Pantai Padang atau Taplau Padang?

Namanya Asep. Sudah pasti bukanlah nama lokal, juga bukan penduduk asli….Asal Bandung beristrikan seorang Padang, menjadikan Uda Asep….Eh, Aa Asep menetap di Padang dan kini dia sedang mengantarkanku ke Pantai Padang menggunakan motor ojek onlinenya.

Jalanan menyepi gegara mendung hitam tebal yang telah mengakuisi langit Padang. Angin ikut memberi tanda dengan menghantarkan hawa bersuhu rendah….Sebentar lagi hujan akan ditumpahkan dari langit. Aku hanya berharap bisa menikmati sekejap Pantai Padang tanpa guyuran hujan untuk sekedar menghilangkan rasa penasaran.

Aku mulai berkeinginan datang ke pantai ini semenjak  wujudnya menghiasi layar televisi selama berhari-hari ketika terjadi gempa besar pada tahun 2009 yang pusatnya berada di lepas pantai. Oleh karenanya, aku memaksa diri menyisipkan waktu walau hanya sekedar empat jam saja untuk singgah di Padang

Girangnya hati ketika kang Asep menurunkanku tepat di bawah Tugu IORA. IORA adalah singkatan dari Indian Ocean Rim Association yaitu asosiasi negara-negara yang terletak di Kawasan Samudra Hindia.

Sesekali tetesan gerimis mulai jatuh, tapi tak apa, aku masih bisa berdiri di tanggul bebatuan yang dibangun menjorok ke arah pantai. Waktu yang sebentar itu benar-benar kunikmati untuk merasakan keindahan Padang. Sementara beberapa pengunjung mulai meninggalkan bangku-bangku plastik yang disediakan para pedagang pensi dan kelapa muda.

Aku masih merasa pilu saja, bagaimana rasa panik masyarakat Padang kala menghadapi rongrongan tsunami kala gempa terjadi walaupun tsunami itu sendiri tak pernah terjadi.

Pantai yang terletak di sepanjang Jalan Samudera ini telah sekian lama menjadi destinasi wisata utama kota Padang. Selain menawarkan wisata berbiaya murah, pantai ini juga menjadi tempat yang mudah dijangkau oleh siapapun karena telah menjadi bagian dari pusat kota dan hanya berjarak tiga puluh menit dari gerbang wisata kota Padang yaitu Minangkabau International Airport.

Tugu IORA.

Penduduk setempat sering memanggil Pantai Padang dengan sebutan Taplau Padang. Taplau sendiri adalah singkatan dari Tapi Lauik atau tepi laut.

Byurrrrr….Aku berlari dan kemudian berteduh di teras Velocity Burger & Coffee yang terletak di tepian jalan raya. Hujan yang begitu lebat membuat tampias air perlahan membasahi baju dan tas punggungku. Sementara aku masih sibuk mengeksplorasi gadget untuk menentukan destinasi wisata berikutnya yang masih memungkinkan dikunjungi. Sepertinya aku tak akan sedetik saja membuang waktuku percuma di Padang.

Hari mulai sore, kebanyakan museum dan beberapa tempat wisata resmi telah ditutup. Tapi aku sudah menentukan tempat berikutnya yang akan kutuju. Aku berfikir cepat, aku diuntungkan karena masih memiliki payung yang kubeli saat berkunjung di Danau Toba beberapa hari lalu. Hujan tak menyurutkan langkahku untuk terus berseksplorasi. Aku memesan taksi online untuk menujun kesana.

Melangkah kemanakah aku gerangan?

Kisah Selanjutnya—->

Padang Beach or Padang Taplau?

His name is Asep. It is certainly not a local name, nor is it a native…He is Bandung’s origin and married to a Padang woman, making Aa (designation for brother in Bandung) Asep settled in Padang and now he was taking me to Padang Beach using his online motorcycle taxi.

The road was deserted because thick black cloud which has acquired Padang sky. The wind signaled by sending low-temperature air…. Soon, rain would be fall from sky. I just hope to enjoy Padang Beach for a while without rain to just get rid of curiosity.

I began to want to come to this beach since its form adorned television screen for days when there was a big earthquake in 2009 whose center was off the coast. Therefore, I forced myself to insert time even though it was only for four hours to stopby in Padang

Excitement of my heart when Aa Asep dropped me right under IORA Monument. IORA is an abbreviation of Indian Ocean Rim Association, an association of countries which were located in Indian Ocean Region.

Once in a while drizzle began to fall, but never mind, I could still stand on rock embankment which was built jutting toward sea. I really enjoyed my short time to feel the beauty of Padang. While some visitors began to leave plastic benches which were provided by pensi (clam) and young coconut traders.

I still felt sad, how panic of Padang people when facing a tsunami threat when earthquake occurred in 2009 even though the tsunami itself never happened.

The beach which is located along Samudera Street, has long been main tourist destination in Padang City. In addition to offering low-cost tourism, this beach is also a place which is easily accessible by anyone because it has become part of downtown and only thirty minutes from Padang’s tourist gate, i.e Minangkabau International Airport.

IORA monument.

Local residents often call Padang Beach as Padang Taplau. Taplau itself is an abbreviation of Tapi Lauik or the edge of sea.

Byuuurrrr….I ran and then took shelter on Velocity Burger & Coffee terrace located on the edge of Samudera Street. The rain was so heavy, it made water splash slowly wet my clothes and backpack. While I was still busy exploring my gadget to determine next tourist destination which was still possible to visit. It seemed like I won’t waste my time in Padang even if only briefly.

In the afternoon, most museums and several official tourist attractions have been closed. But I’ve already decided where to go next. I thought quickly, I benefited because I still had an umbrella which I bought while visiting Toba Lake few days ago. The rain didn’t dampen my steps to continue exploring. I ordered a online taxi to get there.

Where did I go to?