Kuwait Airways KU 621 dari Kuwait (KWI) ke Doha (DOH)

<—-Kisah Sebelumnya

Rute Kuwait Airways KU 621 (Sumber: https://www.radarbox.com/).

Dini hari….Masih jam 03:14….Suasana di Kuwait International Airport begitu damai dengan alunan musik instrumental yang mendayu-dayu. Sepintas aku merasa berada di suatu sisi Changi International Airport yang kerap memainkan musik yang sama.

Tiket yang kudapat sejak di Bahrain International Airport.

Aku mengambil duduk di kursi tunggu paling ujung, merasakan pengar hidung yang masih menyisakan flu. Flu teraneh yang pernah kualami seumur hidup. Kala itu pertengahan Januari, sedangkan COVID-19 mulai merebak sebulan sebelum aku berada di Kuwait….Bahkan aku berinteraksi akrab dengan warga Tiongkok Daratan yang sedang berangkat kerja menuju Oman beberapa hari sebelumnya di Dubai International Airport….Ah entahlah!

Aku dan 12Go….Partner sejati.

Pengeras suara mulai memanggil nomor penerbanganku. “Terlambat setengah jam”, batinku merespon. Aku mulai mengantri untuk memasuki maskapai “Burung Biru” itu. Ini adalah penerbangan keduaku bersamanya setelah sehari sebelumnya aku menungganginya di rute Bahrain-Kuwait.

Melintasi aerobridge.
Business Class.
Economy Class.

Aku terus mengintip ke arah bangunan Terminal 4. Yang terbayang adalah betapa dinginnya di luar sana ketika melihat embun melapisi setiap inchi badan pesawat. Sementara di sebelah kanan tampak Airbus A330 sedang melakukan proses yang sama.

Bangku 13K, penamaan bangku yang aneh (ABC-HJK).
Alburaq inflight magazine menemaniku terbang sejauh 568 kilometer.

Setelah melalui 30 menit proses boarding, akhirnya perlahan aku meninggalkan Kuwait dan menyisakan keindahannya dari udara. Kuwait Airways terbang meninggalkan mainhub nya.

Pagi yang cerah dengan indahnya lampu kota.
Selamat tinggal Kuwait.

Inilah penerbangan Kuwait Airways yang ku reschedule pada kisah sebelumnya.  Tiket seharga Rp. 957.500 yang sudah kupersiapkan sejak 9 bulan sebelum penerbangan. Satu hal lain yang menjadi keisenganku saat memesan tiket pesawat adalah mencoba berbagai jenis makanan. Kali ini aku memesan Diabetic Meal (DBML),  makanan rendah gula dengan sedikit garam beserta buah dan sayur kaya serat.

Aku bukan penderita diabetes tetapi penasaran ingin merasakannya saja….Hahaha.
Menonton Gemini Man selama terbang.
Suasana kabin selama 1 jam 40 menit penerbangan.

Pagi yang cerah di sepanjang Teluk Persia memberikan penerbangan yang nyaman hingga memasuki wilayah udara Qatar. Kuwait Airways mulai merendah dan menyibak muka Doha yang terang dengan warna-warni cahaya bumi.

Bersiap menapak di Doha.

Aku tiba di Hamad International Airport tepat pukul 04:45. Pahatan Teddy Bear raksasa berwarna kuning yang tertancap di tiang listrik adalah hal pertama yang kurekam tentang bandara ini. Aku ingin segera melihatnya.

Merapat di parking lot.

Di pagi yang dingin, para ground crew tidak menyediakan aerobridge untuk penerbangan ini. Penumpang harus turun ke apron bandara dan bergiliran menaiki apron shuttle bus. Begitu keluar pintu pesawat, badan terasa ditusuk udara dingin tanpa ampun. Apalagi aku harus menunggu bus berikutnya demi menuju arrival hall.

Airbus A320-214.
Tiba di arrival hall dalam 12 menit.

Aku terus melangkah mencari Teddy Bear kuning itu ketika sebagian besar penumpang mengantri di toilet atau berebut bagasi di conveyor belt. Akhirnya aku menemukannya, walaupun tidak bisa mendekat karena boneka itu berada di area departure hall.

Tak mengapa, aku akan berfoto dengannya saat pulang nanti.

Selamat Datang Doha!

Kisah Selanjutnya—->

Kuwait International Airport Lebih Dekat

<—-Kisah Sebelumnya

Kuwait International Airport menjadi bandara di luar Indonesia ke-30 yang ku kunjungi . Tepatnya di Terminal 4, aku mulai mengenalkan diri dengan salah satu sisi bandara apik ini. Terminal 4 sendiri merupakan mainhub resmi milik Kuwait Airways yang kali ini kupilih sebagai moda trasportasi untuk meninggalkan Bahrain.

Arrival Hall

Kuwait Airways KU 614 merapat di parking lot.

Mendarat dengan mulus di salah satu runway pada pukul 13:35, aku sudah tak sabar ingin menjejak langkah di lantai bandara.

Layaknya bandara modern, keluar pesawat melalui aerobridge.
Tampak bangunan Terminal 4 dengan tiga lantai.

Berbelok ke kanan dari aerobridge, koridor tak berkarpet itu dengan seringnya menampilkan wajah Emir Kuwait Sabah IV Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah yang tampak melambaikan tangan seakan mengucap “Selamat Datang di Kuwait”.

Koridor berkutnya menuju Arrival Hall.

Aku sudah siap memasuki screening gate menuju Transfer Hall. Kebiasaanku bertraveling tanpa ikat pinggang dan meletakkan passport, uang, jam tangan, kamera, handphone dan sebotol air mineral pada folding bag kecil, membuatku tak sesibuk penumpang lain yang selalu gelagapan ketika memasuki area screening dengan tempo cepat.

Aku tak melawan penyitaan botol air mineralku, karena aku yakin akan mudah menemukan free water station di bandara berusia hampir seabad ini.

Aku mulai memasuki duty free zone dengan kamera di tangan. Tentu tak ada pelayan yang menyapaku yang berpenampilan dengan satu backpack di punggung. Ya, itu saja. Aku tak membawa apapun untuk 21 hari petualanganku kecuali  5 t-shirt, 2 celana panjang, 1 celana pendek bahkan aku menggunakan dispossable panties untuk urusan dalaman, praktis sekali pakai langsung buang. I’m very light backpacker. Orang inggris menyebutku “Wong Edan”.

Duty free zone.

Departure Hall

Masih di lantai 1, selepas duty free zone, aku dihadapkan langsung pada departure area dengan 5 gerbang pemberangkatan berkode B1 hingga B5.

Departure gate lantai 1.

Di lantai ini disediakan Al Mubarakiya Lounge bagi siapa saja yang ingin bersantai menunggu penerbangan. Aku sendiri hanya menggunakan gate B1 ketika menunggu airline van untuk menuju Safir Aiport Hotel yang dihadiahkan gratis oleh Kuwait Airways kepadaku semasa transit.

Gate B1.
Cafe Coco di dekat gate B1.

Sementara di dini hari berikutnya ketika hendak terbang bersama Kuwait Airways KU 621 menuju Doha, aku menggunakan fasilitas di sepanjang departure gate D1-D8 di lantai 2. Masih teringat ketika sehari sebelumnya tidur di sofa hijau panjang dan didatangi seorang polisi bergamis putih bak malaikat yang mengantarkanku pada keberuntungan mendapatkan free staying di Safir Airport Hotel.

Sofa di lantai 2.
Terbang ke Qatar melalui gate D8.

Parking Lot dan Area Kargo

Yuk, sekarang kita intip bagian luar bandara. Aku berhasil melihatnya dengan leluasa ketika menaiki airline van menuju Safir Airport Hotel. Hanya berdurasi 10 menit, aku perlahan melintasi area kargo. Baru kali ini melihat proses loading kargo secara langsung ketika melewati beberapa kaki pesawat kargo.

Turkish Airlines Cargo.
Area kargo.

Sebagai hasil dari pengembangan sebuah pangkalan Angkatan Udara, maka Kuwait International Airport masih berbagi tempat dengan Abdullah Al-Mubarak Air Base. Pangkalan ini sendiri berada di timur bandara, bersebelahan dengan Safir Airport Hotel tempatku menginap.

Pesawat angkut militer Alenia C-27J Spartan.

Lounge

Sebagai bandara yang memiliki kapastitas penumpang lebih dari sembilan juta penumpang per tahun maka selain menyediakan 5 area terminal maka fasilitas lounge menjadi bisnis yang menggiurkan. Selain Al Mubarakiya Lounge, Kuwait International Airport juga menyediakan Bayan Lounge di lantai 2.

Bayan Lounge dekat gate D8.

Toilet

Nah, dibagian terakhir mari kita lihat bagaimana penampakan toilet bandara. Ini dia:

Bersih dan wangi.
Toilet di lantai 2.

Itulah gambaran singkat dari Kuwait International Airport, khususnya Terminal 4.

Sudah dulu ya….Saatnya terbang ke Doha.

Kisah Selanjutnya—->

Digelandang Menuju Safir Airport Hotel, Kuwait

<—-Kisah Sebelumnya

Aku berjalan pelan untuk menikmati setiap koridor Arrival Hall di Terminal 4, Kuwait International Airport. Tak diburu waktu, karena waktu terbang berikutnya masih lima belas jam lagi.

Berpindah di Transfer Hall, ritme langkah menjadi cepat karena petugas aviation security mengaturnya demikian. Belum semenit, aku sudah di depan screening gate setelah menunjukkan tiket terusan pada staff wanita Kuwait Airways asal Philippina. Sial, proses screening akhirnya menyita mineral waterku.

Melewati duty free zone di lantai 1, insting mengarahkanku untuk mencari tempat ternyaman demi memejamkan mata. Trauma keterlambatan, membuatku terjaga di Bahrain Plaza Hotel sejak jam tiga pagi. Kini kantuk menggelayutiku.

Aku naik ke lantai 2 melalui sebuah lift dekat gate B1. Girang hati, memergoki empat belas sofa panjang berwarna hijau tak berpenghuni tepat di sebelah departure gate D5-6. “Yeaaa….Inilah tempat tidurku”, hati bergumam.

—-****—-

Polisi: “Hello, Sir?”, seorang bergamis putih membangunkanku.

Aku: “Yes, Sir”, aku terperanjat karena terbangun mendadak.

Polisi: “Can me see your ticket and passport?

Aku: “Sure, Sir”, gelagapan mencarinya yang entah terselip dimana.

Polisi: ”Ohh, long transit. What airline did you use before?”

Aku: ”Kuwait Airways, Sir”, kutunjukkan penggalan tiket itu.

Polisi: “Follow me now!”, wah masalah …..

Jantung berdegup lebih cepat ketika mengikuti langkahnya. Tiba di area screening gate semula tiba, melalui pintu khusus aku diarahkan ke meja Customer Service Kuwait Airways. Entah dia bicara apa kepada staff itu, hingga dia memanggilku untuk mendekat. “Come!”, katanya.

Staff Customer Service meminta maaf karena kurang teliti memeriksa tiketku. Walaupun dua tiketku adalah non-connecting flight, karena keduanya menggunakan Kuwait Airways, maka aku mendapatkan benefit menginap di Safir Airport Hotel. Mengingat  penerbangan berikutnya harus menunggu lebih dari delapan jam.

Polisi: “Enjoy your trip”, ucapnya tanpa senyum.

Aku: ”thank you very much, Sir”.

Polisi: ”Welcome”, dia berlalu begitu saja.

Bagiku di bukan polisi bandara melainkan malaikat yang mendadak datang menghampiriku.

Transit card sebagai akses menuju hotel.

Melewati kembali screening gate, aku menuju ke gate B1 seperti yang diperintahkan. Dua ground staff berkebangsaan Philippina mempersilahkan duduk untuk menunggu airline van penjemput. Kemudian, satu diantaranya terlihat sibuk dengan handy talkie memanggil van yang dimaksud.

Dijemput bersama dua penumpang wanita asal Qatar.

Area Lobby

Airline van mengajakku berkeliling bandara dengan leluasa. Kesibukan di area kargo dengan latar pesawat kargo berbadan besar membuatku terpana.

Sepuluh menit kemudian, aku diturunkan tepat di depan lobby. Seorang polisi mendadak berdiri dari duduk santainya di screening gate. Dia begitu serius mengamati backpack tunggalku di dalam Luggage Screening Device. “OK, clear”, sahutnya mengakhiri proses.

Pintu lobby.
Area bersofa.
Area lesehan.
Departure fight information.

Area Kamar

Aku menyusuri koridor menuju ke kamar 113. Senangnya hati bisa mencicipi hotel berharga Rp. 2.500.000 per malam itu. Hanya sayang, aku tak bisa menikmati seluruh fasilitas mewahnya karena serangan flu berat bawaan dari Bahrain. Seluruh tisu kamar dan toilet kuhabiskan untuk melawan ingus bening yang terus mengalir tak terkendali dari hidung.

Koridor menuju ke kamar.
Mendapat twin bed room.
Kamar mandi.
idur yang tak nyenyak.

Pemandangan

Sebentar-bentar terbangun karena penasaran dengan pemandangan di jendela. Tampak pesawat dinas Kerajaan Kuwait yang terparkir tanpa kawalan, setengah jam kemudian mendaratlah pesawat angkut militer Boeing C-17 Globemaster III, jenis pesawat yang dihancurkan Donatello dalam film Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows….Keren.

Bahkan aku sempat menikmati deretan jet tempur di salah satu sisi. Memang Kuwait International Airport pada dasarnya adalah pengembangan dari Abdullah Al-Mubarak Air Base milik Angkatan Udara Kuwait. Wah, beruntungnya diriku.

Pesawat Dinas Kerajaan Kuwait.
Boeing C-17 Globemaster III.

Restoran

Telepon dari resepsionis membangunkanku, “Sir, please come down!”. Kujawab singkat “Wait for 10 minutes, Sir”. Aku mengepak perlengkapanku ke dalam backpack. Kemudian bergegas turun. “Why do you bring your backpack and check-out, I just want to give you an information that it’s dinner time”, ungkapnya sambil tertawa. Sontak, aku kembali ke kamar dengan malunya. Kemudian turun lagi untuk bersantap malam.

Al-Dawarza Restaurant.
Teras restoran

Hmmh….Kenangan tak terlupakan.

Kisah Selanjutnya—->

Kuwait Airways KU 614 dari Bahrain Ke Kuwait

<—-Kisah Sebelumnya

Rute penerbangan KU 614 (sumber: https://www.radarbox.com/)

Tepat jam lima pagi aku mulai mengguyur badan di kamar mandi Bahrain Plaza Hotel. Hari itu juga, aku akan meninggalkan Bahrain dan menuju ke Kuwait. Setelah memastikan segenap perlengkapan tak tertinggal, aku turun ke lantai satu untuk menyerahkan kunci dan menuju ke shelter bus terdekat. Tak jauh, cuma tiga ratus meter di selatan hotel, tepat di depan Manama Cemetery.

Sepuluh menit kemudian Bus asal pabrikan MAN bernomor A1 tiba. Masuk dari pintu depan dan men-tap Go Card untuk membayar tarif senilai Rp 12.000, aku meluncur menuju Bahrain International Airport selama satu jam ke depan.

Tiba di airport pada jam 07:45, aku langsung menuju ke lantai 1. Area check-in yang tak lebih elok dari konter yang sama milik Halim Perdanakusuma Airport. Nomor penerbangan yang tak kunjung muncul di LCD Departure Hall, membuatku memiliki waktu untuk menukar Bahraini Dinar (BHD) tersisa. Rupanya money changer di lantai 1 tak mau menerima Dinar dalam jumlah kecil, beruntung Bahrain Financing Company (BFC) di lantai 0 masih mau menerimanya.

Jam 9:30, konter check-in untuk penerbangan Kuwait Airways KU 614 mulai dibuka. Kujelaskan singkat bahwa aku akan menuju Qatar dengan dua non-connecting flight dan akan transit di Kuwait. Staff pria muda itu hanya sekali bertanya kepadaku perihal Visa Qatar. “Qatar visa is free for Indonesian, Sir”, jawabku mengakhiri percakapan dan dia memberikan dua tiket berlogo burung biru sekaligus. Tiker sendiri aku pesan 9 bulan sebelum keberangkatan.

Kuwait Airways adalah maskapai ke-27 yang kunaiki.

Melewati konter imigrasi dengan mulus, aku segera menuju ke Gate 15 yang berlokasi di pojok ruangan dengan selasar sempit yang terhubung ke jalur aerobridge. Menunggu waktu boarding, aku terus mengamati lalu-lalang Gulf Air, maskapai kenamaan milik Kerajaan Bahrain.

Ruang tunggu keberangkatan.

Sedikit terlambat, aku mulai boarding pada jam 11:51. Rasa tak sabar menggelayuti hati untuk merasakan pertama kalinya penerbangan Kuwait Airways, maskapai milik Kerajaan Kuwait.

Satu jam terlambat.
Business Class.
Economy Class.

Segera mengambil tempat duduk sesuai yang tertera di boarding pass dan mempersiapkan diri untuk penerbangan pendek sejauh 420 km yang akan ditempuh dalam waktu  1 jam 10 menit.

Bangku nomor 17A yang kududuki.
Terima kasih 12Go sudah menjadi Affiliate Parner untuk travelingpersecond.com.
Alburaq inflight magazine.

Tampak bahwa beberapa aircrew maskapai ini berkebangsaan Philippines dan beberapa dari kawasan Afrika. Selama penerbangan, kuperhatikan botol-botol minuman beralkohol tak nampak pada food trolley, sepertinya penerbangan Kuwait Airways adalah penerbangan bebas alkohol….. Keren.

Menonton “The Martian”.
Menu Low Fat Meal (LFML) yang kupesan bebarengan dengan pemesanan tiket.

Siang itu udara di tepian barat daya Teluk Persia tampak cerah. Hal ini menjadikan penerbanganku terasa sangat mulus, tanpa turbulensi sama sekali. Penerbangan yang menyenangkan.

Cuaca cerah di awal Januari.
Berasa gimana gitu, terbang bersama warga Timur Tengah.

Di seperempat terakhir mengudara, pesawat mulai merendah dan menampakkan daratan Kuwait yang tampak gersang dan panas. Aku sendiri tak sabar ingin segera mengenal Kuwait International Airport yang menjadi mainhub Kuwait Airways.

Daratan Timur tengah yang khas coklat berpasir.
Kesibukan di Terminal 2 Expansion Project.
Penampakan kota Kuwait.

Waktu menunjukkan jam 13:35. Selepas pesawat berhenti sempurna, aku segera meninggalkan badan pesawat menuju ke Transit Hall Kuwait International Airport. Aku akan bersabar menunggu hingga pukul empat pagi di keesokan harinya untuk menuju Qatar.

Airbus generasi Neo A320-251N

Kisah Selanjutnya—->

Reschedule Kuwait Airways Setelah Visa Turis Kuwait Gagal

<—-Kisah Sebelumnya

ARTIKEL SPIN OFF

Tepat tiga puluh hari sebelum keberangkatan backpacking ke Timur Tengah, aku mulai sibuk mengurus segenap visa yang dibutuhkan yaitu visa turis untuk mengunjugi Kochi, Dubai, Oman, Bahrain, Kuwait dan Qatar.

Diantara keenam visa itu, aku menyimpan pengalaman pahit ketika akhirnya tidak berhasil mendapatkan Visa Turis Kuwait. Hal inilah yang menyebabkan diriku harus puas untuk sekedar menikmati Kuwait dengan cara transit, tapi tentu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Akhir November, semua informasi perihal Visa Turis Kuwait yang kudapat melalui internet (google, youtube dan facebook) kucatat dengan detail. Hingga kuhubungi satu persatu kontak  tersebut. Informasi terbaik yang kudapatkan adalah aku bisa memasuki Kuwait melalui Visa on Arrival (VoA).

Tetapi pada laman General Department of Residency, kubaca bahwa Indonesia tak termasuk dalam daftar negara yang warganya bisa mendapat VoA.

Percakapan melalui Whatsapp dengan agen pembuat Visa Kuwait.

Menghubungi nomor telepon yang kudapatkan di internet,  setiap dering yang kukirimkan tak kunjung terespon. Maka untuk memastikan segera, aku merangsek  ke daerah Kuningan di awal Desember untuk bertanya langsung ke Kedutaan Kuwait.

Cukup sulit mencari lokasinya, karena alamat yang ditampilkan google tak pernah tepat. Aku harus tersasar di sebuah kantor kedutaan tanpa nama di Jalan Patra Kuningan I . Gedung luas dengan penjagaan sekelompok pria berhelm militer dan bersenjata laras panjang. Decitan Beat Pop tepat di depan pintu masuk sontak membuat mereka mendadak waspada dan menaikkan senjata mereka ke dada.

Aku : “Pak, ini bukan Keduataan Kuwait ya?”

Penjaga: “Bukan mas, Ini Kedutaan Australia”.

Aku: “Kok google maps mengarahkan saya ke sini ya pak?”.

Penjaga: “Itu salah mas, banyak orang pada nyasar ke sini”.

Aku: “Bapak tahu lokasinya dimana?”.

Penjaga: “Wah saya kurang ngerti mas”.

Akhirnya mereka merendahkan posisi senjata setelah mengetahui tujuanku. Emang dasar akunya saja yang kurang sopan, bertanya di atas motor tepat di depan pintu gerbang….Hahahaha.

Alamat dari sumber  lain juga membuatku tersasar di Jalan Denpasar Raya. Entah kantor apakah itu, beruntung penjaganya bisa memberikanku arah yang jelas menuju Kedutaan Kuwait. Hingga akhirnya aku tiba di kantor Kedutaan Kuwait di Jalan Mega Kuningan Barat III.

Kantor Kedutaan Besar Kuwait yang cukup sederhana.

Sepi pengunjung dan hanya dijaga oleh dua orang Satpam. Mereka mempersilahkanku duduk di sebuah teras kecil di pojok kiri Kedutaan. Hingga mereka memanggilkanku staff yang mengurusi masalah Visa.

Akhirnya harapanku mengeksplore Kuwait pupus setelah staff cantik kedutaan itu memberi penjelasan melalui sebuah celah sempit sambil menunduk.

Untuk warga negara Indonesia, Kuwait tidak mengeluarkan Visa Turis, mas. Kami hanya mengurus Visa Kerja dan Visa Diplomatik saja. Untuk bisa berwisata, mas harus mendapatkan Calling Visa dari teman atau keluarga di Kuwait”, Ujarnya.

Mengetahui niatanku pupus maka tak ada cara lain. Aku harus mempercepat tiket keberangkatan Kuwait-Doha yang sudah kumiliki sejak pertengahan April. Setelah berhitung, mereschedule lebih hemat daripada membeli tiket direct filght Bahrain-Doha.

Jadi dari Bahrain, aku akan menuju Doha dengan bertransit di Kuwait.

Tiket awal Kuwait-Doha.

Aku segera menghubungi Kuwait Airways melalui Whatssapp di akhir pekan pertama Desember.

Percakapan dengan Customer Service Kuwait Airways.    
Setelah fixed mengatur ulang jadwal terbang, mereka memberiku sebuah link pembayaran via email.
Link berumur 2 jam. Aku harus cepat melakukan pembayaran melalui kartu Kredit.

Selain mereschedule penerbangan, tentu pemesanan hotel di Booking.com juga harus kubatalkan.

Vera House & Hotel seharga Rp. 670.000 per malam.

Ini berarti, ditengah perjalananku nanti, aku akan lebih lama mengunjugi Doha. Dari rencana semul 3 hari menjadi 5 hari. Dan eksplorasiku ke Kuwait hanya sebatas transit. Tapi justru masa transit ini telah memberikan pengalaman yang tak terlupa.

Pengalaman apa itu?….Hahaha, baca saja sebentar lagi!

Kisah Selanjutnya—->