Berburu Sewa Kereta Jaladara hingga Taman Balekambang

<—-Kisah Sebelumnya

Menaiki kereta peninggalan Belanda adalah salah agenda penting dalam Marketing Conference pada bulan Oktober nanti. Oleh karenanya, hari pertama surveyku ke Solo menempatkan Kereta Wisata Jaladara sebagai prioritas pertama. Dan pihak yang bisa dikulik informasinya perihal penyewaan kereta wisata ini adalah Dinas Perhubungan Kota Solo.

Maka setelah menikmati sendok terakhir Es Dawet Telasih, aku meninggalkan Pasar Gede menuju Jalan Menteri Supeno. Tujuanku adalah menemui petugas yang mengurusi perizinan sewa Kereta Wisata Jaladara dan menanyakan perihal mekanisme dan biayanya.

Kantor Dinas Perhubungan Kota Solo.

Tak lama menunggu, taksi online menjemputku dan mengantarku kesana. Tak jauh, hanya berjarak empat kilometer di sebelah barat Pasar Gede, dalam 15 menit aku tiba. Saat tiba di Dinas Perhubungan Kota Solo suasana sudah sangat ramai, mungkin sejak pagi tadi, kendaraan angkut sudah mengantri untuk melakukan KIR kendaraan. Hanya itulah surat sakti kendaraan angkut untuk berburu Rupiah di tanah air.

Aku diarahkan oleh satpam yang bertugas menuju sebuah bangunan kecil yang difungsikan sebagai kantor untuk menemui Pak Sandi yang merupakan petugas Jaladara. Hanya saja Pak Sandi ternyata sedang ada rapat antar instansi dan tidak berada di tempat. Akhirnya aku hanya mendapatkan sedikit penjelasan perihal Kereta Wisata Jaladara dari petugas yang berjaga. Informasi itu diantaranya adalah harga sewanya Rp. 3.500.000 per 3 jam, jika ingin menambahkan tour guide, kesenian musik dan kuliner pasar di dalam kereta maka perlu menambah dana sekitar Rp. 2.100.000. Dan informasi terakhir adalah Dinas Perhubungan juga menawarkanku jasa Bus Tingkat Werkudara yang bisa digunakan untuk berkeliling wisata kota Solo.

Menyimpan informasi dan sembari menunggu petugas itu, aku memutuskan berkunjung ke sebuah taman kota di dekat kantor Dinas Perhubungan Kota Solo, hanya berjarak 600 meter, jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Taman kota itu adalah Taman Balekambang, sebuah taman kesenian terpadu seluas 10 Ha dan terletak di daerah Manahan. Taman Balekambang merupakan salah satu venue untuk pemetasan seni di Kota Solo, selain itu taman ini juga berfungsi sebagai taman edukasi, taman botani dan taman rekreasi. Setiap bulan sering diadakan pementasan seni di kawasan ini. Sendratari dan Ketoprak adalah pertunjukan yang sering di gelar disana.

Gerbang Taman Balekambang.
Area utama Taman Balekambang.
Informasi tentang pertunjukan seni yang akan tampil.
Ruang Laktasi untuk pengunjung.

Aroma seni taman ini mulai terasa ketika memasuki gerbang, Pintu gerbang yang tinggi dengan eksterior ukiran berkonsep gunungan begitu sarat seni. Sementara beberapa papan tulis bertuliskan jadwal pementasan seni di Bale Kambang terpampang di sekitar taman. Memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi.

Sementara deretan shipping container di letakkan di salah satu sisi taman dan berfungsi untuk fasilitas pengunjung seperti Ruang Laktasi dan Ruang Medis. Menjadikan taman ini begitu manusiawi untuk menjadi sebuah tempat pertunjukan seni seutuhnya.

Jika diklasifikasikan, bagian timur taman difungsikan sebagai tempat aktivitas outbond dan pembibitan tanaman.Sementara di pusat taman diletakkan gedung kesenian dan taman utama dengan open stage untuk pertunjukan di ruang terbuka. Sementara bagian barat didominasi oleh keberadaan danau dan kolam renang untuk dinikmati oleh para pengunjung.

Pagi itu, tidak banyak yang bisa kulakukan di taman itu karena memang sedang tidak ada acara kesenian sama sekali. Jadi setelah puas berkeliling maka kuputuskan untuk kembali segera ke Dinas Perhubungan untuk menemui Pak Sandi yang mungkin saja sudah kembali dari rapat.

Kisah Selanjutnya—->

Hunting for Jaladara Train and Balekambang Park

<—-Previous Story

Riding a Dutch heritage train was an important agenda item in Marketing Conference in next October. Therefore, on the first day of my survey to Solo, Jaladara Tourist Train was the first priority. And a board which could be informed about this tourist train was Solo City Transportation Board.

So after enjoying the last spoon of Dawet Telasih Ice, I left Gede Hardjonagoro Traditional market to Menteri Supeno Street. My goal was to meet an officer who was in charge of Jaladara Tourist Train rental license and asked about its mechanism and costs.

Office of Solo City Transportation Board.

Not long waiting, an online taxi picked me up and drove me there. Not far, only four kilometers at west of Gede Hardjonagoro Traditional Market, in 15 minutes I arrived. When arriving at Solo City Transportation Board which its atmosphere was very busy, maybe since this morning, many vehicles have been queuing to do KIR test. That was the only magic certificate for a transport vehicle to hunting Rupiah in my country.

I was directed by a security guard on duty to a small building which was functioned as an office to meet Mr. Sandi who was a Jaladara officer. But Mr. Sandi was having a meeting and wasn’t there. Finally, I only got a little explanation about Jaladara Tourist Train from an officers on duty. The information included rental price of IDR 3,500,000 per 3 hours, if you wanted to add a tour guide, music and market culinary on the train, you needed to add around IDR 2,100,000. And the latest information was that Solo City Transportation Board also offered me a Werkudara double decker bus service which could be used to Solo City tours.

Storing that information and while waiting for Mr. Sandi, I decided to visit a city park near Solo City Transportation Board office, only 600 meters away, so it can be reached by walking. The city park was Balekambang Park, an integrated art park covering an area of 10 hectares and was located in Manahan area. Balekambang Park was one of art performing venues in Solo, besides that, this park also had functions as an educational park, botanical garden and recreation park. Every month, there are art performances in this area. Sendratari*1 and Ketoprak*2 are performances which are often held there.

Gate of Balekambang Park.
Main area of Balekambang Park.
Information of next performing art.
Lactation Room for visitors.

The art scent of this garden was felt when I entered its gate. A high gate with a carved exterior with a mountain concept was very cool. Meanwhile, several blackboards bearing schedule for performing arts at Bale Kambang were plastered around the park. Made visitors easy for get an information.

Meanwhile, a row of shipping containers were placed on one side of park and have functions for visitor facilities such as Lactation Room and Medical Room. Making this park so human to become a place for performing arts in its entirety.

If it was classified, the eastern part of park had functions as a place for outbound activities and plant nurseries, while in center of park was an art building and a main garden with an open stage for outdoor performances. Meanwhile, the western part was dominated by lake and swimming pool for visitors to enjoy.

That morning, there wasn’t much I could do in the park because there was really no art event at all. So after I was satisfied walking around, I decided to return immediately to Solo City Transportation Board to meet Mr. Sandi, who might have returned from his meeting.

Notes:

*1=Sendratari is art, drama and dance, drama or story presented in a dance form without dialogue, usually accompanied by music (gamelan).

*2=Ketoprak is a traditional drama art originating from Central Java.

Next Story—->