Way Halim pada malam sebelumnya. Aku sadar diri karena tak akan sempat menyantap sarapan yang disediakan hotel.

Usai bersarapan dan setelah lima belas menit menunggu di lobby hotel, tepat pukul setengah tujuh, aku dijemput menggunakan All New Avanza sewaan oleh dua temanku. Mereka mendapatkan mobil sewaan itu dari kerabat salah satu temanku hanya dengan tarif sewa tiga ratus ribu per hari di luar bensin yang nantinya harus kami bayar secara patungan di sepanjang perjalanan.

Aku benar-benar siap meninggalkan Hotel De Green yang berada di bilangan Jalan Jenderal Suprapto, “Ini mobil masih baru, tak boleh ada lecet sedikitpun, aku yang harus pegang kemudi”, aku membatin tak percaya pada kemampuan menyetir kedua temanku sendiri. Kedua teman sejawat kuperintahkan untuk memandu jalan dan duduk manis saja di sepanjang perjalanan.

Avanza sewaan meluncur cepat meninggalkan pusat kota. Hanya dalam setengah jam, injakan pedal gas mengantarkan kami memasuki Gerbang Tol ITERA Kotabaru. Nama “ITERA” merujuk pada kampus negeri Institut Teknologi Sumatera yang terletak persis di dekat gerbang tol. Memasuki gerbang tol, kami terus merangsek menelusuri tol Trans Sumatera demi menggapai Gerbang Tol Terbanggi Besar.

Keluar Gerbang Tol Terbanggi Besar.

Suasana di dalam tol sangat lengang pagi itu. Dalam waktu empat puluh lima menit, kami pun berhasil keluar melalui Gerbang Tol Terbanggi Besar. Membayar tarif tol dengan e-tol card sebesar Rp. 83.500, selanjutnya perjalanan kami teruskan melalui jalur non-tol, yaitu Jalan Lintas Sumatera.

Kotabumi, Stop Point Pertama….

Aku sedikit menurunkan kecepatan mobil begitu memasuki Jalan Lintas Sumatera, jalan utama dua arah dengan satu ruas jalur di setiap arahnya. Pemandangan kiri kanan jalanan didominasi oleh barisan menghijau pepohonan yang membuat perjalanan tidak cepat membosankan.

Selama lima belas menit lamanya, aku mengendalikan kecepatan mobil di sepanjang ruas jalanan yang terletak di Kecamatan Terbanggi Besar dan Way Pangubuan yang keduanya berada di dalam wilayah administratif Kabupaten Lampung Tengah.

Suasana jalanan di Kec. Terbanggi Besar.
Gerbang Perbatasan Kab. Lampung Tengah-Lampung Utara.

Di ruas jalan tersebut, lalu lalang kendaraan truk besar berjenis Hino 500 Series yang ukurannya hampir memenuhi satu ruas jalan dan juga medium bus berukuran ¾ yang melaju sangat cepat dari arah berlawanan membuat fokusku tetap terjaga.

Tepat pukul 08:15, aku mencapai Gerbang Perbatasan antara Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Utara.

Melintasi gerbang perbatasan itu, maka secara otomatis aku telah memasuki Kabupaten Lampung Utara melalui daerah Blambangan Pagar. Di daerah ini hamparan persawahan yang berpadu dengan permukiman warga masih sangat mudah ditemukan.

Setelah sekian lama mengendara mobil dalam senyap, akhirnya satu keramaian aku temukan di Pasar Candimas yang terletak di daerah Abung Selatan. Perpaduan keramaian pasar tradisional, aktivitas minimarket modern dan kios-kios perniagaan sangat kental terasa ketika aku melewati kawasan ini.

Persawahan dan pemukiman penduduk di Kec. Blambangan Pagar.
Daerah di sekitar Pasar Candimas.

Tetapi selalu saja, dalam sebuah perjalanan rame-rame selalu aja ada kekonyolan di balik kesenangan. “Edannn, indikator bensinya kedap-kedip….Hahaha”, aku tertawa terhenyak. Berharap segera bisa menemukan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebelum kami mendorong mobil sewaan di jalanan.

Setelah sekian lama ber-spot jantung akhirnya kami menemukan SPBU di daerah Kotabumi Selatan. Sudah bersenang hati menemukan SPBU, kami mendapatkan masalah berikutnya, SPBU tidak bisa menerima pembayaran dengan Debt Card karena sistem pembayaran SPBU sedang offline. Untuk mengatasi permasalahan ini maka kami berinisiatif berpatungan dengan uang recehan untuk membeli Pertalite. Sontak mbak-mbak yang bertugas sebagai operator SPBU menahan tawa dengan tangannya melihat kelakuan kami menghitung uang recehan kertas dan koin di depannya. Akhirnya terkumpul uang sebesar Rp. 72.500 untuk membeli Pertalite darurat.

Drama tegang dan konyol kami lalui dengan tawa terbahak, kami berhasil melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini tujuan kami tentu simple, yaitu mencari ATM BCA untuk menarik uang tunai.

Ternyata susah sekali mendapatkan ATM BCA. Hingga salah satu temanku memberikan informasi. “Bro, ada ATM BCA di Rumah Sakit Handayani. Aku dulu waktu kerja jadi Medical Representative pernah ambil uang di sana”.  Maka tanpa pikir panjang, aku menginjak pedal gas lebih kencang menuju ke sana, aku sudah tidak perlu berkedara pelan sembari celingukan ke kiri dan ke kanan demi mencari keberadaan ATM BCA.

Patung Letjen. Alamsyah Ratu Prawiranegara, tokoh militer asli Kotabumi.
Melalui Tugu Payan Mas.
Mencari ATM BCA di RS Handayani.

Sekitaran jam 8:40, aku berhasil mencapai pusat kota Kotabumi yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung Utara. Aku juga melewati landmark utama Kotabumi, yaitu Tugu Payan Mas. Tugu ini berwujud tombak berwarna emas dengan sembilan Payan (perisai). Sembilan Payan merujuk pada jumlah total sembilan marga yang berada di Kabupaten Lampung Utara yaitu Campang Gijul, Nyapah Banyu, Ogan Campang, Ogan Jaya, Pekurun, Pekurun Tengah, Pekurun Udik, Sinar Gunung, dan Sumber Tani. Marga yang dimaksudkan di sini adalah wilayah besar yang terdiri dari beberapa desa.

Tak begitu lama dari tugu terebut, akhirnya kami tiba di Rumah Sakit Handayani. Mengambil parkir di pinggiran jalan aku pun bersiap mengisi kembali dompet dengan uang cash dan membiarkan kedua temanku berburu bubur ayam untuk memenuhi sarapan paginya….

Selamat datang Kotabumi, persinggahan singkat pertama perjalanan kami.

Posted in , , ,

Leave a comment