Taksi dari Ahmad Yani International Airport ke Pusat Kota

<—-Kisah Sebelumnya

Perdebatan pilihan itu selesai dengan cepat oleh otoritasku sendiri. “Tak usah taat dalam seni backpacker, Donny. Ini tugas kantor, manfaatkan saja fasilitasnya, naiklah taksi!”, batinku tegas mengalahkan beberapa opsi bodoh yang kadang sporadis muncul dalam sikap dan pilihan.

Dasar, si anak pengiritan”, candaan para kolega kepadaku, begitulah brand yang tersemat. Bagaimana tidak, setiap keluar bandara aku selalu berfikir otomatis bahwa biaya naik bus itu cuma seperempat biaya naik taksi. Jadi aku selalu rela berlama-lama menunggu kedatangan kotak raksasa beroda empat atau enam itu.

Konter Taxi Service di Ahmad Yani International Airport.

Sudah lewat Maghrib….

Telepon terus berdering dari kolegaku yang sedang melakukan sesi rehearsel training di kawasan Bukit Semarang Baru (BSB). Tanpa ragu aku mengangkat smartphone, ternyata dia hanya ingin mengabarkan bahwa aku lebih baik langsung menuju penginapan saja, karena rehearsel akan paripurna dalam lima belas menit lagi.

Lima menit mengantri untuk mendapatkan tiket taxi service seharga Rp. 50.000, aku segera di arahkan menuju sebuah taksi. Seorang pengemudi paruh baya nan sederhana berlari kecil menjemputku. “Assalamu’alaikum, mas. Mandap pundi?”, tanyanya penuh senyum sembari membantu mengangkat kardus di pundak kiri dan dua buah roll up banner ditentengnya di tangan kanan.

Jasa taksi bandara ini dikelola oleh Primkopad (Primer Koperasi Taksi Angkatan Darat) S-16.

Seperti biasa, backpack kesayanganku tetap tak pernah lepas dariku, bersamaku masuk dari pintu depan. Kubaca papan ID Card yang tertempel di dashboard.

Pak Ari, asli mriki pak?”, aku membuka pembicaraan sembari memasang safety belt untuk kemudian meluncur bersama ke hotel.

Wah mboten mas, aku asli pekalongan. Njenengan saking pundi niki wau?”, jawabnya sembari pelan menginjak pedal gas keluar dari area bandara.

Saking Ibu kota pak. Sampun dangu nyambut damel wonten Semarang pak, pripun rame nggih? “, dialog mengalir lancar menghangatkan suasana.

Nembe tigang tahun mas Donny. Sakderengipun, wonten Jakarta, gandeng anak sampun sami mentas, nggih pun, pindah nyambut damel mriki mawon. Caket ngomah”, ucapnya sambil terus ceria mengendalikan taksi putih meninggalkan daerah Tambakharjo.

Tugas kantor nopo pripun niki mas Donny? “, tanyanya menyidik.

Nggih pak, manawi mboten tugas kantor biasanipun pados bus pak. Bandara niki wonten bus ten pusat kuto pak? “, tanyaku mencari referensi.

Oh wonten mas Donny. Wonten BRT (Bus Rapid Transit) Trans Semarang. Mirah kok mas, namung Rp. 3.500, mas”, ungkapnya menjelaskan.

Aku dan Pak Ari.
Jalan Puri Anjasmoro pukul 17:24 WIB.

Lama sekali aku tak merasakan nikmatnya menggunakan jasa taksi bandara. Sehingga waktu 20 menit itu kumanfaatkan sungguh untuk menikmati business trip kali ini….Terimakasih ya kantorku tercinta atas kesempatan ini.

Perlahan taksi berbelok ke kanan, mulai merapat ke Jalan Arteri Yos Sudarso, menuju ke selatan. Aku berpindah dari jalan berpembatas beton yang Nampak masih baru , menuju ke jalan dua jalur di masing-masing ruas, berpembatas setinggi trotoar dan pepohonan rindang di setiap sisi kiri ruasnya.

Dalam dua puluh menit, dengan jarak tempuh enam kilometer aku tiba di The Azana Hotel Airport. Selembar alat tukar bergambar Soekarno dan Hatta kuserahkan kepada pak Ari. Sengaja kulebihkan ongkos perjalanan dan berbagi rezeqi kepadananya….Sadar diri, kalau sedang backpackeran, aku jarang melebihkan ongkos….Hahahaha.

Aku akan menginap dua malam di hotel ini.

Mari kita lihat dalam empat hari kedepan, Semarang punya apa saja….

Kisah Selanjutnya—->

Taxi from Ahmad Yani International Airport to Downtown

The debate of choice was quickly over by my own authority. “Don’t be obedient to backpacker art, Donny. This is an business trip, just take facility advantage, take a taxi! ”, I firmly thought to defeated some stupid options which sometimes sporadically appeared in my attitudes and choices.

Oh, thrifty man“, my colleagues joked, that’s brand which is embedded to me. How come?. Every time I leave the airport, I always automatically think that taking a bus was only a quarter of taxi cost. So I always linger waiting for catch bus to downtown.

Taxi Service Counter at Ahmad Yani International Airport.

Almost Maghrib time….

My phone kept ringing from my colleague who was doing a training rehearsel session in Bukit Semarang Baru (BSB) area. Without hesitation I picked up my smartphone, it turned out that he just wanted to tell me that I better directly go to hotel, because the rehearsel would be complete in fifteen minutes.

Five minutes in queueing to got a taxi service ticket for USD 3.7, I was immediately directed to a taxi. A simple middle-aged driver jogged to pick me up. “Assalamu’alaikum. Where are you going, sir? ”he asked with smile and then brought my cardboard box on his left shoulder and carried two roll up banners in his right hand.

This airport taxi service is managed by Primkopad (Primer Koperasi Taksi Angkatan Darat) S-16.

As usual, my beloved backpack still never leaves me, with me it was entering from front door. I read ID Card board which was pasted on the dashboard.

Do you a resident here , Sir Ari?“, I opened conversation while putting on safety belt and then skied together to hotel.

Oh no sir, I am from Pekalongan City. Where were you come from, sir? ”He replied as he slowly stepped on pedal out of airport area.

I’m from the capital, Sir. How long have you been working in Semarang? Is Semarang a busy city?“, dialogue smoothly flowed to warm the situation.

It was only been three years, Mr. Donny. Previously I worked in Jakarta, because of my son had graduated from school, so I moved to Semarang to be close to home”, he cheerfully said controlling his white taxi leaving Tambakharjo area.

Office assignment, Sir Donny?“, He asked like investigating….Hahaha.

Yes, if it’s not an office assignment, I usually take airport bus, Sir. Does this airport have airport bus service to downtown, Sir? “, I asked for looking for a reference.

Yes, there is Trans Semarang BRT (Bus Rapid Transit). It’s cheap, only USD 0.3 for one way, Sir”, He explained.

Me and Mr. Ari.
Puri Anjasmoro Street on 17:24 hours.

It had been a long time, I didn’t use an airport taxi service. So that I really enjoy 20 minutes to enjoy it….Thank you to my beloved office for this opportunity.

Slowly, taxi turned right, starting to passed at Yos Sudarso Street, heading south. I moved from new construsction road with concrete barrier to two-lane road on each section, is bordered as high as its sidewalk and many shady trees on each left side.

In twenty minutes, with a distance of six kilometers, I arrived at The Azana Hotel Airport. I handed over USD 7.5 to Mr. Ari. I purposely gave more this trip cost and shared kindness to him….Self-conscious, when I’m backpacking, I rarely gave more for trip cost….Hahahaha.

I would stay for two nights at this hotel.

Let’s see in the next four days, What did Semarang have?