Mie Ongklok Artha Pringgodani

Aku tiba di Hotel Gunung Mas setelah melakukan sambangan wisata terakhir di hari pertama, yaitu di situs sakral Tuk Bimalukar.

Kuparkirkan mobil di area parkir hotel bagian dalam, tepat di sudutnya. Aku menuju kamar dan mulai mengalirkan air panas di bak mandi. Menunggunya beberapa saat, aku meluruskan badan di ranjang.  Merasakan pegal tarikan otot kaki dan pinggang usai berkendara dari ibu kota sejak dini hari.

Rupanya ranjang sederhana itu membuatku terlelap. Lelapan itu tentu didukung oleh jaket dan kaos kaki yang masih kukenakan karena mampu meredam hawa dingin Dieng selama aku terlelap.

Beruntung aku terbangun sebelum waktu bergulir dalam satu putaran jam. Aku tersentak dan bergegas menuju kamar mandi. Selama terlelap, aku tanpa sengaja telah membuang air melaui kran yang terus mengucur….Astaghfirullah.

Aku segera menutup kran dan memasukkan tangan ke dalam bak….Hmmhhh, air masih saja dingin. Entah air panasnya yang sudah habis kualirkan atau memang suhu Dieng yang dengan cepat telah mengalahkan air panas yang keluar dari kran. Tapi sudahlah……Aku tak berani mandi dengan air sedingin itu, akhirnya aku keluar dari kamar mandi setelah menyeka badan seperlunya dengan kain yang kubasahi.

Menjelang pukul tujuh malam….

Aku mulai keluar dari kamar dan meninggalkan hotel dengan berjalan kaki di sepanjang Jalan Dieng. Aku awas dengan menyapukan pandangan ke sekitar. Dalam setiap Langkah, aku sangat berniat untuk menikmati Mie Ongklok malam itu. Karena rasa lapar yang sudah tak tertahan, maka ketika aku menemukan kedai makanan yang menjual Mie Ongklok maka aku akan menyambanginya.

Pucuk dicinta ulam tiba, belum lama melangkah aku menemukan sebuah resto yang menampilkan  kuliner buruanku di papan menunya. Artha Pringgodani, nama resto itu. Tampaknya resto tersebut juga menyediakan penginapan di lantai atasnya.

Untuk mengantisipasi penularan COVID-19 maka aku mengambil duduk di bangku resto sisi luar karena begitu padatnya pengunjung di sisi dalam. Setelah seorang pelayan resto menghampiri maka dengan cepat aku memesan seporsi Mie Ongklok dan susu jahe panas.

Menunggu untuk beberapa lama, pelayan itu datang kembali dengan membawa semangkuk mie berkuahkan loh (kuah kental berbahan kanji) dengan taburan daun kucai, kol dan tiga tusuk sate ayam.

Hotel & Resto Artha Pringgodani.
Itu tuh menunya….
Ngambil duduk di luar aja kali ya.
Nyam….Nyam.

Dinamakan Mie Ongklok karena dalam proses mematangkan mie digunakan alat yang dinamakan Ongklok yang berupa keranjang mini berbahan anyaman bambu dengan tiang kayu panjang sebagai pegangan.

Ternyata untuk menikmati semangkuk Mie Ongklok tidak diperlukan budget yang mahal. Aku hanya membayarnya sebesar Rp. 15.000 saja….Murah kan?

Keluar dari resto Artha Pringgodani, aku tak langsung pulang menuju hotel. Melainkan melanjutkan langkah kaki menuju ke Jalan Dieng sisi timur. Aku hanya ingin menyaksikan aktivitas warga lokal dan para wisatawan di pusat keramaian wisata Dieng.

Aku terus melangkah hingga tiba di depan Terminal Dieng yang berseberangan dengan signboard “Welcome to Dieng”. Setelah membeli beberapa makanan ringan di sebuah minimarket kenamaan terdekat maka aku memutuskan untuk kembalin ke hotel untuk beristirahat.

Banyak kali orang photo di situh….

Yuk bobo dulu, masih ada hari esok.