Berburu Perlengkapan di Bahrain International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Hampir pukul lima sore ketika Air Arabia G9 105 telah berhenti sempurna di salah satu sisi apron Bahrain International Airport.

Sudah menjadi tabiat diri, aku selalu menjadi pribadi yang tak sabaran ketika telah tiba di tempat baru. Mungkin aku menjadi penumpang yang pertama kali bersiap untuk turun karena begitu pesawat berhenti, aku bergegas mengambil backpack dari bagasi atas, untuk kemudian kupanggul lalu mengambil posisi berdiri di depan barisan untuk keluar pertama kali dari kabin.

Keluar dari pintu depan pesawat, langkahku diarahkan melalui aerobridge yang segenap dindingnya terbuat dari kaca bening. Seperti biasa, aku berhenti dan mengamati aktivitas di sekitar apron dari dinding kaca itu.

Sejauh mata memandang, segenap sisi apron dipenuhi promotion wallpaper milik stc, sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka yang dimiliki oleh Saudi Telecom Company. Sementara itu, deretan baggage carts ditempatkan di beberapa titik apron. Tak ketinggalan pula baggage conveyor-belt truck yang tampak bersiap di sekitarnya.

Aku berdiri terdiam untuk beberapa saat demi mengamati pemandangan di apron ketika para penumpang dengan langkah cepat meninggalkan aerobridge. Ketika penumpang terakhir melintas di belakangku maka kuputuskan untuk segera memasuki bangunan bandara.

Berjalan melalui arrival hall dengan karpet abu-abu, aku bergegas menuju konter imigrasi.

Menemukan konter itu dengan mudah, aku mulai mengantri dan pada gilirannya aku melangkah menghadap ke salah satu petugas.

Begitu tiba di depannya, aku dengan inisiatif tinggi menyerahkan paspor, e-booking confirmation dari hotel yang akan kuinapi, lembaran e-Visa, e-ticket penerbangan Kuwait Airways untuk meninggalkan Bahrain menuju Kuwait dalam beberapa hari ke depan.

Is this your first time in visiting Bahrain?”, tanyanya singkat

Yes, Sir”, aku menjawab juga dengan singkat

Your Hotel?

Plaza Hotel, Sir

 “Oh….Where is it?

Qudaibiya, Sir”, beruntung aku tahu distrik tempatku menginap.

Oh, Okay…”, dia menutup percakapan sembari memberikan slip pembayaran e-Visa.

Selepas menyelesaikan urusan imigrasi, aku menuju ke lantai bawah melalui escalator. Tujuan utamaku kali ini adalah mencari local SIM card untuk keperluan komunikasi selama berada di Bahrain. Tanpa berpikir panjang, aku memasuki stc outlet dan membeli Prepaid SIM Card berkuota 8 GB dengan harga 7 Dinar.

Usai mendapatkan SIM Card, aku pun harus menyelesaikan urusan berikutnya. Aku beranjak menuju money changer outlet dan aku menemukan outlet milik Bahrain Financing Company (BFC) di sebuah koridor yang dijaga oleh staff pria berkebangsaan Philippina. Tanpa berpikir panjang, aku segera menukarkan 150 Dolar Amerika di outlet tersebut. Melalui transaksi itu maka aku bisa menggenggam 56 Dinar yang akan kugunakan sebagai bekal mengeksplorasi Bahrain dalam beberapa hari ke depan.

Suasana apron Bahrain International Airport di sore hari.
Arrival corridor.
Air Arabia G9 105 yang kunaiki.
Arrival hall.
Bahrain International Airport tampak muka.
Senja menyelimuti bandara sesaat sebelum kepergianku menuju pusat kota.

Terakhir sebelum aku benar-benar meninggalkan bandara……

Langkah terakhirku kutujukan demi mencari akses transportasi umum, tentunya itu adalah airport bus. Setelah mengeksplorasi lokasi di sekitar halte bus bandara, aku memahami bahwa diperlukan GO card untuk bisa menaiki bus umum di Bahrain. Dan di Bahrain International Airpot, GO card ini dijual melalui automatic vending machine yang letaknya berada di sebelum pintu keluar bangunan bandara.

Aku memulai transaksi di mesin otomatis tersebut untuk kemudia berhasil mendapatkan sebuah Go Card beserta saldonya seharga 1 Dinar 350 Fils. Harga itu terdiri dari 750 Fils untuk harga kartunya, sedangkan 600 Fils untuk daily trip yang bisa digunakan selama 24 jam semenjak waktu pembelian.

Sekiranya semuanya telah siap….

Aku berdiri di halte, menunggu kedatangan airport bus menuju pusat kota.

Kisah Selanjutnya—->