12 Jam Menginap di Suvarnabhumi International Airport.

Melalui aerogbridge, aku segera menuju transit hall untuk menunggu connecting flight Thai Airways berikutnya. Waktu menunjukkan pukul 23:15. Aku berusaha menemukan lokasi information centre untuk menanyakan tempat ternyaman beristirahat di Suvarnabhumi International Airport.

Aku: “Hi, Ms. Where is better place for rest and getting food?, Transit hall or departure hall?”

Staff: “I think you will be better staying in transit hall. Departure hall is very crowded than you think. Many food stall are in transit hall, so don’t worry”.

Aku: “Oh, okay Ms. Thank you”.

Akhirnya, sarannya menuntunku untuk segera memasuki transit hall. Melewati konter pemeriksaan tiket dan passport dengan lancar, kemudian aku mengakhirinya melalui x-ray screening dengan cepat.

Memasuki transit hall.

Aku akan bermalam selama  12 jam hingga pernerbangan Thai Airways TG 0319 menuju Kathmandu. Setiba di transit hall, aku segera mencari spot terbaik untuk memejamkan mata. Situasi yang masih ramai, tak memungkinkan bagiku menemukan deretan bangku kosong untuk selonjoran.

Akhirnya, menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam untuk mengeksplore seluruh transit hall.

Tengah malam mulai berlalu, perlahan airport mulai kehilangan para pengunjungnya. Deretan bangku-bangku biru memanjang itupun nampak mulai kosong. Beberapa cleaning service terlihat mulai menyeka bangku-bangku itu dengan pewangi dan sterilizer. Mereka sepertinya tahu gelagatku untuk segera meniduri bangku-bangku yang tampak seperti springbed dalam penglihatanku.

Akhirnya menenukan bangku kosong.

Sungguh terlelap berbantal backpack hingga menjelang fajar. Perlahan suara geretan koper para penumpang penerbangan pagi mulai menginterupsi “mimpi Nepal”ku. Aku terbangun tetapi masih tak kuasa menahan kantuk. Kuputuskan untuk mencari mushola dan berharap bisa melanjutkan mimpi.

Electric Information Board
Ruangan mushola yang kosong dan menggoda.

Waktu subuh di Bangkok adalah jam 05:20. Sembari menunggunya tiba, dengan sigap aku mengambil spot tidur di ujung belakang mushola. Tetapi kali ini, aku harus meringkuk disebabkan dinginnya ruangan karena AC besar mushola.

Beberapa jam setelahnya, derap langkah para jama’ah  mulai sering terdengar memasuki ruangan. Waktu Subuh kian menjelang. Sudah tak lelap lagi, bersiaplah diriku mengerjakan Subuh berjama’ah.

Bahagia rasanya, bisa shalat bersama kaum muslim Bangkok pekerja Suvarnabhumi. Aku berbaur dengan security, staff imigrasi hingga para polisi bandara. Sehabis shalat aku sedikit bercakap dengan salah satu staff imigrasi. Satu yang kutangkap adalah kaum muslim Bangkok berjumlah sekitar 10% dari total penduduk Ibukota. Persentase itu berkisar di angka 800-900 ribu.

Subuh telah berlalu,  saatnya bersih-bersih di toilet lalu mencari sedikit kudapan untuk sarapan sebelum TG 0319 take off pada pukul 10:30 menuju ibukota Nepal.

Sarapan yukkkk…!

TG 436: Mewah Mengudara Menuju Bangkok

Jalur penerbangan TG 436

Akhirnya aku mengulang perjalanan menuju Negeri Gajah Putih setelah eksplorasi terakhir pada 2013. Empat tahun lamanya, aku menunggu kesempatan itu. Jika 2013, aku terbang bersama Air Asia menuju Don Mueang International Airport maka kali ini aku sangat mujur karena bisa menangkap promo murah meriah yang dikeluarkan oleh Thai Airways pada April 2017.

Menunggu selama 8 bulan sebelum benar-benar terbang adalah sesuatu yang sangat tak mengenakkan. Bukan karena Bangkok nya, tapi hanya karena hasrat mencicipi pesawat premium berbadan lebar. Setahun sebelum, aku pernah menaiki jenis pesawat yang sama milik Air Asia ketika pulang dari Incheon.

—-****—-

Selepas Jum’atan, aku menyempurnakan packing untuk perjalanan selama  11 hari yang tentu akan membuat penasaran. Tepat jam 3 sore, aku bergegas memanggul backpack menaiki angkot menuju Terminal Kampung Rambutan. Angkot yang begitu lama tiba, membuatku terhukum dengan menaiki bus DAMRI satu jadwal keberangkatan lebih lambat.

Jam 16:00, DAMRI meluncur tetapi tak berselang lama kondisi jalan tol menjadi stuck. DAMRI sungguh lama tak bergerak. Terusut sudah terdapat perbaikan jalan di sebuah terowongan dikombinasi dengan insiden truk terguling 400 meter setelahnya. Padahal penerbanganku terjadwal jam 19:05. Itu berarti aku harus siap pada jam 17:55 sebelum benar-benar boarding….Mepeeetttt.

Beruntung sirine Highway Patrol mulai terdengar merangsek ke depan. Signifikan, 15 menit kemudian DAMRI melaju mulus menuju Terminal 2 Soetta.

Thai Airways akhirnya menjadi maskapai ke-18 yang kunaiki.

Beruntung Soetta melompong dan hanya perlu 5 menit untuk proses check-in kemudian boarding pass ungu putih tergenggam. Semua pos pemeriksaan x-ray kulewati dengan sangat cepat karena hanya satu backpack 45L saja yang perlu di screening.

Mulai boarding.

Aku memasuki Airbus A330-300 melalui jalur kabin sebelah kanan untuk menemukan bangku bernomor 52K. Kali ini akan menjadi sangat lega karena aku duduk di bangku kolom tiga sendirian. Ndeso….Baru kali ini naik pesawat dengan layar LCD didepan mata….Pencat-pencet sesuka hati.

Jakarta-Bangkok yang berjarak darat sejauh 3.000 km di tempuh dalam waktu 3 jam 35 menit dengan kecepatan rata-rata 475 knot ( 880 km/jam). Bisa dibayangkan betapa kencangnya.

Moslem meal yang disajikan setelah brown rice cracker dan apple juice di berikan.

Selama penerbangan, pramugari cantik berwajah khas Thailand memang sungguh memikat sejauh mata memandang. Untung saya hanya backpacker kere…..Andai aku businessman kelas atas…..Pasti aku akan lamar dia….Hihihi.

Pertama kali landing di runway Suvarnabhumi International Airport.

Tiba pada pukul 22:35 menyebabkan aku tak punya opsi lain. Tak mungkin keluar bandara dan beranjak menuju kota. Jika ada waktu pun, saya mungkin juga enggan. Karena bukan Bangkok tujuanku….Tapi, NEPAL.

Yess….Nepal akan menjadi negara ke-11 yang kukunjungi.

Mau tahu kan kisahku berikutnya ke “Negeri Seribu Kuil”

Ikutin kisahku selama disana ya.

Cari tiket penerbangan dari Jakarta ke Bangkok melalui 12go Asia. Berikutnya linknya:  https://12go.asia/?z=3283832

Scoot Air TR457 dari Kuala Lumpur ke Singapura (KUL-SIN)

SCOOT AIR….maskapai Low Cost Carrier (LCC) milik Negeri Singa yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh Singapore Airlines.

Lintasan terbang Scoot Air TR457. Sumber dari https://flightaware.com

Scoot sendiri masuk list ke-22 dari seluruh maskapai yang pernah kunaiki. Melalui nomor penerbangan TR457 dengan rute regular Kuala Lumpur (KUL) ke Singapura (SIN), Aku pertama kali menggunakan jasa Scoot Air  tertanggal 31 Maret 2018. Kali ini Aku menaiki pesawat berjenis Airbus A320 dengan kapasitas 168 penumpang.

Walaupun sebenarnya Aku pernah menggunakan Maskapai  Tiger Mandala pada 26 November 2013 saat menuju ke Bangkok dan Tiger Air pada 11 Januari 2015 saat kembali dari Vietnam. Kini kedua maskapai tersebut sudah merger ke dalam Maskapai Scoot Air.

Tuh kan sudah merger, masih ada identitas Tiger Air di badan pesawat Scoot Air TR457

Ketidakjelasan terminal asal keberangkatan (apakah dari KLIA terminal 1 atau KLIA terminal 2) membuatku sedikit gelisah karena biasanya Departure List baru keluar 2 jam sebelum penerbangan. Dan tentu perlu waktu untuk berpindah dari KLIA2 ke KLIA.

Untuk penerbangan internasional, Aku selalu memulai perjalanan menuju bandara 4 jam sebelum waktu penerbangan. Jadi Aku meninggalkan Westree Hotel pada pukul 05:30 dan bergegas menuju ke Skybus/Aerobus Shelter yang terletak di KL Sentral. Karena jaraknya cuma 40 m, Aku hanya perlu berjalan kaki selama 3 menit menuju shelter.

Security hotel keturunan India tajam memerhatikanku di pintu lobby bagian dalam….Lha iya, Aku berdiri lama ditengah pintu….clingak-clinguk kiri kanan kaya ayam mau nyebrang….Saking sepinya, Aku harus memastikan tak ada yang mencurigakan di sepanjang jalan yang akan kulewati menuju KL Sentral.

Yesss….Sepi, ndak ada orang….Kabuuurrrrrr. Bak atlit jalan cepat, Aku mulai menjauhi hostel. Aku tiba saat bus siap berangkat.

Dengan 12 Ringgit aku tiba di KLIA2 pada pukul 6:30. Setiba di KLIA2, Aku segera menuju information centre untuk menanyakan dimana terminal TR457 akan lepas landas. Pagi-pagi Aku sudah ngrepotin Si mbak India petugas information centre, karena Departure Board belum menampilkan informasi tentang TR457 maka Dia harus menarik keyboard dan mencarikan info untukku….Hadeuhhh, sudah manis….baik pulak si teteh….eh, si mbak.

Buseeettt….mataku melotot sambil mengunyah nasi lemak telur ceplok di pojokan NZ Curry House….kek kambing yang sedang memamah biak. Pertanda Aku tak bisa membohongi otak bahwa perutku belum siap bersarapan.

Ya memang tak ada pilihan lain, lebih baik sarapan di kedai makan India dengan harga paling murah sebelum menuju ke lantai 3 untuk proses check-in, proses imigrasi dan keberangkatan.

Departure Board di Departure Hall
Information Centre di Departure Hall
Departure Hall Area
Konter check-in Z2-Z3 untuk Scoot Air TR457
Setelah melewati konter imigrasi, Aku menuju ke ruang tunggu di gate L3.

Aku memasuki ruang tunggu pada pukul 08:05. Dalam kejenuhan menunggu, datang kepadaku wajah Vietnamese dan bertanya:

Vietnamese: “Hi, Can you explain to me about my cigarette (sambil menunjukkan sebungkus rokok yang sudah terhisap dua puntung). Can me bring it when entering Singapore?”

Aku : “Do you bring another one  or just this opened pack?. If you just bring it, you can savely entering Singapore.”

Vietnamese: “No, I just bring it. So it’s savely. Thanks you.”

Aku: “You are welcome”.

Ruang Tunggu di depan Gate L3
Setelah menunggu selama 20 menit, akhirnya boarding process dimulai.
Mana 14D….manaaaaa?

Scoot Air identik dengan warna kuning. Pesona pramugari-pramugara muda keturunan Tiongkok semakin segar ketika penampilan mereka terlihat berbalut t-shirt dan syall serba kuning.

Terbang diatas selat Malaka
Langit sungguh cerah, nikmat banget terbang tanpa turbulensi.

Setelah mengudara selama 1 jam 15 menit, Aku mendarat di Terminal 2 Changi International Airport. Berusaha secepat mungkin meninggalkan Changi untuk menuju ke Greendili Backpackers Hostel di bilangan Race Course Road dan selanjutnya siap mengeksplorasi Singapore untuk ke-7 kalinya.

Cari peta MRT sebelum masuk konter imigrasi Changi International Airport.
Catch the MRT ! Menuju pusat kota

Makan siang dulu yuk ke Mustafa Centre sebelum walking-walking.

Sebagai alternatif, tiket pesawat, kereta dan bus dari Kuala Lumpur ke Singapura bisa dipesan melaui e-commerce perjalanan 12go Asia

Menginapi Ketinggian….Pesona Baiyoke Sky Hotel, Bangkok

Kalau ditanya, berapa kali pernah ngelayap ke Negerinya Bhumibol Adulyadej?….udeh 3x, bang…..Pertanyaan mudah level pertama.

Lalu kalau ditanya, Apa yang paling berkesan ketika mengunjungi Negeri Gajah itu?…...tom yam atau ladyboynya, bang….jawaban mudah pertanyaan level kedua.

OKAY….sebelum masuk question berikutnya

Kamu semua tahu lah, apa enaknya “ngelayap edan” ke negeri orang versi travelingpersecond.com….kacamata biasa aja menjawabnya ”nothing fine“.

Tapi, kali ini Aku sedikit sombong. Karena Aku ternyata menyimpan satu kisah perjalanan borju ke Negeri yang ladyboy nya sangat aduhai itu.

Begini….Apa yang akan Kamu lakukan jika dikasih uang 10 juta dan Kamu diminta menghabiskan uang sejumlah itu selama 3 hari 2 malam di negerinya si super cantik Baifern Pimchanok?…Nah ini nih pertanyaan level ketiga.

Gile lu Don….Uang segitu aja banyak. Pan banyak orang bawa uang segitu buat jalan-jalan disono. Wadaw….Aku norak banget sih. Tapi swearrrrr….segitu buat Aku sangatlah buanyakkkkk.

Uang segitu akan menjadi berkesan tentunya, jika bisa digunakan untuk menginap di hotel mahal di Bangkok.

Yes, Aku nginep di Baiyoke Sky Hotel.

Baiyoke Sky Hotel memiliki tingggi 309 meter dan menjadi hotel tertinggi ke-7 di dunia. Tak hayal jika Kamu perlu mengeluarkan kocek sebesar 1,5 juta per malam apabila mau bermalam dimari.

Hotel yang terletak di Khet Ratchathewi (Khet artinya distrik), Propinsi Bangkok. Ratchathewi sendiri berasal dari nama seorang permaisuri yaitu Phra Nangchao Sukumalmarsri Phra Ratchathewi.

Nah Selain memiliki Victory Monument sebagai landmark, Ratchathewi juga memiliki landmark terkenal yaitu Baiyoke Sky Hotel yang kali ini sedang Kubahas.

Hotel ini terletak di area terkenal….namanya, Pratu Nam. Di sana juga ada destinasi terkenal lainnya yaitu Pratu Nam Market. Kamu harus mengunjungi pasar tersebut jika ke Bangkok.

Hotel ini sendiri memiliki 2 tower utama. Tower I memiliki tinggi 151 meter dan digunakan untuk Baiyoke Suite Hotel. Sedangkan Tower II bertinggi 309 meter, digunakan untuk Baiyoke Sky Hotel

Aku membayar Rp 125.000 (THB 250) ke pengemudi airport taxi setelah Dia mentransferku dari Don Mueang International Airport ke Baiyoke Sky Hotel.

Sebelum memasuki pintu hotel, Kuperhatikan kesibukan aktivitas perdagangan di commercial shops yang terletak di lantai terbawah Baiyoke Sky Hotel.

Mulai memasuki pintu bawah hotel, antrian begitu panjang di depan lift. Aku pun berdiri di ekor antrian.

Oh Donny……Dasar ndeso. Doorman itu menghampiriku, rupanya Dia tahu aku baru saja mengambil  antrian di belakang.

Dia: “Excuse me, Sir….Do you want to stay in or just go to observation deck?”

Aku: “I want to stay sir

Dia:”Oh Okay, Sir….This queue is for observation deck only. You can use that lift to go to lobby”

Aku: “Oh thank you sir”. Baca petunjuk dong Don….Ndeso (Hatiku bergumam). Aku pun mulai berpindah ke lift sebelah yang sepi antrian.

Lift itu pun mengantarkanku ke Lobby.

Reception hall yang bernuansa klasik

Selesai proses check-in dan mendapatkan access card. Aku segera menuju keatas untuk rehat sejenak. Ada tiga koridor lift di lantai tempat resepsionis berada. Koridor pertama digunakan untuk menuju pintu keluar hotel di lantai terbawah. Koridor kedua dan ketiga digunakan khusus untuk tamu menuju kamarnya dan menuju  beberapa tempat menarik di hotel, seperti  Baiyoke Floating Market, Bangkok Sky, Observation Deck, Stella Palace, Bangkok Balcony, Crystal Grill dan Roof Top Bar.

Menelusuri koridor mencari keberadaan kamar.

Aku mulai memasuki kamarku……

Untuk urusan makan, Aku tak perlu mengunyah sepasang toast seperti biasanya. Karena ini bukan dormitory bung….Ayeee

Makan sepuasnya lah biar buncit dah….

Selain itu, Kamu juga bisa merasakan makan dalam balutan konsep floating market. Maksudnya, tidak ada air ya gaes di lantai ke-75 dimana floating market berada. Hanya saja buffetnya berwujud perahu dan ada pedagang di setiap perahunya

Namanya juga Second-Tallest Hotel di Bangkok, akan sangat rugi jika Kamu tak menikmati pemandangan Bangkok dari 360-degree revolving viewpoint di ujung Tower II.

Pemandangan seharga Rp. 200.000 untuk umum, Kali ini Aku bisa menikmatinya secara gratis sebagai tamu penginap.

Malam pertama, Aku kemalaman dan 360-degree revolving viewpoint di lantai ke-84 Baiyoke Sky Tower sudah berhenti berputar. Aku tak bertahan lama di revolving roof deck dan kuputuskan untuk turun. Aku hanya mendapatkan ini:

heran, si Peter Parker kuat banget. Dah 3 hari kek gitu di lantai 83

Terpampang juga foto para juara tiap tahun dari Baiyoke Run Up International (lomba lari menaiki tangga menuju puncak Baiyoke Sky Tower).

Aku baru bisa mendapatkan view kota Bangkok 360o di malam kedua. Putaran 360-degree revolving viewpoint membuatku terpana melihat keindahan Bangkok di malam hari.

Berburu foto di 360-degree revolving viewpoint

Baiyoke Sky Hotel juga menyediakan museum mini untuk mendisplay beberapa arca dan artefak Buddha.

Kuliner Terdekat

Tepat diseberang hotel, Kamu akan menjumpai Indra Square Shopping Mall. Buka dari jam 10 pagi hingga jam 9 malam, seperti kebanyakan shopping mall pada umumnya, Kamu dengan mudah akan menemukan banyak pakaian, aksesoris, souvenir, sepatu dan tas yang dijual melalui proses tawar- menawar. Banyak trader keturunan India mengadu nasib disini.

Kembali ke kuliner, Kamu bisa menemukan Indra Food Square di lantai paling atas.

Mau Belanja di Jalanan?

Sepanjang jalan didepan Baiyoke Sky Hotel menghadirkan night market yang menarik para tamu hotel untuk mengunjunginya. Cobain duren Bangkok tepat disebelah kiri depan hotel deh….maknyussss.

Ternyata nginep mewah itu enak ya bro…..Ahirrr

Tiga Viewpoint di Phuket

Tulisan pertamaku tentang Thailand tak akan kuambil dari Bangkok yang menjadi Ibukotanya. Tapi Aku akan membuatmu penasaran dengan menghadirkan Phuket.

Membayangkan keindahan Phuket sejak 2013, Aku baru benar-benar bisa melihat keindahan itu dengan mata telanjang pada 2019. Enam tahun lamanya Aku hanya bisa melihat Phuket dari sebuah foto yang kutempel di meja kerjaku. Banyak alasan tentunya kenapa harus selama itu. Mulai dari waktu, kesibukan dan tentunya dompet….hihihi, kayaknya masalahku yang terakhir itu deh.

OK, by the way….

PHUKET….merupakan sebuah propinsi ber-area pulau di sebelah selatan Bangkok. Jika diukur, panjangnya sepanjang Jakarta-Cikampek dan lebarnya hanya sepanjang Jakarta Timur ke Jakarta Barat.

Phuket memang terkenal dengan wisata pantainya. Tapi jangan salah, 70% wilayahnya adalah perbukitan. Artinya, Kamu bisa melihat keindahan kota dan pantainya dari atas.

Atas dasar itulah, sebelum menikmati segenap pantai di Phuket, Aku melakukan satu hal yang jarang dilakukan turis lainnya….Yes, Aku mulai menanjaki perbukitan itu untuk melakukan “Phuket helicopter view”.

Siang itu, maskapai Nok Air mendaratkanku di Phuket Internatonal Airport. Disambungkan dengan airport bus, Aku benar-benar diturunkan tepat di pusat kota. Selepas check-in di Fulfill Phuket Hostel dan lunch di sekitarnya, Aku segera bergegas menggeber sepeda motor sewaan ke sebuah bukit di barat laut hotel.

1.Khao Rang Viewpoint.

Khao Rang atau Rang Hill adalah sebuah viewpoint yang terletak di utara Phuket. Menurut petugas yang kutanyai, Khao Rang biasa dikunjungi penduduk Phuket di malam hari selepas penat bekerja atau di weekend untuk merayakan libur setelah 5 hari sibuk bekerja.

Kebetulan sekali Aku hadir disini pada Minggu siang, jadi sangat mudah menemukan warga Phuket yang hilir mudik.

Hanya perlu waktu sekitar 10 menit dari Fulfill Phuket Hostel untuk benar-benar masuk ke Khao Rang melalui gerbang selatan (ada dua gerbang untuk menuju Khao Rang, satu di selatan dan satu lagi di utara).

Memarkirkan motor dengan terburu-buru karena ketidaksabaranku melihat bagaimana wajah Phuket, Aku tak memperdulikan banyak pasangan muda-mudi yang terlihat duduk bermesraan di setiap sudut Khao Rang.

Aku segera melihat sekitar untuk menentukan dari titik mana akan melihat Phuket. Yes…..itu viewpoint yang kucari:

Sebuah bangunan gaya eropa terpampang di ujung Khao Rang.

Wadaaawww…..tata kota Phuket yang dibatasi dengan garis pantai dan tersekat-sekat dengan perbukitan kecil disetiap sisi pandang membuatku tertegun lama dan mengalahkan panasnya sengatan matahari siang itu.

Ciamik ga?….Kok diem
Ciaaaaa mikkkkk gaaaaa?……Kok cuma diliat bentar doing sih…..
Ciaaaamiiikkkkkkk kaaaannnnnnnn????????……………….komen donk

Jika mau lebih lama di Khao Rang, Kamu bisa menikmati Phuket sambil menyantap kuliner khas Negara Gajah Putih di Tunk Ka Cafe. Kalau ga mau masuk cafe karena mahal, Kamu cukup menikmati jajanan ringan atau air kelapa di beberapa stand makanan diluar restoran itu.

Lalu Aku?…..Kagak beli apa-apa…..Aku lebih memilih kabur ke viewpoint berikutnya.

2. Phuket’s Big Buddha

Keluar dari area parker Khao Rang, Aku mengarahkan sepeda motorku ke arah barat daya. Aku bersama motorku akan menjelajah sejauh 20 km untuk menuju patung Big Buddha.

Melewati panasnya jalanan Phuket, Aku menyempatkan mampir di sebuah pasar tradisional di tengah perjalanan. Menyibak seisi pasar untuk melihat orang-orang lokal berniaga, perlahan Aku mendengar sayup-sayup bahasa Sunda diantara riuh rendahnya nada pasar.

“Aku harus menemukan orang ini”, batinku. Kudekati suara itu hingga menemukan dua anak muda asal Sukabumi yang sedang menjalani pertukaran pelajar yang menjadi program sebuah SMK Pariwisata di daerahnya. Dia ditugaskan di sebuah resort di Phuket dan saat itu sedang berbelanja atas perintah sang kepala koki.

Meninggalkan pasar, Aku kembali meneruskan perjalanan mendaki bukit yang meliuk-liuk menuju puncak.

Kuperhatikan para turis asal China bersukaria menaiki ATV menuju ke tempat yang sama, bahkan beberapa bule terlihat menuju puncak bukit dengan ber-jogging dan beberapa berjalan kaki….gile, itu kan jauh banget.

Boleh dikatakan ini “combo venue”. Karena selain mendapatkan viewpoint yang lebih tinggi, Kamu juga akan sekaligus menikmati keindahan dan kesakralan patung ini.

Tibalah Aku di Big Buddha

Terletak di puncak Bukit Nakkerd, patung setinggi 45 meter ini dibangun pada 2004.

Berjalanlah ke ujung plaza patung raksasa itu, inilah yang akan Kamu dapatkan:

guys…itu penampakan Ao Chalong Bay yang eksotik….seeksotik Jennifer Garner (upsss….ketauan deh idola guwe).

Big Buddha menjadi trip penutup dari segenap pendakianku pada Minggu itu.

Aku harus bersabar untuk mendaki lagi dikeesokan hari.

3. Kao Khad View Point

Hari berikutnya….

Aku akan lebih lama duduk di Kao Khad, jadi kuputuskan memasuki Family Mart di seberang hotel untuk menyiapkan beberapa kacang kemasan dan soft drink untuk menikmati keindahan Phuket.

Menuju selatan, Aku kembali turun ke jalanan Phuket. Kali ini Aku akan menempuh jarak 8 km.  Melewati kemacetan di beberapa titik jalan yang sedang direnovasi hingga proyek pembuatan underpass, Aku menikmati wajah-wajah lokal yang sedang bergerak menuju ke tempat mencari nafkahnya masing-masing.

Viewpoint yang tak begitu tinggi memudahkan motorku untuk berjalan lebih kencang dan mencapai tujuan hanya dalam 12 menit.

Ini dia, Kao Khad viewpoint:

Dilihat darimanapun, seisi pulau itu sungguh memanjakan mata
Kao Khad beach….yuhuiiii

So…..setelah melihat sedikit pemandangan yang kuberikan….Maukah Kamu ke Phuket?