Muttrah Corniche: Promenade yang Cantik nan Mempesona

<—-Kisah Sebelumnya

Semakin matahari mendekati titik puncaknya, maka ketenanganku dalam menjelajah Muscat pun mendapatkan titik tertingginya. Demikian adanya setelah aku duduk tenang dan menikmati hamparan biru Teluk Oman dari ujuang Riyam Park yang berada di sebuah puncak bukit.

Pada tingkat kepercayaan diri tertinggi tersebut, kuputuskan untuk segera menuruni bukit dan meninggalkan taman….Aku melanjutkan petualangan, semakin jauh ke barat tentunya.

Langkahku kini tepat berada di pusar Muttrah Corniche.

Mutrah Corniche sendiri adalah jalur pejalan kaki (promenade) yang membentang sepanjang tiga kilometer di tepi selatan Teluk Oman. Promenade ini dibatasi oleh Muttrah Fish Market di ujung baratnya dan Kalboos Park di sisi timurnya. Di sepanjang jalur tepi pantai ini diletakkan resoran, cafe, pertokoan, hotel, pasar-pasar tradisional berusia tua dan situs-situs peninggalan sejarah lainnya.

Aku mengunjungi Muttrah Corniche pada siang hari, padahal keanggunan Muttrah Corniche biasanya akan terekspose di malam hari dengan pendaran multi-cahaya yang mempesona.

Berjalan dan menikmati promenade yang bersih dan cantik mampu melupakan diriku akan keberadaan matahari yang dengan konsisten menyengat area Muttrah. Itu karena aku terlanjur jatuh hati pada panorama yang ada di hadapan. Pemandangan lautan dan pegunungan berkolaborasi dalam menjadikan Muttrah Corniche sebagai promenade yang cantik nan mempesona.

Pengalaman termegah yang aku temui pertama kali di Muttrah Corniche adalah ketika menatap megahnya Costa Diadema, sebuah kapal pesiar asal Genoa yang mampu mengangkut lima ribu wisatawan. Kapal wisata seharga 11 Triliun Rupiah itu mengapung megah di salah satu sisi Passenger Cruise Terminal milik Sultan Qaboos Port. Sepengamatanku, kapal itu memiliki tiga belas lantai, tinggi menjulang bak gedung bertingkat.

Sedangkan di sepanjang area corniche, diletakkan papan-papan informasi yang menampilkan kekayaan budaya Kesultanan Oman.

Pada salah satu sisi aku menemukan informasi tentang “Baat Ancient Cemeteries”, sebuah pemakaman kuno di Oman . Diinformasikan bahwa pemakaman itu adalah kekayaan Nekropolis milik Oman yang berasal dari millennium ke-3 Sebelum Masehi. Nekroplolis mengacu pada sebuah tugu yang Bersatu dengan pemakaman dimana jasad manusia yang dimakamkan diletakkan di atas tanah.

Sementara papan informasi lain menampilkan tentang foto kekayaan fashion Oman. Adalah Dishdasha yang dikenakan oleh seorang pemuda yang tampak gagah memegang rifle dengan latar belakang pintu berukir khas Oman.

Satu karya seni terakhir yang bisa kutemukan di sepanjang corniche adalah sculpture ikonik berwujud sepasang gold fish yang menghiasi area promenade.

Sepeda kebo milik sapa tuh?…..Wkwkwk.
Kapal pesiar Costa Diadema tampak dari kejauhan.
Suasana asri Muttrah Corniche.
Lautan Teluk Oman berpadu dengan Al Hajar Mountain.
Bagaimana caranya supaya bisa ke benteng kuno di atas bukit itu?

Sedangkah tepat di pertengahan corniche, di sisi selatan Al Bahri Road membentang tinggi Al Hajar Mountain yang dipuncaknya terbangun sempurna sebuah benteng pertahanan masa lalu Kesultanan Oman, yaitu Muttrah Fort.

Aku lama tertegun memandangi benteng itu dengan mendudukkan diri di sebuah bangku beton di salah satu sisi corniche, mencoba mencari cara untuk mengunjungi benteng yang berada di salah satu puncak bukit itu….

Ya….Aku penasaran dan aku harus bisa naik ke benteng megah itu bagaimanapun caranya.

Kisah Selanjutnya—->

Riyam Park….”Biar Kunikmati Sejenak Taman Ini”

<—-Kisah Sebelumnya

Hampir satu jam lamanya waktu telah berlalu, aku memutuskan untuk segera mengusaikan diri dalam bermain air laut di tepian pantai yang lokasinya berada tepat di teras depan Kalboos Park.

Mengenakan kembali sepatu yang kutinggalkan pada tempat kering di salah satu sisi pantai, aku bersay hello kepada keluarga kecil asal Roma yang sedari tadi menemani diriku di pinggiran pantai.

Langkah eksplorasiku berlanjut semakin jauh menuju barat. Kali ini aku tak mengambil sisi selatan Al Bahri Road, melainkan melangkah di sepanjang corniche. Maklum, kali ini jalan utama di area Mutrah itu tepat bersisian dengan pantai. Hanya saja pantai di sepanjang Teluk Oman itu telah mengalami reklamasi, “Mungkin untuk menghindari abrasi jalanan utama”, aku menebak-nebak saja. Tampak tetrapod disebar di sepanjang pantai untuk menghindari sruktur jalanan dari hantaman keras ombak pantai.

Mataku terus menatap satu obyek yang sedari kunjungan di Kalboos Park pada beberapa waktu lalu telah merenggut perhatianku. Tak lain lagi, obyek itu adalah Riyam Censer yang gagah berdiri di puncak bukit berbatu.

Riyam Censer sendiri adalah struktur bangunan yang digunakan sebagai tempat pembakaran sehingga akan menimbulkan efek cahaya yang indah di malam hari. Riyam Censer ini sengaja dibangun sang Sultan untuk memperingati Hari Nasional ke-20 Negara Oman.

Satu kilometer jauhnya aku terengah hingga akhirnya bisa berdiri tepat di bawahnya. Bangunan pembentuk cahaya saat malam itu sempurna berbentuk layaknya cawan, berbahankan marmer putih susu, di bagian atas cawan ditutup dengan sebuah bentukan mahkota dengan ukiran-ukiran indah di permukaannya.

Lama aku tertegun melihat rupa arsitekur itu pada jarak tak lebih dari lima puluh meter. Karena memang tempat itu tak terbuka untuk umum.

Tentu itu tak mengecewakanku, karena di belakang tempatku berdiri tersuguhkan sebuah luasan taman yang cukup indah dengan pemandangan laut lepas di salah satu sisinya.

Memiliki luasan tak kurang dari sepuluh hektar menjadikan taman ini sebagai ruang terbuka hijau terbesar di area Mutrah. Jika Kalboos Park berada di hamparan kaki perbukitan yang dibatasi perairan pantai, maka Riyam Park berada di puncak perbukitan yang tepiannya berwujud tebing yang berbatasan langsung dengan jalanan utama di kawasan Mutrah, Al Bahri Road.

Bahkan taman ini pada masa dahulu pernah tersohor sebagai jalur pendakian antara dua area utama, yaitu Mutrah dan Muscat. Karena letaknya yang berada di ketinggian maka Riyam Park bisa dikatakan sebagai salah satu tempat terbaik untuk melihat area Mutrah dari ketinggian, juga menjadi titik paling tepat untuk menikmati sunset.

Taman yang landmarknyaberwujud Riyam Censer ini memiliki fauna utama penghuni yang berupa sekawanan burung gagak.

Riyam Censer.
Gazebonya aja segede gituh….
Sudah berlokasi di puncak bukit….Tapi masih berada di bawah bukit yang lain….keren ya?
Playground zone.
Kontur taman yang bertingkat-tingkat….Mengagumkan.
Duduk di sini damai banget rasanya….

Lalu apa pentingnya taman ini dalam sejarah perjalanan Kesultanan Oman?

Ternyata taman ini pernah menjadi tempat bagi sejarah ditandatanganinya perjanjian damai antara Kesultanan Oman dan Portugis pada pertengahan Abad ke-17.

Taman ini sepertinya sengaja diciptakan untuk bisa dikunjung oleh penduduk segala umur. Tampak di salah satu sisi tersedia playground zone yang bisa membuat anak-anak senang berkunjung ke Riyam Park. Restoran dan coffee shop milik Maher Enterprises tampak berdiri di sisi yang lain.

Sementara di banyak hamparan rumput, sprinkler bertugas otomatis dalam menyirami setiap jengkal taman. Sebuah kolam buatan pun tampak semakin mempercantik taman. Dan karena berada di puncak perbukitan, taman ini terkesan menjadi taman bertingkat karena ketinggian permukaan tanah yang berbeda-beda.

Untuk sejenak aku bisa duduk dan menikmati keindahan pantai dari ketinggian bersama dengan beberapa warga lokal yang sudah tiba.

Biarkan aku sejenak menikmati taman ini ya, gaes…..

Kisah Selanjutnya—->