Air Asia QZ 206 Jakarta-Kuala Lumpur: Menolong Wanita Paruh Baya

<—-Kisah Sebelumnya

Usai menunaikan ibadah shalat dengan menjamak Maghrib dan Isya di sebuah mushola milik Terminal 3 Existing, aku menuju Gate 3 dan memutuskan untuk menunggu penerbangan di salah satu bangku sembari mengisi daya telepon pintarku.

A, ini tujuan Kuala Lumpur, ya?”, seorang perempuan paruh baya tetiba bertanya dan duduk di sebelahku.

Iya, Ibu….Boleh lihat tiket Ibu?”, aku menyidik ingin tahu. “QZ 206….Iya Ibu ini benar ke KL”.

Oh berarti saya ga nyasar ya, A?…Ini pertama kali saya akan bekerja di Brunei”, dia bercerita dengan sendirinya.

 “Loh, Ibu transit?”, aku terhenyak

Iya….Nanti di KL saya harus bagaimana ya, A?”, dia menunjukkan kecemasan.

Ga usah khawatir, Ibu, nanti ibu masuk ke tranfer hall saja di Kuala Lumpur, nanti saya tunjukkan, bu”, aku menenangkan.

Aa juga ke ruangan transit ya?”, dia kembali bertanya tentang rencanaku.

Saya memang transit Ibu, tapi saya mau keluar imigrasi dahulu karena penerbangan saya berikutnya berangkat dari Terminal 1, sedangkan kita akan turum di Terminal 2, Bu”, aku menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami.

Oh begitu ya, A”, wajah ibu tersebut masih meyimpan kecemasan.

Lama bercakap-cakap, akhirnya panggilan untuk boarding benar-benar tiba. Mengantrilah aku di depan Gate 3 sembari menjaga ibu tersebut yang kuminta mengantri di depanku.

Beberapa saat kemudian aku tiba juga di kabin pesawat. Aku merangsek ke dalam demi mencari bangku bernomor 3B. Aku duduk di bangku tengah dan diapit oleh dua penumpang pria berkewarganegaraan Malaysia.

Duduk di barisan depan membuatku bisa memperhatikan awak kabin mempersiapkan segala sesuatu di cabin kitchen. Aku sesekali mengarahkan pandangan ke beberapa wajah para pramugari yang memamerkan face painting, mereka tampak lebih cantik dan elegan.

Pemandangan apron Terminal 3 Soetta.
Memasuki pintu kabin Air Asia QZ 206.
Sistem acak pemilihan free seat membuatku duduk ke baris depan….Nikmati saja lah ya.

Di sisi lain, sesaat aku merasa terharu karena malam itulah pertama kalinya, aku menaiki pesawat menuju ke luar negeri setelah sekian lama dunia dihantam badai pandemi COVID-19. Sedangkan rasa lain yang tersimpan di hati adalah kekhawatiran tentang keberadaanku di Kuala Lumpur International Airport jika pesawat sudah mendarat beberapa waktu kemudian.

Pertanyaan-pertanyaan dalam hati mulai muncul….Apakah aku akan mendapatkan masalah terkait dengan pembatasan mobilitas di sana, apakah ada hambatan lain terkait prosedur kesehatan, atau kekhawatiran lain yang merupakan akumulasi dari overthinkingku sendiri.

Aku berusaha melawan semua rasa itu selama penerbangan….Perlahan aku harus mengumpulkan keberanian demi perjalanan panjangku yang sudah ada di depan mata.

Malam itu perjalanan menuju Kuala Lumpur berlangsung mulus tanpa turbulensi berarti. Airbus A320-200 menembus langit malam selama dua jam lebih tanpa hambatan berarti.

Mendekati titik akhir penerbangan….

Hatiku berdebar ketika sang pilot menyampaikan perintah kepada awak kabin untuk bersiap melakukan pendaratan.

Saatnya untuk memulai petualangan lagi di negeri orang”, aku menguatkan hati.

Sesaat kemudian….

Bunyi khas ketika roda raksasa dikeluarkan dari badan pesawat mulai terdengar, goyangan kecil kiri-kanan untuk menyeimbangkan badan pesawat mulai terasa dan akhirnya hentakan roda di landas pacu terdengar, pesawat sudah berada di runway Kuala Lumpur Internatioanal Airport Terminal 2 dan berlanjut melakukan taxiing demi menghantikan pesawat di salah satu sisi apron.

Sejenak aku mengintip ke jendela pesawat dan memperhatikan lekuk-lekuk indah bangunan bandara yang sudah lama sekali tidak kukunjungi.

Aku merindukan pemandangan ini setelah terjeda tiga tahun lamanya.
KLIA2….You are so beautiful.

Tetapi kemudian aku teringat sesuatu….aku reflek menoleh….menengok dua bangku ke belakang….Ya, Ibu paruh baya itu….Aku harus menolongnya…..

Kisah Selanjutnya—->

Berjibaku di Imigrasi Soetta: “From Kebumen Around the World”

<—-Kisah Sebelumnya

Tak berapa lama usai menyantap seporsi makanan cepat saji itu, aku bergegas menuju check-in zone. Maka aku mendapati check-in desk sudah mulai dibuka. Aku pun memutuskan untuk mengantri demi mendapatkan boarding pass.

Mataku awas mengamati para pengantri. Kuperhatikan banyak sekali warga Malaysia dalam baris antrian. Paspor merah hati itu begitu kukenal dengan baik. Kenyataan bahwa banyak warga asing telah bepergian ke Indonesia membantu menenangkan hatiku sendiri di awal perjalanan panjang yang akan kulalui.

Saatnya giliranku untuk menghadap petugas di check-in desk, aku melangkah tenang. Perkiraanku tepat, petugas tersebut menanyakan seluruh tiket yang sudah kubeli ketika dia tahu bahwa tujuanku di Kuala Lumpur hanya untuk sekedar transit.  Aku yang sudang menyiapkan folding file dengan mudah mencari lembar demi lembar pemesanan tiket pesawat yang dimaksud. Usai memeriksa segenap dokumen yang kuberikan, petugas tersebut memberikanku boarding pass dan aku diizinkan menuju konter imigrasi.

Boarding Pass Air Asia QZ 206 (Jakarta – Kuala Lumpur).

Melangkahlah aku mengikuti signboardInternational Departure”, hingga akhirnya tiba di Imigration Zone. Inilah bagian yang paling mendebarkan, kondisi itu diperparah dengan pasporku yang masih kosong dengan stempel imigrasi dari negara manapun, mengingat semenjak aku memperpanjang paspor tersebut pada tahun 2020, aku tak pernah melakukan perjalanan lagi karena pandemi masih merajalela.

Antrian yang tak terlalu panjang, membuatku dengan cepat dipanggil menuju konter imigrasi. Pertanyaan-pertanyaan yang kukhawatirkan benar-benar muncul. Entah bagaimana sistem imigrasi merekam jejak perjalananku, petugas pria itu menanyaiku dengan wajah serius.

Lanjut kemana nih?”, rupanya dia tahu aku hanya akan transit di Kuala Lumpur.

Ke Uzbekistan, Kazakhstan, Turki dan Serbia, Pak”, aku menjawab tegas.

Udah pernah pergi kemana saja, Mas?”, dia melanjutkan interogasi.

Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Selatan dan Timur Tengah sudah semua, Pak. Bapak saya kasih paspor lama saya untuk diperiksa ya, Pak”, aku mengambil paspor lamaku yang covernya telah digunting di ujungnya.

Saya travel blogger, Pak. Perjalanan saya bersponsor”, aku menambahkan.

Oh, ya. Ada alamat websitenya, Mas?”, dia berubah menjadi antusias

travelingpersecond.com. Silahkan diintip, Pak”, aku menuntunnya menuju blog yang sudah kurintis sedari lima tahun lalu.

Lo hiya, loh…..Ini gambar dimana, Mas?”, dia menunjukkan gambar dari kamera pintarnya.

Oh, itu di Bahrain, Pak”, aku pun tertawa memberikan informasi kepadanya.

Hahahaha, from Kebumen around the world ya kamu, Mas”, petugas pria itu terkekeh. “Silahkan lanjut Mas Donny”, akhirnya dia memberikan akses bagiku untuk masuk ke ruang tunggu. Yang perlu kamu tahu bahwa Kebumen adalah tempatku menumpang lahir.

Alangkah leganya hatiku malam itu, secara yuridis aku sudah keluar dari wilayah Republik Indonesia dan bersiap untuk mengarungi petualangan nan jauh di sana.

Menuruni escalator, aku turun satu lantai ke bawah untuk menuju ke Gate 3. Dengan tegap aku mengayunkan langkah demi langkah, ada sebersit rasa berani yang mulai muncul di dada. Aku tersenyum penuh percaya diri.

Ruang tunggu Gate 3 di Terminal 3-Existing Soetta.

Tapi sebentar dulu kawan……Untuk mendapatkan perlindungan Tuhan

Maka setiba di tikungan koridir menuju Terminal 3 Existing, aku memutuskan menuju mushola demi menunaikan ibadah Shalat Isya, aku menjamaknya dengan ibadah Shalat Maghrib dalam satu waktu.

Kisah Selanjutnya—->

Malaysia Airlines MH 724 from Jakarta (CGK) to Kuala Lumpur (KUL)

<—-Previous Story

MH 724 flight path (source: flightaware.com).

After checking at immigration counter, I went down one floor and then walked west along travelator at Departure Hall Terminal 3 Ultimate.

Within fifteen minutes I arrived at Terminal 3 Existing. Meanwhile, a dark hue began to appear from the airport window. Only one thing which crossed my mind…..Doing a Maghrib and Isha’ Jama’ prayers. I have memorized Terminal 3 Existing since 2013, so I know where the prayer room was, which wasn’t far from the final bend of Terminal 3 Ultimate in west side.

After praying, I sat down to enjoy oatmeal which I poured in mini foldable lunch box, fortunately there was a free water station which provided warm water to brew that powdered food. That was the first dinner in my adventure to explore Kuala Terengganu, India and Middle East.

After eating a simple dinner, I rushed to gate 4 to prepare myself for boarding. Just a few minutes sitting in waiting room, announcements filled the airport ceiling….. Yup, delayed.

The predicted delay time for a hour made me have to do other activities to avoid boredom. I decided to recharge my smartphone which had run out of power. Meanwhile, I threw my eyes out of the airport building to watch busy loading activities carried out at the feet of giant Boeing 747 belonging to Japan Airlines, Airbus 330 belonging to Turkish Airlines and Korean Air in the east side of Terminal 3 Existing.

Another fun thing I did to get rid of the boredom was eavesdropping on the conversation of a beautiful Indonesian woman who was solemnly making a video call with her lover who was in Europe….Hhmmhhh, I was naughty.

I also took the time to talk to a native Chinese who opened a restaurant in Cikarang Industrial area. According to him, he would temporarily return to China after almost a year of not going home. The difficulty in speaking Indonesian and English made us struggle to converse with the addition of sign language and our own body language….Hmmmmhhh, he was a Chinese businessman.

Yuhuu….That was my plane.
Look at that sweet Malay face……Hmmmhh.

Finally, on 20:15 hours, boarding time arrived……

I immediately entered the queue column in right side for passport and boarding pass checking by ground staffs. After the inspection, I walked down the aerobridge to enter the cabin of Malaysia Airlines plane which was a member of the world’s largest aviation alliance “Oneworld”….Yes, I found my seat in the middle cabin, right on the left side window seat numbered 26F.

Malaysian Airline MH 724 was a 1 hour 34 minute flight using a Boeing 737-800 aircraft and covered a distance of 1,216 km. And that was the second time I enjoyed to flying with Malaysia Airlines. One and a half years earlier I had tried the morning flight Malaysia Airlines MH 726 with same destination.

I was very lucky to be able to catch this premium flight from my neighboring country in a promo which lasted ten months before the flight. And the main destination wasn’t Kuala Lumpur, but Kuala Terengganu.

After carrying out the boarding process and a demonstration of flight safety procedures by cabin crew, the plane was prepared at the end of runway to take-off. Not long after, after getting permission from Air Traffic Controller (ATC), the plane took off and nearing nine o’clock in the evening, the plane was airborne.

When the plane had entered the cruising stage, flight attendants began to distribute in-flight meals. The Low Lactose Meal (NLML) which I ordered long time before the flight arrived.

Low Lactose Meal (NLML) which contained potatoes, carrots and boiled chicken….nyammmm.
Let’s read the magazine…

Since it was a short flight, after dinner I tried to take advantage of the time by exploring the neighboring country through Malaysia Airlines’ inflight magazine, “Going Places” and occasionally flipping through Temptations e-cataloque for a little peek at the prices of souvenirs belonging to Malaysia Airlines….Hmmh, of course I wouldn’t buy it.

I ran out of ideas so in the rest of flight I tried to close my eyes for a moment because tonight I definitely won’t be sleeping well at Kuala Lumpur International Airport to wait for the morning. I didn’t really sleep well for the rest of flight, until finally the pilot announced that the plane would be landing soon while informing me that the weather was good in Kuala Lumpur.

Malaysia Airlines MH 724 was preparing to land, took a straight position towards the runway and slowly lowered its big wheels to tread the runway and helped the pilot to stop the plane.

The beauty of Kuala Lumpur.

Welcome to KLIA….Welcome Malaysia.

To get flight tickets from Jakarta to Kuala Lumpur, you can search for them at 12go Asia with the following link:  https://12go.asia/?z=3283832

Next Story—->

The Middle East Aroma in Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport

DAMRI Bus Terminal Kampung Rambutan – Soekarno Hatta International Airport.

Saturday afternoon was very sunny. The impatience that had enveloped my heart since morning had already collapsed. A faint smile continued to hang in the corners of my lips after I got off city transportation and stepped onto DAMRI shelter, which was part of JA Connexion’s mode of transportation.

On 15:30 hours, after confirming that the fleet in front me was the fastest bus which would depart to Soekarno Hatta International Airport, I jumped into it through its front door and sat behind the driver in left seat coloumn.

After all the passengers entered, an officer of Kampung Rambutan Terminal entered and withdrew a retribution of a thousand Rupiah to all passengers. “How come the retribution isn’t just included in the ticket price,” I asked myself.

Shortly after, the bus departed….Slowly speeding out of terminal, briefly passing through a side of toll road and then entering the toll gate a few meters ahead.

At the beginning of journey in toll road, the congestion began to be felt, but I wasn’t really worried about that situation because I was on 4 hours 20 minutes before my flight. I also enjoyed the 50 km journey very comfortably.

An hour and a few minutes, I arrived at the drop off zone of Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport. Through Departure Hall Gate 3, I started looking for Malaysia Airline MH 724 flight status.

The flight number which had not been listed in the Flight Information Display System (FIDS), made me dare to ask a female officer at the information center desk and finally I got information that check-in desk C would be used to process administration of Malaysia Airlines flight MH 724.

Waiting seats at Departure Hall Terminal 3 Ultimate

Knowing this information, I decided to wait in the nearest seat with check-in desk C. While waiting for the check-in desk to open, I was stunned by the busyness of a pair of tour guides who were busy organizing their group, which I didn’t know where would they go? The two of them gathered the group and loudly conducted a briefing so that their voices could be heard by anyone around the corner waiting for Terminal 3 Ultimate.

An hour of waiting, finally the check-in desk opened and I immediately queued at C24 queue column to get my boarding pass to Kuala Lumpur. That time Kuala Lumpur would only be a stopover, because I would explore Kuala Terengganu, a city located 450 km north of Kuala Lumpur.

Check-in desk C Terminal 3 Ultimate

Kuala Terengganu would be the fifth city in Malaysia which I would enjoy after Kuala Lumpur, Johor Bahru, Ipoh and Penang….. Ahhhh, that afternoon I couldn’t wait to arrive in Kuala Terengganu.

A visit to Kuala Terengganu was the intention which emerged after I met Mariya, a solo-traveler from Malaysia in Seoul. The charm of Kuala Terengganu told by Mariya had hypnotized my subconscious to visit it. It took three years to realize that dream.

But again, Kuala Terengganu was also not the only destination in my trip that time, because my target points were certainly in places which were further away, i.e countries in the Middle East region.

Back to Terminal 3 Ultimate…..

Now I was heading to the immigration counter to hunt for a departure stamp. In front of immigration area, I tried to complete immigration check process through immigration autogate but there was an officer who held me back and forbade me to pass through that route. I was directed to the immigration counter with an officer ready to check. Facing an immigration officer, I handed over my passport and boarding pass.

Immigration staff: “Return ticket, Sir?”

Me: “Here, Sir”, I handed over a print out of Philippine Airlines flight ticket with Doha-Jakarta route and transit in Manila.

Immigration staff: “Alone, Sir?. On what occasion?”

Me: “Solo-Backpacking, Sir”

The immigration staff was finally busy researching page by page details on my passport.

Immigration staff: “Where will you go, Sir?”

Me: “Kuala Terengganu-Kochi-Dubai-Oman-Bahrain-Qatar, Sir”

Immigration staff: “May I see the visas, Sir?”, his face was still cold and serious.

Me: “Just a minute, Sir”, I opened my zipper bag and took out India Visa, United Arab Emirates Visa, Oman Visa and Bahrain Visa, “Here, Sir”

The immigration staff checked that visas I was given one by one.

Immigration staff: “Ok. Be careful, Sir.”

My ticket….Yuuuuuuu.

I came out of the immigration counter with a sigh of relief and immediately put all my documents back in zipper bag. Now I would head to Terminal 3 Existing to prepare to fly with Malaysia Airlines.

Next Story—->

Malaysia Airlines MH 724 dari Jakarta (CGK) ke Kuala Lumpur (KUL)

<—-Kisah Sebelumnya

Jalur penerbangan MH 724 (sumber: flightaware.com).

Selepas pemeriksaan di konter imigrasi, aku turun satu lantai untuk kemudian melangkah ke arah barat menyusuri panjangnya travelator di Departure Hall Terminal 3 Ultimate.

Dalam lima belas menit aku tiba di Terminal 3 Existing. Sementara rona gelap mulai tampak dari kaca bandara. Hanya satu yang terbesit dalam fikiranku…..Shalat Jama’ Maghrib dan Isya’. Aku sudah hafal Terminal 3 Existing sejak 2013, jadi aku tahu dimana letak mushollanya, yaitu tak jauh dari tikungan akhir Terminal 3 Ultimate sisi barat.

Usai menjalankan shalat, aku sempat mendudukkan diri untuk menikmati serbuk oatmel yang kutuang di mini foldable lunch box, beruntung ada free water station yang menyediakan air hangat untuk menyeduh makanan serbuk itu. Itulah makan malam pertama dalam petualanganku menyisir Kuala Terengganu, India dan Timur Tengah.

Usai menyantap dinner sederhana itu, aku bergegas menuju gate 4 demi mempersiapkan diri menjelang boarding. Baru beberapa menit duduk di waiting room, pengumuman memenuhi langit-langit bandara…..Yupz, delay.

Waktu delay yang diprediksi berlangsung selama satu jam membuatku harus melakukan aktifitas lain demi menghindari kejenuhan. Aku memutuskan untuk mencharge ulang smartphoneku yang sudah kehabisan daya. Sementara pandangan mata kulempar jauh keluar bangunan bandara untuk menyaksikan aktifitas loading yang sibuk dilakukan di kaki-kaki raksasa Boeing 747 milik Japan Airlines, Airbus 330 milik Turkish Airlines dan Korean Air di sisi timur Terminal 3 Existing.

Keisengan lain yang kulakukan untuk mengusir kejenuhan itu adalah menguping percakapan wanita cantik Indonesia yang sedang khusyu’melakukan video WhatsApp call dengan kekasih bulenya yang berada di Eropa….Hhmmhhh, kekasih bule….Duhhh.

Aku juga menyempatkan bercakap dengan warga asli Tiongkok yang membuka restoran di area Industri Cikarang. Menurut tuturnya, dia untuk sementara akan kembali ke Tiongkok setelah hampir setahun tak mudik. Kesulitan berbahasa Indonesia maupun Inggris membuat kami berjibaku dalam bercakap dengan imbuhan bahasa isyarat dan bahasa tubuh kami masing-masing….Hmmmmhhh, pengusaha asli Tiongkok.

Yuhuuu….Itu pesawatku.
Lihat wajah manis Melayu ituh……Hmmmhh.

Akhirnya, pukul 20:15, boarding time pun tiba……

Aku segera memasuki kolom antrian sisi kanan untuk pemeriksaan paspor dan boarding pass oleh ground staff. Usai pemeriksaan aku pun menyusuri aerobridge untuk memasuki kabin pesawat Malaysia Airlines yang merupakan anggota dari aliansi penerbangan besar dunia “Oneworld”….Yes, aku menemukan bangkuku di kabin tengah, tepat di window seat sisi kiri bernomor 26F.

Malaysian Airline MH 724 merupakan penerbangan selama 1 jam 34 menit menggunakan pesawat Boeing 737-800  dan menempuh jarak sejauh 1.216 km. Dan ini adalah kali kedua aku menikmati penerbangan bersama Malaysia Airlines. Satu setengah tahun sebelumnya aku pernah mencicipi penerbangan pagi Malaysia Airlines MH 726 dengan tujuan yang sama.

Aku beruntung sekali bisa menangkap penerbangan premium Negeri Jiran ini pada promo yang berlangsung sepuluh bulan sebelum penerbangan. Dan tujuan utamanya bukanlah Kuala Lumpur, tetapi Kuala Terengganu.

Usai melakukan proses boarding dan demo prosedur keselamatan penerbangan oleh para awak kabin, pesawaat pun bersiap di ujung runway untuk melakukan take-off. Tak lama kemudian, setelah mendapatkan izin dari Air Traffic Controller (ATC) pesawat pun melakukan take-off dan mendekati pukul sembilan malam, pesawat pun airborne.

Ketika pesawat telah memasuki tahap cruising, para pramugari mulai membagikan inflight meal. Sajian Low Lactose Meal (NLML) yang kupesan jauh-jauh hari sebelum penerbangan pun tiba.

Low Lactose Meal (NLML) yang berisi kentang, wortel dan ayam rebusan….nyammmm.
Baca majalah yukkkk….

Karena ini penerbangan pendek, usai makan malam aku berusaha untuk memanfaatkan waktu dengan menjelah wisata Negeri Jiran melalui inflight magazine milik Malaysia Airlines yaitu “Going Places” dan sesekali membolak balik Temptations e-cataloque untuk sedikit mengintip harga souvenir souvenir milik Malaysia Airlines….Hmmh, tentu aku tak akan membelinya.

Kehabisan ide maka di sisa penerbangan aku berusaha untuk memejamkan mata sejenak karena malam ini pasti aku tak akan nyenyak tidur di Kuala Lumpur International Airport demi menunggu pagi. Tak benar-benar lelap aku tertidur di sisa penerbangan, hingga akhirnya pilot mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat sembari menginformasikan cuaca yang bagus di Kuala Lumpur.

Malaysia Airlines MH 724 pun bersiap mendarat, mengambil posisi lurus menuju runway dan perlahan menurunkan roda-roda besarnya untuk menapaki landasan dan membantu pilot untuk menghentikan laju pesawat.

Indahnya Kuala Lumpur.

Selamat datang KLIA….Selamat datang Malaysia.

Untuk mendapatkan tiket penerbangan dari Jakarta ke Kuala Lumpur, Kamu bisa mencarinya di 12go Asia dengan link sebagai berikut:  https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Selanjutnya—->

Aroma Timur Tengah di Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport

Bus DAMRI Terminal Kampung Rambutan – Soekarno Hatta International Airport

Sabtu sore itu sangat cerah. Ketidaksabaran yang menyelimuti hati sedari pagi runtuh sudah. Semburat tipis senyuman terus menggantung di ujung bibir usai aku turun dari angkutan kota dan menapaki shelter DAMRI yang merupakan moda transportasi bagian dari JA Connexion.

Menjelang pukul 15:30, usai memastikan armada di hadapan adalah bus yang akan berangkat tercepat ke Soekarno Hatta International Airport, aku melompat masuk ke dalamnya melalui pintu depan dan duduk di belakang pengemudi sisi kiri.

Setelah semua penumpang masuk, seorang petugas Terminal Kampung Rambutan masuk dan menarik uang retribusi sebesar seribu rupiah kepada para penumpang. “Kok retribusi ngga dimasukkan ke dalam harga tiket saja”, aku bertanya dalam hati.

Tak lama kemudian, bus pun berangkat….Perlahan melaju keluar dari terminal, sebentar saja melalui sisi tol dan kemudian memasuki gerbang tol beberapa meter di depan.

Di permulaan perjalanan dalam tol, kepadatan mulai terasa, tetapi aku tak begitu mengkhawatirkan keadaan karena aku berangkat 4 jam 20 menit sebelum penerbangan. Aku pun menikmati perjalanan sejauh 50 km itu dengan sangat nyaman.

Satu jam lebih beberapa menit, aku tiba drop off zone Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport. Melaui Departure Hall Gate 3, aku mulai mencari status penerbangan Malaysia Airline MH 724.

Nomor penerbangan yang belum tertera di Flight Information Display System (FIDS), membuatku berani bertanya kepada seorang petugas wanita di information centre desk dan akhirnya aku mendapatkan informasi bahwa check-in desk C akan digunakan untuk mengurus administrasi penerbangan Malaysia Airlines MH 724.

Kursi tunggu di Departure Hall Terminal 3 Ultimate

Mengetahui informasi itu, maka kuputuskan untuk menunggu di bangku terdekat dengan check-in desk C. Selama menunggu check-in desk dibuka, aku tertegun pada kesibukan sepasang tour guide yang sibuk mengatur rombongannya yang entah akan menuju kemana?. Mereka berdua mengumpulkan rombongan dan dengan lantang melakukan briefing sehingga suara mereka bisa didengar oleh siapapun di sekitar pojok tunggu Terminal  3 Ultimate.

Satu jam menunggu, akhirnya check-in desk dibuka dan aku segera mengantri  di kolom antrian C24 untuk mendapatkan boarding pass menuju Kuala Lumpur. Kali ini Kuala Lumpur hanya akan menjadi persinggahan, karena aku akan mengeksplore Kuala Terengganu, sebuah kota yang terletak 450 km di utara Kuala Lumpur.

Check-in desk C Terminal 3 Ultimate

Kuala Terengganu akan menjadi kota di Malaysia kelima yang akan kunikmati setelah Kuala Lumpur, Johor Bahru, Ipoh dan Penang…..Ahhhh, sore itu aku tak sabar ingin segera tiba di Kuala Terengganu.

Melawat ke Kuala Terengganu adalah niatan yang muncul usai aku bertemu dengan Mariya, seorang solo-traveler asal Malaysia di Seoul. Pesona Kuala Terengganu yang diceritakan oleh Mariya telah menghipnotis alam bawah sadarku untuk mengunjunginya. Butuh waktu tiga tahun untuk mewujudkan mimpi itu.

Tapi sekali lagi, Kuala Terengganu juga bukan menjadi satu-satunya tujuan dalam perjalananku kali ini, karena titik sasarku tentu berada di tempat-tempat yang lebih jauh, yaitu negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Kembali ke Terminal 3 Ultimate…..

Kini aku menuju ke konter imigrasi untuk berburu departure stamp. Di depan area imigrasi, aku berusaha  menyelesaikan proses pemeriksaan imigrasi melalui autogate immigration tetapi ada seorang petugas yang menahan langkah dan melarangku melewati jalur itu. Aku diarahkan menuju ke konter imigrasi dengan petugas yang siap memeriksa. Menghadap seorang petugas imigrasi, aku menyerahkan passport dan boarding pass.

Staff imigrasi: “Tiket pulang, Mas?

Aku: “Ini, Pak”, aku menyerahkan print out tiket penerbangan Philippine Airlines dengan rute Doha-Jakarta dan transit di Manila

Staff imigrasi: “Sendirian, mas?. Dalam rangka apa?

Aku: “Solo-Backpacking, Pak

Staff imigrasi itu akhirnya sibuk meneliti dengan detail halaman demi halaman pada pasporku.

Staff imigrasi: “Mampir kemana saja, Mas?

Aku: “Kuala Terengganu-Kochi-Dubai-Oman-Bahrain-Qatar, Pak

Staff imigrasi: “Boleh lihat visanya, Mas?”, wajahnya masih saja dingin dan serius.

Aku: “Sebentar, Pak”, aku membuka zipper bag dan mengeluarkan Visa India, Visa Uni Emirat Arab, Visa Oman dan Visa Bahrain, “Ini, Pak

Staff imigrasi itu memeriksa satu persatu visa yang kuberikan.

Staff imigrasi: “Ok. Hati-hati, Mas”.

Tiket akyuuu….Yuhuuuuu.

Aku keluar dari konter imigrasi dengan nafas lega dan segera memasukkan segenap file ke zipper bag kembali. Kini aku akan menuju ke Terminal 3 Existing untuk mempersiapkan diri terbang bersama Malaysia Airlines.

Kisah Selanjutnya—->