SriLankan Airlines UL 225 dari Colombo (CMB) ke Dubai (DBX)

<—-Kisah Sebelumnya

Rute SriLankan Airlines UL 225 (sumber: flightaware).

Hatiku sumringah usai memergoki nomor penerbanganku pada salah satu tampilan Flight Information Display Siystem (FIDS) di sudur transfer hall Bandaranaike International Airport.

Yiaayyy, sebentar lagi berangkat ke Dubai”, hatiku bersorak girang.

Dengan sigap aku menyudahi aktivitas mengisi daya baterai smartphone dan Canon EOS M10 yang sudah kulakukan sedari beberapa waktu lalu.

Tau gak sih?, kalau aku harus lama berdiri menunggui “alat bantu perjalanan” itu selama dicharge. Hal ini dikarenakan charging station itu berada di sebuah tiang nan ramai dengan lalu-lalang pengunjung bandara. Sedangkan apron view tempatku duduk sebelumnya berada sepuluh meter dari tiang tersebut.

Hmmhhh…..

Sembari menahan betis yang pegal karena terlalu lama berdiri, aku segera melangkah menuju gate 14 seperti yang diperintahkan dalam FIDS. Kali kedua mengunjungi bandara ini, membuatku dengan mudah menemukan gate itu.

Terduduklah aku di kursi tunggu di luar waiting room, gate belum sepenuhnya siap mengantarkan penumpang menuju penerbangan.

Aku tersenyam-senyum sendiri, memperhatikan seorang perempuan muda asal Eropa yang tampak bermain dengan kedua anak perempuannya yang sepertinya masih bersekolah dasar. Mereka memanfaatkan pojok koridor untuk melakukan permainan melompat, berlari dan menari. Sungguh lucu dan menggemaskan. Sementara sang suami tampak sibuk menelpon ke sana kemari.

Selang beberapa waktu, tetiba bangku sebelah kananku yang kosong telah diduduki oleh seorang wanita. Selepas duduk, dia tampak gelisah, tatapnya terus berpindah-pindah titik pandang. Hal itu membuatku penasaran, kuliriknya apa yang dia pegang. Tak salah lagi, itu paspor hijau Republik Indonesia.

“Ada apa gerangan wanita ini sendirian sampai di Sri Lanka?”, aku membatin.

Mencoba menenangkan suasana aku pun berinisiatif untuk membantu,

Ibu mau terbang kemana?“, aku memulai pertanyaan.

“Loh, masnya orang Indonesia toh?, Alhamdulillah ada teman. Saya mau terbang ke Dubai, bingung cari gate, mas”

“Gate berapa, bu?”

“14, mas. Tapi ini kok nomor penerbanganku kok ga sama seperti yang tertera di gate ya, mas?”

“Sebentar, bu”, aku bangkit dari tempat duduk dan berinisiatif bertanya kepada seorang petugas aviation security yang sedang berdiri di depan gate. Dia menjelaskan singkat bahwa gate 14 akan digunakan untuk dua penerbangan.

Aku menjelaskan perihal ini ke si ibu bahwa penerbangannya akan mendahului penerbanganku dan dia menganguk faham setelah kujelaskan. Masalah selesai, kini si ibu bisa menunggu pernerbangannya dengan tenang.

Sebelum si ibu terbang, beliau bercerita bahwa dirinya sedang menuju Dubai untuk berkerja sebagai seorang asisten rumah tangga pada sebuah keluarga Arab di sana. Dia menemukan majikan yang baik hati dan baru kali ini dia pertama kalinya terbang sendirian tanpa teman-temannya sehabis mudik ke kampung halaman.

Beberapa menit kemudian, si ibu berpamitan dan mendahuluiku terbang ke Dubai.

Beburu gate….
Menunggu terbang…
Kenapa kalau masuk kabin, pramugari selalu menjadi pusat perhatian….Selain cantik, apalagi ya alasan lainnya?

Usai waiting room kosong kembali dari penumpang, maka giliranku untuk memasukinya dan bersiap diri untuk terbang. Setelah menunggu beberapa saat di waiting room, akhirnya gate pun dibuka untuk mengalirkan penumpang ke kabin pesawat.

Memasuki aerobridge, aku mengantri di sepanjangnya demi memasuki kabin pesawat.

“Dari Indonesia, Mas?”, seseorang di belakangku menyapa.

“Eh, iya mas. Lho mas dari mana? Saya dari Jakarta”.

“Saya dari Sidoarjo, Mas”

“Aku tadi juga barusan ketemu sama seorang ibu dari Wonogiri lho, Mas. Wah di Sri Lanka malah banyak saudara sendiri ya, mas….Hahaha. Kerja di Dubai, Mas? “

“Iya, Mas, aku kerja di kapal pesiar”.

“Wah mantab, gajine gede pasti”.

“Alhamdulillah, biasa aja, Mas. Masnya juga kerja di sana ta?”

“Ndak mas, aku cuma ingin liat-liat Dubai bentar. Aku kerja di Jakarta”.

Tak terasa percakapan itu terbawa hingga ke dalam kabin pesawat dan terhenti ketika aku menemukan tempat duduk.

“Ati-ati ya mas di jalan, takut nanti di bandara Dubai ndak ketemu lagi”, dia mendahului ucapan perpisahan

“Iya mas, hati-hati juga kerja di sana”

Aku pun duduk dan dia mulai mencari bangkunya di kabin belakang.

—-****—-

Terduduk di bangku bernomor 56G di kolom tengah, aku mulai mengeksplorasi beberapa majalah dan brosur di kursi, membaca Serendib Treasure yang menjadi shopping cataloque milik SriLankan Airlines dan selembar “Taste Our World” yang menyajikan menu penerbangan dari Colombo menuju kawasan Timur Tengah.

Tak lama kemudian, pesawat bersiap lepas landas

Aku memperhatikan sejenak demo keselamatan penerbangan yang dilakukan oleh para awak kabin, untuk kemudian usai pesawar telah airborne maka aku mulai berselancar di LCD TV untuk menonton sebuah film. Kuputuskan untuk mengulang kembali menonton film “Green Lantern” yang diperankan oleh Ryan Reynolds.

Memotong sejenak waktuku setelah beberapa saat menonton….

Awak kabin mulai mendorong food trolley dari arah kabin belakang, aku kembali melihat menu dan kemudian memutuskan untuk memilih Chicken Red Curry sebagai hidangan utama dan untuk dessert kujatuhkan pilihanku pada Rice Phirni (hidangan manis khas Asia Selatan yang dibuat dari nasi putih bubuk, susu, dan gula) serta orange juice sebagai minumannya.

Apapun itu….Flag carrier pasti selalu nyaman walau di kelas ekonomi.
Duh kemampuan english listeningku pas-pasan….
Alhamdulillah, setelah 26 jam ga ketemu nasi.

SriLankan Airlines UL 225 sendiri merupakan penerbangan selama empat setengah jam melintasi Laut Arab. Menempuh jarak udara sejauh kurang lebih 3.300 kilometer.

Penerbangan kali ini menjadi penerbangan ketigaku bersama flag carrier milik Negeri “Permata Samudera Hindia”.

Ketika aku sudah di pertengahan perjalanan, film pun usai menonton film, maka kusempatkan diri untuk tidur sejenak sebelum tiba di Dubai.

ZZZzzzzzz……….

—-****—-

Aku terbangun dari lelap ketika lampu kabin dinyalakan. Para awak kabin tampak sigap dan serius mengecek satu persatu sabuk keselamatan dan sandaran kursi setiap penumpang. Aku yang tak pernah melepaskan sabuk keselamatan pun dilaluinya begitu saja.

Sebentar lagi pesawat akan mendarat di Dubai International Airport.

Jantungku mulai berdebar, menunggu kejutan-kejutan lain di tempat yang baru pertama kali aku datangi.

Dubai International Airport Terminal 1.

Welcome Dubai.

Kisah Selanjutnya—->

7 Jam Transit di Bandaranaike International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Tiba di Colombo.
Koridor menuju transfer hall.

Hampir pukul setengah dua siang ketika roda-roda raksasa SriLankan Airlines UL 166 menyentuh landas pacu. Sedangkan di dalam kabin, aku terduduk sangat tenang di kursi bernomor 50G tepat di sisi kanan kolom tengah yang merupakan exit row sisi tengah kabin.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Donny. Bukankah dirimu telah menaklukkan bandar udara ini tahun lalu?”, begitulah tutur hati menenangkan debar dada.

—-****—-

Setahun sebelumnya….

Tepatnya awal Januari 2019, sekitar pukul setengah lima pagi, aku tiba usai melakukan penerbangan dini hari selama dua setengah jam dari Chhatrapati Shivaji International Airport di Mumbai dengan menumpang Jet Airways dengan nomor penerbangan 9W 256.

Disusul empat hari setelahnya, aku menyambangi kembali bandara ini ketika hendak melanjutkan perjalanan menuju Maldives. Kala itu aku dihantarkan oleh SriLankan Airlines UL 0109.

Masih tentang Sri Lanka,

Buat apa sih kamu ke Sri Lanka, Donny?”, begitulah pertanyaan tertrending di telinga bahkan enam bulan sebelum hari keberangkatan.

Pertanyaan yang hanya kujawab dengan senyum….Wkwkwkwk. Aku fikir pertanyaan ini tak perlu dijawab dengan serius karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap opsi bertraveling. Lebih baik berbagi rencana daripada berdebat….Iya, kan….Hahaha.

—-****—

Menuruni Airbus A330-300 melalui aerobridge aku diarahkan menuju koridor kedatangan. Tatapku jeli mencari koridor lain menuju transfer hall. Tentu aku enggan meninggalkan bandara walaupun sebetulnya bisa-bisa saja. Masuk kota Colombo untuk pejalan Indonesia tak gratis ya kala itu? Harus menyisihkan uang sebesar 25 Dollar Amerika untuk menebus eVisa negara “Permata Samudera Hindia” itu.

Tapi dengar-dengar, sekarang pejalan Indonesia bisa mendapatkan free visa untuk berlibur ke sana selama 30 hari. Wah….Hal yang menarik nih.

Kembali ke pencarian transfer hall….

Masih fokus mencari markah menuju transfer hall. Bahkan sebelum menemukan markah tersebut, aku telah memutuskan untuk tinggal di bandara dan menikmati suasanya selama kurang lebih tujuh jam ke depan.

Setelah sepuluh menit melangkah, akhirnya aku berhasil memasuki transfer hall. Tentu untuk memasukinya aku harus melewati pemeriksaan tiket connecting flight dan dilanjutkan dengan pemeriksaan melalui screening gate yang dijaga ketat petugas.

Nah untuk bandara ini, transfer hall secara umum akan berfungsi juga sebagai departure hall bagi penumpang yang akan melakukan direct flight.

Pertama kali memasuki ruangan, interior yang paling mencolok dan mudah terekam dalam ingatan dari transfer hall bandara ini adalah sculpture Buddha yang berada di ruang utama hall. Tahun sebelumnya aku tak berani mengambil foto patung tersebut karena takut berbuat kesalahan dengan melanggar beberapa larangan penting dalam hal adab berfoto di patung Buddha itu.

Tetapi setelah membaca dan memperhatikan aturan dengan detail, terutama aturan tidak boleh berfoto membelakangi Buddha, maka aku berhasil menangkap gambar Buddha itu.

Satu hal lagi yang kuingat adalah berasa kurang nyamannya diriku ketika berada di bandara ini karena kebiasaan beberapa petugas cleaning service yang sering meminta uang kepada pengunjung seusai menggunakan toilet. Aku sendiri mengindahkan sikap mereka di pintu toilet. Walaupun mereka tidak memaksa tetapi tetap saja menjadikan sebuah ketidaknyamanan tersendiri.

Nah, pengen tahu ndak apa yang kudapatkan….

Yuk kita intip, ada apa saja di transfer hall Bandaranaike International Airport:

Patung Buddha di ruang utama.
Duty free zone.
Serendib Lounge, lounge eksekutif milik SriLankan Airlines. Tau kan makna “serendib”? ….Yups, “tempat tinggal pulau singa”.
Departure hall terlihat dari lantai atas.
Ruang tunggu dengan pemandangan apron. Spot terbaik versiku nih.

Usai mengeksplor seisi transfer hall, kuputuskan untuk menghabiskan waktu dalam menikmati aktivitas loading-unloading SriLankan Airlines dari ruang tunggu sembari mengisi ulang daya baterai segenap peralatan elektronik yang kubawa demi bersiap-siap mengeksplore Dubai esok paginya.

Beruntung aku masih memiliki bekal beberapa potong jajanan khas India yang kuperoleh dari menukarkan semua uang koin tersisaku di sebuah kedai makanan di Kochi sebelum aku menuju Colombo.

Kisah Selanjutnya—->