Air Arabia G9 105 dari Sharjah (SHJ) ke Bahrain (BAH)

<—-Kisah Sebelumnya

Demi melawan rasa haus yang tak tertahankan, aku memejamkan mata pada bangku tengah di waiting room Gate 20. Dan tanpa kuduga aku bisa terlelap selama hampir dua jam dalam posisi terduduk sambil memeluk backpack.

Aku terbangun dengan sendirinya di saat waiting room benar-benar penuh oleh penumpang. Mataku perlahan terbuka dan bibirku benar-benar kering saking hausnya.

Beruntung jeda waktu antara bangun dan pengumuman boarding tidaklah lama. Langit-langit bandara pun dipenuhi pengumuman tersebut dalam sekejap. Aku pun berdiri dan bersiap untuk memasuki kabin pesawat.

Melalui  aerobridge aku melangkah gontai, berjejal dengan segenap penumpang dalam antrian panjang. Tak berapa lama, aku tiba di pintu depan kabin. Setelah memastikan ke pramugari yang berdiri di pintu bahwa aku telah memasuki pesawat yang tepat, maka aku pun mulai mencari tempat duduk.

Tetapi begitu tiba di pertengahan kabin, seorang India menunjuk ke arah kamera yang kukalungkan di leher.

Where is your lens cap?”, dia menunjuk ke kameraku

“What…….”, aku melihat ke arah Canon EOS M10 ku

You wright….It loss”, aku berbalik bada dan menyapukan pandangan ke arah belakang

“Oh thank you, Ms….”, aku menarik nafas lega ketika seorang pramugari menghampiriku sembari mengulurkan tangannya yang membawa penutup lensa kameraku yang jatuh.

“Be careful, brother”, Pria muda India itu tersenyum kepadaku.

Sure, thank you….”, aku membalas senyumnya

Dengan cepat aku menemukan bangku, aku segera menyimpan backpack di bagasi atas dan segera membawa folding bagku untuk duduk di bangku bernomor 8D yang merupakan aisle seat di bagian depan.

Tetapi sungguh beruntung bahwa kedua bangku di sebelah kananku kosong sehingga aku bisa berpindah duduk di window seat. Aku pun bersiap untuk melakukan penerbangan menuju Manama-Bahrain.

Penumpang telah siap di bangkunya masing-masing, taxiing menuju runway pun dilakukan, usai meminta izin kepada ATC, pesawat pun melaju di atas runway dan akhirnya airborne di ujung landasan.

Bersiap meninggalkan Sharjah International Airport di Uni Emirat Arab.
Air Arabia, LCC milik Uni Emirat Arab.
Bersiap taxiing.
Terbang di atas Teluk Persia.
Manama tampak dari ketinggian.
Runway Bahrain International Airport.
Suasana apron Bahrain International Airport.

Karena Muscat International Airport terletak di tepian Teluk Persia, maka pemandangan utama pertama yang kulihat adalah birunya perairan lautan Persia. Aku yang terduduk tepat di sisi mesin sebelah kanan Airbus A320 begitu menikmati penerbangan menembus langit yang biru nan cerah.

Penerbangan selama lima puluh menit itu berlangsung mulus tanpa turbulensi. Sebagian besar porsi waktu penerbangan, aku gunakan untuk membaca inflight magazine Nawras. Air Arabia G9 105 sendiri merupakan penerbangan berbiaya rendah sejauh 500 kilometer dengan kecepatan 600 km/jam.

Penerbangan yang nyaman membuat waktu penerbangan yang kutempuh serasa pendek. Setelah mengudara selama empat puluh lima menit, pesawat mulai merendah. Garis pantai mulai tampak dari ketinggian. Hamparan pesisir berwarna kecoklatan dipadu dengan gedung-gedung pencakar langit di sisi jauh jalur penerbangan menjadi penghias sempurna pada beberapa waktu sebelum mendarat. Salah satu pencakar langit yang paling kukenal adalah The World Trade Center yang memiliki bentuk bak piramida terbelah. Gedung itu tampak jelas dari ketinggian. Membuatku tak sabar untuk segera menujunya setelah mendarat.

Ketidaksabaranku untuk segera tiba di Bahrain akhirnya usai. Air Arabia G9 105 akhirnya mendarat dengan sempurna.

Selamat Datang Manama…..Selamar Datang Bahrain.

Alternatif untuk mencari tiket pesawat dari Sharjah ke Bahrain bisa dicari di 12Go atau link berikut: https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Selanjutnya—->

Transit di Sharjah International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Posisi duduk yang berada di bangku tengah, membuatku hanya mampu sesekali mengintip kondisi di luar pesawat melalui jendelanya dari kejauhan. Begitu juga ketika Air Arabia G9 115 perlahan merendah dan bersiap mendarat di Sharjah International Airport.

Panorama daratan dengan warna dominan coklat khas padang pasir menjadi latar yang bisa kunikmati ketika pesawat hampir menyentuh bandara.

Sekitar pukul sebelas pagi, roda-roda raksasa Air Arabia G9 115 menyentuh landas pacu Sharjah International Airport, sebuah bandara yang terletak di utara Kota Dubai.

Usai melakukan taxiing sejenak, pesawat berlogo burung camar itu pun merapat di apron Terminal 2 Sharjah International Airport. Beberapa saat kemudian, awak kabin mempersilahkan segenap penumpang untuk meninggalkan kabin melalui aerobridge demi menuju bangunan bandara.

Aku pun bergegas keluar karena sudah tak sabar lagi untuk mengeksplorasi lebih dalam Sharjah International Airport.

Sampai di ujung aerobridge, aku disambut dengan keramaian penumpang yang luar biasa. Wajah-wajah Timur Tengah dan Asia Selatan tampak mendominasi di segenap ruangan.

Di sisi lain, rupa interior di arrival hall menjadi penampakan yang tak begitu istimewa menurut sudut pandangku.

Mengingat penerbanganku menu Manama akan berlangsung pada pukul tiga sore, maka secara otomatis aku harus berdiam diri di Sharjah International Airport selama empat jam lamanya. Maka tanpa pikir panjang, aku bergegas menuju transfer hall untuk menunggu penerbangan berikutnya.

Selama berada di transfer hall siang itu, hanya satu yang menjadi masalah bagiku, aku mengalami rasa haus yang teramat sangat. Aku pun berkonsentrasi untuk mencari keberadaan free water station untuk mendapatkan air minum. Maklum, siang itu aku hanya memegang mata uang Dolar Amerika, rasanya terlalu tanggung untuk menukarkan Dolar hanya untuk membeli sebotol air mineral.

Tetapi sungguh sial, aku sama sekali tak menemukan satupun free water station di seluruh penjuru transfer hall bandara. Berada di bawah naungan ketidak beruntungan, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu saja di gate.

Menurut boarding pass yang kudapatkan dari Muscat International Aiiport, maka aku diarahkan untuk mencari Gate 20, gerbang dimana Air Arabia G9 105 yang nantinya kunaiki akan diterbangkan.

Aku memang berinisiatif untuk melupakan rasa haus dan memilih untuk menuju gate lebih cepat karena di beberapa gate yang kulewati, antrian penumpang begitu padat dan panjang. Aku hanya menduga bahwa karena Sharjah International Airport adalah main-hub dari penerbangan berbiaya murah Air Arabia, maka banyak sekali penumpang yang singgah di bandara tersebut.

Sharjah International Airport sepertinya menjadi Low Cost Carrier Terminal milik Uni Emirat Arab”, aku bergumam sembari melangkah menuju Gate 20.

Tampilan Sharjah Inernational Airport.
Transfer Hall.
Antrian panjang menuju Gate 20.
Usai melewati screening gate.
Air Arabia G9 105 dari waiting room Gate 20.

Benar adanya….

Aku mendapati Gate 20 yang telah tertutup antrian panjang. Aku pun terpaksa mengantri di bagian belakang yang jaraknya telah jauh dari gerbang pelepasan.

Mengantri dengan penuh kesabaran, pada akhirnya aku berhasil memasuki screening gate dua puluh lima menit kemudian.

Kemudian aku memutuskan untuk duduk di salah satu bangku waiting room Gate 20 demi menunggu Air Arabia G9 105 tiba.

Kisah Selanjutnya—->

Air Arabaia G9 115 dari Muscat (MCT) ke Sharjah (SHJ)

<—-Kisah Sebelumnya

Aku terduduk di salah satu bangku berwarna hijau di waiting room Gate C3 Muscat International Airport. Aku menunggu kedatangan Air Arabia G9 115 yang rencananya akan mengantarkanku untuk transit di Sharjah sebelum sampai di tujuan akhir Manama, Bahrain.

Aku cukup sabar dan tenang ketika menunggu kedatangan pesawat tersebut. Aku menjadi penumpang pertama yang tiba di waiting room tersebut berusaha untuk khusyu’ mengamati pemandangan sepanjang apron. Hilir mudik pesawat mampu membuatku mengindahkan rasa bosan. Untuk beberapa saat aku tak menyadari bahwa seiring waktu berjalan, waiting room itu mulai didatangi calon penumpang.

Aku beranjak dari dinding kaca, dan mengambil duduk di depan gate, bersiap diri untuk melakukan boarding.

Tepat jam sepuluh pagi….

Pengumuman memenuhi langit-langit bandara, penerbangan Air Arabia G9 115 memulai proses boardingnya. Aku yang bersemangat, terkesiap dan berdiri di antrian paling depan. Tak lama kemudian, ground staff wanita yang ada di depanku melempar senyum manis dan mengangguk, pertanda bahwa aku dipersilahkan melewati gate. Aku menunjukkan boarding pass dan paspor secara bersamaan, dan dia mengarahkanku menuju aerobridge demi memasuki kabin pesawat.

Di tengah jalur aerobridge itulah, untuk pertama kalinya aku bisa melihat penampakan bangunan bandara, gagah dan berwibawa, itulah kesan pertama yang mengendap dalam pikiranku. Bangunan bandara itu tampak solid dan kokoh dengan gradasi dua warna, hitam di bagian atas dan putih di bagian bawah.

Memasuki pesawat, aku disambut oleh pramugara di tengah kabin. Sebut saja namanya Mustafa, air crew yang berperawakan tinggi.

Nice backpack”, dia tersenyum sembari menunjuk ke backpack yang aku panggul.

I had travelled with it in 30 countries”, aku bergumam pelan sambil menatapnya.

“What?”…..”Thirty”……”Cool”, dia terperangah.

Yeaaa”, aku semakin melebarkan senyum.

Waiting room Gate C3, Muscat International Airport.
Air Arabia G9 115 sudah menunggu di apron.
Melintasi aerobridge saat boarding.
Bentuk Muscat International Airport tampak dari aerobridge.
Kabin Air Arabia G9 115.

Usai memasukkan backpack di bagasi atas, aku segera duduk di bangku bernomor 20E, posisi bangku yang tak menjadi idaman buatku karena keterbatasanku untuk mengeksplorasi suasana di luar pesawat saat penerbangan berlangsung.

Air Arabia sendiri menjadi maskapai ke-26 dari 29 jenis maskapai yang pernah kunaiki. Sedangkan Air Arabia sendiri termasuk ke dalam golongan Low Cost Carrier (LCC) yang berbasis di Sharjah, Uni Emirat Arab. Menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku karena telah diberikan kesempatan untuk menikmati LCC berwarna putih denga kelir merah tersebut.

Air Arabia G9 115 yang kunaiki merupakan penerbangan berdurasi 40 menit dengan jarak tempuh 390 km. Menggunakan pesawat berjenis Airbus A320, penerbangan ini memiliki inflight magazine bertajuk “Nawras”. Dari majalah itu aku mengetahui bahwa Air Arabia memiliki 170 rute penerbangan yang melintas di 50 negara.

Penerbangan pagi itu berlangsung mulus tanpa turbulensi dan aku tiba di Terminal 2 Sharjah International Airport menjelang tengah hari.

Aku pun tak sabar untuk segera menapaki Sharjah International Airport.

Terimakasih Air Arabia.

Alternatif untuk mencari tiket pesawat dari Muscat ke Sharjah bisa dicari di 12Go atau link berikut: https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Selanjutnya—->