Terminal 2D Soetta: Mengembalikan Insting yang Lama Pudar

Semenjak terakhir pulang dari Qatar di permulaan 2020, boleh dikata, aku tak pernah lagi berpetualang dalam jarak yang jauh. Terhitung selama hampir dua tahun, aku hanya mengunjungi destinasi yang lokasinya berdekatan dengan ibukota, sebut saja Ujung Genteng, Gunung Pancar, Curug Leuwi Hejo, Dataran Tinggi Dieng, Anyer dan Puncak.

Tapi kini hati tetiba berujung galau ketika cuti lima hari disetujui oleh pimpinan tempatku bekerja. Ditambah dua hari weekend menjadikan liburanku genap satu pekan.

Ketika esok hari hitungan cuti bermula, pikiranku pergi membayang ke segala tempat. Adalah Bali, Lombok dan Labuan Bajo yang ada di pikiran pagi itu.

Tapi aku harus segera melakukan sesuatu sebelum berpikir lebih jauh.

Di hari pertama cuti, aku memutuskan untuk berangkat menuju sebuah rumah sakit kenamaan di bilangan Cibubur yang terkoneksi dengan Program PeduliLindungi untuk melakukan PCR dengan hasil keluar sameday. Aku telah menetapkan niat, apabila hasil PCR negatif maka aku akan memberanikan diri untuk terbang.

Ya, kemanapun….Yang penting naik pesawat”, niat di hati terdalam.

Aku telah merindukan sebuah petualangan panjang. Tentu petualangan yang jauh dari rumah. Aku sudah bersiap diri melakukan perjalanan dengan protokol pandemi.

Aku bersemangat datang ke rumah sakit dan tiba pada pukul setengah sembilan. Menunggang Beat Pop hitam kesayangan, aku tiba di depan para perawat yang bersiap mengambil sample PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan mekanisme drive thru.

Sehari sebelumnya, aku telah melakukan pendaftaran online senilai Rp. 275.000. Inilah pertama kalinya aku menjalankan tes PCR. Tes yang membuatku bersin-bersin hebat bukan kepalang.

Selepas tes, aku pulang dan berdebar menunggu hasil. Dan pada akhirnya, hati diselimuti rasa bahagia ketika aku mendapatkan kabar lewat WhatsApp pada pukul lima sore bahwa PCRku menunjukkan hasil negatif dan hasil itu juga tercantum otomatis di aplikasi PeduliLindungi.

Sempurnanya hasil PCR mengantarkanku menuju tahap berikutnya yaitu berburu tiket.

Aku terjun berselancar di aplikasi e-commerce perjalanan terkenal di Indonesia. Akan tetapi, hasil perselancaran itu akhirnya mengubur dalam-dalam niatku yang sangat berhasrat melawat ke Labuan Bajo ataupun Lombok. Harga tiket pesawat yang terlalu melangitlah yang membuatnya demikian. Alternatif lain menuju Bali pun akhirnya berpotensi menjadi perjalanan tanggung karena sesungguhnya aku pernah menginjakkan kaki di Pulau Dewata.

—-****—-

Malam itu juga, aku mulai mempacking segenap perlengkapan hingga larut malam. Tak lupa, aku mempersiapkan obat-obatan beserta vitamin dengan lebih serius. Bahkan aku memutuskan membawa tablet antivirus sebagai antisipasi jika terjadi hal-hal diluar perkiraan di daerah tujuan.

Online check-in penerbangan pun baru kuselesaikan lewat tengah malam. Mendapatkan posisi duduk di window seat membuatku bersemangat dalam mengisi eHAC (electronic-Health Alert Card). Kuberharap suksesnya online check-in dan terbitnya eHAC akan membuat proses menuju boarding menjadi lebih cepat di keesokan harinya.

Usai memastikan segenap tahap persiapan tuntas, aku memutuskan tidur.

Akan tetapi, aku hanya bisa tertidur ayam tanpa kenyenyakan hingga setengah empat pagi….Seperti biasa, kekhawatiran tertinggal penerbangan menjadi penyebabnya.

Kuputuskan bangun lebih cepat dan melakukan shalat tahajud demi  memohon kepada Sang Kuasa atas keselamatan selama berpetualang. Seusainya, aku segera berbasuh dengan air hangat, bersarapan sekedarnya dan bergegas berburu ojek online untuk mengantarkanku menuju shelter DAMRI Terminal Kampung Rambutan.

Lewat sedikit dari setengah lima pagi, aku tiba di sana. Setelah menyiapkan sebotol air mineral dari sebuah kedai, aku bergegas naik. Bus berangkat tepat pukul lima dan setiap sisi deret bangku hanya boleh diisi oleh satu penumpang. Inilah yang membuat tarifnya melonjak dua kali lipat….Menjadi Rp. 85.000.

Akhirnya naik DAMRI bandara lagi.
Tiba di Terminal 2D Domestik.

Bus melaju cepat membelah jalanan kosong di jalan bebas hambatan. Satu jam kemudian, aku terbangun ketika bus perlahan merapat di Terminal 3-Ultimate. Dengan cekatan aku merogoh lembaran e-ticket dari backpack untuk memastikan terminal tujuan.

Terminal 2D Domestik…”, aku yakin membatin.

Akhirnya aku tiba….

Melompat turun di drop-off zone. Kini aku melangkah ke dalam bangunan bandara. Tentu aku merasakan atmosfer yang berbeda ketika memasukinya. Kondisi bandara sudah tak seperti dulu lagi ketika masa bepergian masih menjadi hal yang tidak berbahaya serta tanpa prosedur kesehatan yang ketat.

Begitu memasuki departure hall, Aku langsung dihadapkan pada antrian panjang calon penumpang yang berburu konfirmasi layak terbang pada sebuah layar LCD. Melihat panjangnya antrian, aku memberanikan diri untuk bertanya pada seorang petugas yang berjaga.

Pak, saya sudah memiliki hasil PCR negatif di dalam aplikasi….Apakah saya bisa mengindahkan antrian itu?”, aku menunjukkan barcode di aplikasi PeduliLindungi.

Terbang jam berapa, pak?”, dia mengangguk-angguk melihat barcode yang kutunjukkan.

Jam delapan, pak

Oh, silahkan bapak langsung saja menuju konter check-in, nanti tunjukkan hasil tes dalam aplikasi ya, pak!

“Baik, pak”

Aku melangkah mantap menuju screening gate pertama dan bisa melewatinya dengan mudah.

Kini aku bergegas menuju konter check-in. Begitu tiba di area konter, aku tetiba merinding karena keramaian calon penumpang yang rapat tak berjarak.

Aku berhenti sejenak dan mengamati dari kejauhan. Aku mencoba mengembalikan insting backpacker yang sudah lama tak terasah. Sepuluh menit aku hanya berdiri menatap ruangan penuh manusia itu. Aku terus mencoba berfikir.

“Seingatku, selalu ada antrian pendek yang disitu berjajar calon penumpang tanpa bagasi”, aku terus berfikir keras.

Pak, ada antrian konter tanpa bagasi?”, aku memberanikan diri bertanya pada seorang ground staff yang kebetulan melintas.

Oh, di ujung sana pak, konter nomor 46”, dia mengarahkan telunjuknya ke sebuah arah.

Terimakasih pak

Aku bergegas menujunya dan benar saja, aku hanya menemukan antrian lima calon penumpang di depan konter itu. Akhirnya, aku tak perlu mengantri lama dan berhasil menjauhi kerumunan.

Usai mengantongi boarding pass. Aku menuju ke Gate D1 dengan melewati screening gate kedua yang tentunya pemeriksaan berjalan lebih ketat. Aku berhasil melewatinya dengan mudah dan akhirnya bisa duduk di waiting room Gate D1 tepat satu jam sebelum boarding.

Lihat antrian panjang nan rapat itu!
Konter check-in tanpa bagasi. Lebih pendek dan cepat.
Menuju gate.
Gate areas setelah screening gate.
Di depan sana adalah waiting room Gate D1.
Pemandangan apron dari Gate D1.

Kini aku bersiap terbang menuju provinsi ke-12 di dalam petualanganku menaklukkan tanah air.

PONTIANAK….Ya aku bersiap mendarat di Kota Khatulistiwa tersebut.

Kisah Selanjutnya—->

Thai Airways TG 436 from Jakarta (CGK) to Bangkok (BKK)

Thai Airways TG 436 flight route.

Finally, I repeated my journey to “White Elephant” Country after my last exploration in 2013. For four years, I waited for that opportunity. If in 2013, I flew with Air Asia to Don Mueang International Airport so this time I was very lucky because I was able to catch a cheap promo which was issued by Thai Airways in April 2017.


Waiting for 8 months before actually flying was something that was very unpleasant. Not because of Bangkok, but only because of my desire to taste premium wide-body aircraft. A year before, I had boarded in same type of plane belonging to Air Asia when I returned from Incheon.


—- **** —-

After Friday, I perfected my packing for 11 days trip which would certainly make you were curious. At exactly 15:00 hours, I hurriedly carried my backpack on “angkot” (a small public trasportation in Jakarta) which went to Kampung Rambutan Terminal. That angkot which took so long to arrive, punished me by taking a DAMRI bus in next- a departure schedule.


On 16:00 hours, DAMRI launched but not long after, toll road became stuck. DAMRI didn’t moved in a long time. There have been road repairing in a tunnel combined with an incident which a truck rolled over 400 meters in front. Even though, my flight was scheduled for 19:05 hours. That means, I have to be ready at 17:55 hours before actually boarding….Too tight time.
Luckily, a Highway Patrol sirens began to sound in its way heading forward. Significantly, 15 minutes later DAMRI smoothly drove to Terminal 2-Soekarno Hatta International Airport.

Thai Airways finally became the 18th airline which I rode.
Started to boarding.

Luckily, Soekarno Hatta International Airport was very quiet and only needed 5 minutes for check-in process, and then I got a purple and white boarding pass. I passed all x-ray checkpoints very quickly as only a 45 litre backpack which needed to be screened.


I entered tAirbus A330-300 via its right-side cabin lane to find a seat numbered 52K. This time, it would be very relieved that I sat alone in three column seat. I was a plebeian….Just this time, I got on a plane with an LCD screen in front of my eyes….I pushed all button as I liked.

Jakarta-Bangkok is 3,000 km away and can be approached in 3 hours and 35 minutes with an average speed of 475 knots (880 km/hour). You can imagine how fast it is.

The moslem meal was served after giving a brown rice cracker and apple juice.

During flight, beautiful Thai-faced flight attendants were indeed captivating as far as my eye could see. Unfortunately, I was just a backpacker….If I was a top class businessman….. I would definitely propose to her….Hihihi.

Landing in the first time at Suvarnabhumi International Airport.

Arrival at 22:35 hours left me with no other option. It was impossible to leave the airport and heading for the city. If there was time, I might as well be reluctant. Because Bangkok wasn’t my destination….But, NEPAL.


Yess… .Nepal would be the 11th country which I visited.

Do you want to know about my next story to “The Land of a Thousand Temples”?
Just follow my story when I explored it.

Search for flights from Jakarta to Bangkok via 12go Asia. This is the link:  https://12go.asia/?z=3283832

Next Story—->

Breaking a Record with SJ 010

Yessss….Finally I flew to Medan via that route.

Was SJ 010, Sriwijaya Air’s morning flight using BOEING 737-900ER which took me to “Kota Melayu Deli” (other name of Medan). Amazing journey which was actually unplanned. It is different from my habits when traveling abroad with making detail itinerary since a year before the trip is executed.

At 3:58 am, I have arrived Terminal 2 Soetta.

Starting from a taunting every morning in my beloved office, who is always me as victim. “Achh….you don’t love our country and always go abroad. Our country is beautiful, why do you have to go abroad?“. Even though they who spoke it also rarely went on picnics everywhere….Hahaha.

Upon arrival at airport, I went straight to check-in counter.

This trip was also obsessed because of another tickling event. Starting from planning to go with marketing friends to Toba Lake, which is always planned at the end of every year. Even three years have passed or arguably until I have explored more than ten nations, it was never realized.

Install your own cabin baggage tag, Donny!

Yes, such it, sometimes friends have passion just on their lips. So if I don’t do the action by myself, I will never go to outside of Jakarta.

Preparing to passed x-ray security screening at gate F.

The end of October is time when I get an additional 5 days leave. This is a benefit which I got since I was become a supervisor in my office. Somehow, the discussion about Toba Lake at Thursday morning briefing made me curious to open a ticket search site.

05:46 am….Let’s boarding!

Following my fingers which kept dancing on keypad, I was anesthetized because I suddenly had ended the payment gate session on website and then bringing a Cengkareng-Kualanamu e-ticket for USD 40.8. Damn, travel maniac….I had to get ready for next 18 days to explore Sumatra island.

The dashing of Sriwijaya Air SJ 010.

Now I would be the first marketer in my office who would see beauty of Toba Lake. No need to plan a lot, didn’t need to say much….Just go whatever you want, Donny!

Not only in highway….Wanted to fly through Soetta runway also had to queue.

I hope that after returning from Sumatra expedition, my friends wouldn’t say that I don’t love my own country.

At 6:41 am I floated above Jakarta.
And having breakfast with Sriwijaya Air menu.

And you need to know, this trip started from Medan and would end in Padang. After returning home, I would be dubbed as a crazy traveler for the first time by all friends in office….Wow.

Why did Sriwijaya Air always make strange noises like rickety while flying.

I didn’t deliberately land in Silangit because my strong desire felt exploration of North Sumatra mainland to see its nature and mingled with unique local people from the various stories which I heard.

The view outside was able to forget strange noises in the cabin.
Flight with zero turbulence.
The sparkling Malacca straits is doused by dawn.
The awesome North Sumatra coastline.

My furthest exploration on Sumatra island so far only reached the edge of Martapura city, South Sumatra. But that wasn’t in traveling, but only to fulfill my duty when I was a freshwater fish sales many years ago.

I was arrived….Come on down!
That’s the main building of Kualanamu International Airport.

There was one interesting comment on my social media when I just landed in Kualanamu. “Bro Donny, He always work hard and travel harder“….Looked like I have to accept that jargon from my friend.

Waiting for apron shuttle bus.
The bus was coming.

Just like a dream, finally being able to visit North Sumatra. One thing that was never thought of before. It must be like that to explore the beauty of Indonesia. No need to think a long, just go….If lost, it won’t far from home….Hahaha.

Exploring Medan started from this door….Let’s go!

You can see its video here: https://youtu.be/3Bwjm3VULPc

By the way, you can search for flight ticket from Jakarta to Medan in 12go Asia. Try to search the route here: https://12go.asia/?z=3283832

TG 436: Mewah Mengudara Menuju Bangkok

Jalur penerbangan TG 436

Akhirnya aku mengulang perjalanan menuju Negeri Gajah Putih setelah eksplorasi terakhir pada 2013. Empat tahun lamanya, aku menunggu kesempatan itu. Jika 2013, aku terbang bersama Air Asia menuju Don Mueang International Airport maka kali ini aku sangat mujur karena bisa menangkap promo murah meriah yang dikeluarkan oleh Thai Airways pada April 2017.

Menunggu selama 8 bulan sebelum benar-benar terbang adalah sesuatu yang sangat tak mengenakkan. Bukan karena Bangkok nya, tapi hanya karena hasrat mencicipi pesawat premium berbadan lebar. Setahun sebelum, aku pernah menaiki jenis pesawat yang sama milik Air Asia ketika pulang dari Incheon.

—-****—-

Selepas Jum’atan, aku menyempurnakan packing untuk perjalanan selama  11 hari yang tentu akan membuat penasaran. Tepat jam 3 sore, aku bergegas memanggul backpack menaiki angkot menuju Terminal Kampung Rambutan. Angkot yang begitu lama tiba, membuatku terhukum dengan menaiki bus DAMRI satu jadwal keberangkatan lebih lambat.

Jam 16:00, DAMRI meluncur tetapi tak berselang lama kondisi jalan tol menjadi stuck. DAMRI sungguh lama tak bergerak. Terusut sudah terdapat perbaikan jalan di sebuah terowongan dikombinasi dengan insiden truk terguling 400 meter setelahnya. Padahal penerbanganku terjadwal jam 19:05. Itu berarti aku harus siap pada jam 17:55 sebelum benar-benar boarding….Mepeeetttt.

Beruntung sirine Highway Patrol mulai terdengar merangsek ke depan. Signifikan, 15 menit kemudian DAMRI melaju mulus menuju Terminal 2 Soetta.

Thai Airways akhirnya menjadi maskapai ke-18 yang kunaiki.

Beruntung Soetta melompong dan hanya perlu 5 menit untuk proses check-in kemudian boarding pass ungu putih tergenggam. Semua pos pemeriksaan x-ray kulewati dengan sangat cepat karena hanya satu backpack 45L saja yang perlu di screening.

Mulai boarding.

Aku memasuki Airbus A330-300 melalui jalur kabin sebelah kanan untuk menemukan bangku bernomor 52K. Kali ini akan menjadi sangat lega karena aku duduk di bangku kolom tiga sendirian. Ndeso….Baru kali ini naik pesawat dengan layar LCD didepan mata….Pencat-pencet sesuka hati.

Jakarta-Bangkok yang berjarak darat sejauh 3.000 km di tempuh dalam waktu 3 jam 35 menit dengan kecepatan rata-rata 475 knot ( 880 km/jam). Bisa dibayangkan betapa kencangnya.

Moslem meal yang disajikan setelah brown rice cracker dan apple juice di berikan.

Selama penerbangan, pramugari cantik berwajah khas Thailand memang sungguh memikat sejauh mata memandang. Untung saya hanya backpacker kere…..Andai aku businessman kelas atas…..Pasti aku akan lamar dia….Hihihi.

Pertama kali landing di runway Suvarnabhumi International Airport.

Tiba pada pukul 22:35 menyebabkan aku tak punya opsi lain. Tak mungkin keluar bandara dan beranjak menuju kota. Jika ada waktu pun, saya mungkin juga enggan. Karena bukan Bangkok tujuanku….Tapi, NEPAL.

Yess….Nepal akan menjadi negara ke-11 yang kukunjungi.

Mau tahu kan kisahku berikutnya ke “Negeri Seribu Kuil”

Ikutin kisahku selama disana ya.

Cari tiket penerbangan dari Jakarta ke Bangkok melalui 12go Asia. Berikutnya linknya:  https://12go.asia/?z=3283832

Memecah Rekor bersama SJ 010

Yessss….Akhirnya aku terbang ke Medan melalui rute itu.

Adalah SJ 010, penerbangan pagi Sriwijaya Air menggunakan BOEING 737-900ER yang mengantarkanku ke Kota Melayu Deli. Perjalanan menakjubkan yang sebetulnya tak terencana. Berbeda dengan kebiasaanku ketika menjelajah ke luar negeri dengan perencanaan matang hingga setahun sebelum perjalanan tersebut dieksekusi.

Jam 03:58 pagi, aku sudah merapat ke Terminal 2 Soetta

Berawal dari ledekan setiap pagi di kantor tercinta yang selalu saja aku menjadi korbannya. “Ah lo mah Don, ga cinta tanah air, pergi ke luar negeri melulu. Negeri kita ini indah, mengapa harus ke luar negeri?”. Beuh padahal yang ngomong juga jarang piknik kemana-mana….Hahaha.

Setiba bandara, aku langsung menuju konter check-in.

Perjalanan ini juga terobsesi karena kejadian menggelitik lain. Bermula dari rencana ngebolang bersama teman-teman marketing ke Danau Toba yang selalu direncanakan setiap akhir tahun. Bahkan sudah tiga tahun berlalu atau boleh dibilang hingga aku telah menjelajah lebih dari sepuluh bangsa, tak kunjung direalisasikan.

Pasang cabin baggage tag mu sendiri, Donny!

Ya begitulah, terkadang teman-teman itu hanya semangat di bibir. Jadi kalau aku sendiri yang tidak melakukan action maka aku tak akan pernah melanglang keluar Jakarta.

Bersiap melewati x-ray security screening di gate F.

Akhir Oktober adalah waktu dimana aku biasa mendapat cuti tambahan 5 hari. Ini adalah benefit yang kudapat semenjak menjadi supervisor di kantor (Sombong kan aku….Supervisor gitu loh….Hahaha). Entah kenapa pembahasan Danau Toba di briefing Kamis pagi membuatku iseng untuk membuka sebuah situs pencarian tiket.

Jam 5:46…Mari kita boarding!

Mengikuti jemari yang terus menari diatas keypad, aku bak terbius karena tahu-tahu sudah mengakhiri sesi payment gate di situs itu dengan membawa e-ticket Cengkareng-Kualanamu seharga Rp. 552.950. Damn, dasar travel maniac….Aku harus bersiap 18 hari ke depan untuk menjelajah pulau Sumatra.

Gagahnya Sriwijaya Air SJ 010.

Kini aku akan berstatus menjadi marketer pertama di kantor yang akan melihat indahnya Danau Toba. Tak perlu banyak rencana, tak perlu banyak bicara….Berangkat aja sesuka hatimu, Donny!

Tak cuma jalan tol….Mau terbang melalui runway Soetta pun harus mengantri.

Aku berharap sepulang dari ekspedisi Sumatra, teman-teman tak akan nyinyir lagi bahwa aku tak mencintai negeriku sendiri….#dasartukangbaper.

Jam 06:41 aku melayang di atas Jakarta.
Dan bersarapan pagi ala Sriwijaya Air

Dan perlu kamu tahu, perjalanan kali ini berawal dari Medan dan akan berakhir di Padang. Setelah pulang nanti, aku akan dijuluki traveler gila untuk pertama kalinya oleh seisi kantor….Wuakakakakak.

Kenapa Sriwijaya Air selalu mengeluarkan bunyi-bunyi aneh bak reot selama terbang.

Aku sengaja tak mendarat di Silangit karena begitu kuat keinginanku untuk merasakan menjelajah daratan Sumatra Utara untuk melihat alamnya serta berbaur dengan masyarakat lokal yang unik dari berbagai cerita yang kudengar.

Pemandangan di luar yang mampu melupakan kebisingan suara-suara aneh dalam kabin.
Penerbangan dengan zero turbulence
Selat Malaka yang berkilau tersiram fajar.
Garis pantai Sumatra Utara yang mengagumkan.

Penjelajahan terjauhku di pulau Sumatra selama ini hanya mencapai tepian kota Martapura, Sumatera Selatan. Tapi itu bukan dalam rangka traveling, tetapi hanya untuk memenuhi kewajiban ketika aku menjadi sales ikan air tawar bertahun-tahun lalu….Wah, buka kartu nih.

Sudah sampai….Ayo turun!
Itu dia bangunan utama Kualanamu International Airport.

Ada satu komen menarik di medsos milikku ketika baru saja mendarat di Kualanamu. “Mas Donny mah selalu Work Hard-Travel Harder”…..Sepertinya aku harus mengamini jargon dari temanku itu.

Menunggu di jemput apron shuttle bus.
Nah itu busnya datang….

Seperti mimpi saja, akhirnya bisa mengunjungi Sumatera Utara. Satu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Memang harus begitu untuk menjelajah indahnya Indonesia. Tak perlu mikir panjang, berangkat saja….Kalau hilang ga akan kemana kan….Hahaha

Menjelajah Medan dimulai dari pintu ini….Yukss!

Lihat videonya disini: https://youtu.be/3Bwjm3VULPc

Cari tiket penerbangan dari Jakarta ke Medan melalui 12go Asia. Berikutnya linknya:  https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Sebelumnya—->

Penerbangan KLM-KL 0809 dari Kuala Lumpur ke Jakarta

<—-Kisah Sebelumnya

18 Maret 2018-Penerbangan kali ini adalah pertama kalinya menggunakan jasa KLM Royal Dutch Airlines. Dan KLM menjadi maskapai ke-19 yang pernah Gw naiki selama traveling. Maklum setiap traveling Gw selalu berusaha mencari maskapai berbeda untuk merasakan perbedaan pelayanan saja, tetapi tetap ya prioritas pertama adalah cari yang termurah.

Gw issued tiket ini pada 18 September 2017, tepat 6 bulan sebelum penerbangan.

Harga KLM

Dengan harga 224,10 Ringgit atau Rp. 768.748 sangat affordable untuk maskapai Eropa

Airport Coach mengantarkan Gw ke KLIA tepat jam 14:00. Gw langsung menuju ke konter check-in.

KLM

Kayaknya Gw penumpang yang pertama check-in….sepi belum ada siapa-siapa

Berdasar tiket, Gw  harus menuju ke gate C3. Suasana KLIA saat perpindahan dari dari konter check in ke Gate C3 ga Gw ceritain disini ya gaes. Nanti akan Gw ceritain pas Gw naik Malaysia Airlines saja -trip setelah trip ini-.

Oh iya, kali ini pertama kalinya juga Gw menginjakkan kaki ke Kuala Lumpur International Airport Terminal 1 (KLIA), karena bolak-balik ke negeri jiran ini selalu turun di KLIA 2 -base nya Air Asia-. Melihat bangunannya memang KLIA terlihat layaknya bangunan tipe lama….ya mirip-mirip Soekarno Hatta International Airport Terminal 1 dan 2 lah kira-kira.

C3 room

Gate C1 adalah boarding gatenya Saudia Airlines

view gate 3

View gate 3 adalah bangunan untuk POS Aviation -ground servicenya Malaysia-.

Menunggu 1,5 jam akhirnya pesawat datang juga.

KLM Plane

(Kiri) : Pesawat Saudia Airlines bersebelahan dengan (Kanan) :  Pesawat Gw lah….

Penerbangan KLM dari KLIA ke Soetta International Airport ini dioperasikan oleh Air France. Beberapa penerbangan KLM dari KLIA-Soetta bahkan dioperasikan oleh Garuda Indonesia. Sebetulnya penerbangan ini adalah transfer flight dari Amsterdam ke Jakarta yang transit di KLIA. Oh ya sambil nungguin pesawatnya loading, ada bonus nih gaes:

Liliana Natsir

Disaat akhir mau boarding….muncul Liliyana Natsir….Juara bulu tangkis ganda campuran kita gaes.

Okay….tak menunggu lama, akhirnya boarding ke pesawat kelas Eropa ini terjadi.

interior klm

Interiornya sih biasa ya gaes….hanya perasaan aja seneng banget naik pesawat milik Air France.

Sepanjang perjalanan Gw mendapatkan sebuah tisu basah hangat untuk pembasuh muka, vegetarian pie yang seporsinya cukup untuk menggantikan dinner Gw (lumayan kan hemat budget) dan segelas apple juice.

Dan sepanjang perjalanan Gw melihat film Dunkirk….Ga tau ya kenapa Gw suka film ini. Gw sampai nonton sampai 4x. Bahkan pada perjalanan sebelumnya, Gw juga nonton film ini di kabin Thai Airways ketika terbang ke Kathmandu, Nepal.

view flight

Ini view terkeren sepanjang penerbangan waktu itu.

Ok cukup sekian penerbangan kali ini. Akan Gw ceritakan penerbangan lain di artikel yang berbeda.

By the way, Kamu boleh mencoba mencari tiket penerbangan dari Kuala Lumpur ke Jakarta melalui 12go Asia. Coba cari rutenya disini:  https://12go.asia/?z=3283832

TAMAT