Air Asia AK 823 dari Phuket ke Kuala Lumpur

<—-Kisah Sebelumnya

Rute penerbangan Air Asia AK 823 (sumber: flightaware).

Waktu satu setengah jam aku manfaatkan dengan cara duduk bersantai di salah satu bangku di waiting hall sembari menikmati secangkir cold latte sehaga 89 Baht yang aku beli dari salah satu tenant kopi, Phuket International Airport. Tenant itu bernama Siam Express dengan tagline utamaya Fresh & Go dan terletak persis di depan Gate 9, tempat pelepasan pesawat yang akan kutumpangi.

Gerbang itu berebelahan dengan Gate 10 yang akan digunakan VietJet Air untuk boarding menuju Vietnam.

Kursi di waiting hall tampak penuh malam itu, susah sekali untuk mendapatkan bangku kosong. Tetapi beruntung, aku mendapatkan satu bangku kosong di sebuah koridor tersembunyi, tepat di belakang sebuah tenant souvenir.

Setelah menunggu satu setengah jam lamanya, akhirnya panggilan boarding menggema di langit-langit bangunan terminal. Aku mengambil antrian di belakang seorang pasangan muda Malaysia yang tampak mesra, bak perangko dengan amplopnya, aku sendiri akhirnya menebak bahwa mereka usai berbulan madu di Phuket.

Aku melewati bagian pemeriksaan boarding pass dengan mudah, kemudian menuruni tangga demi menuju ke sebuah koridor dimana deretan gate pelepasan di tempatkan.

Memasuki aerobridge, aku terus merangsek menuju kabin dan segera mencari keberadaan window seat bernomor 32A, aku menemukannya di bangku paling belakang tepat di depan toilet kabin.

Begitu duduk dan memasang sabuk pengaman, aku baru menyadari setelah melongok sejenak dari kaca jendela bahwa kondisi di luar bandara sedang hujan deras, setelah melongok sejenak dari kaca jendela.

Bersiap untuk boarding.
Itu dia penampakan Air Asia AK 823 (Airbus A320 twin-jet).
Boarding di kursi paling belakang.

Setengah jam lamanya proses boarding, hingga akhirnya pesawat telah bersiap untuk lepas landas. Pesawat memulai proses taxiing menuju runway ketika para awak kabin sedang memperagakan prosedur keselamatan penerbangan.

Berhenti di atas runway, sejenak pilot berkoordinasi dengan petugas ATC untuk meminta izin lepas landas. Setelah petugas ATC menyetakan siap dan aman, maka pesawat mulai menyalkan mesin jetnya, meluncur cepat di sepanjang runway untuk akhirnya berhasil airborne dengan sempurna.

Aku mulai terbang meninggalkan Phuket…..

Sejenak usai lepas landas, pelita bumi di atas Phuket tampak cantik walau tak semeriah pelita di kota-kota besar, aku menangkap sejenak beberapa gambar malam dari kota Phuket.

Pemandangan Phuket malam hari saat airborne.

Perjalanan menuju Kuala Lumpur sendiri ditempuh dalam jangka waktu satu setengah jam dengan menempuh jarak sejauh 1.200 kilometer.

Duduk di sebelah pria Malaysia yang kuduga dari dandanannya sebagai seorang pebisnis, aku memaksakan diri untuk tidur, mengingat pada malam sebelumnya aku kurang istirahat di Dormsin Hostel. Memang demikian jika aku hendak melakukan penerbangan, aku akan mengalami kesulitan tidur nyenyak karena takut tertinggal penerbangan.

Mataku sendiri akhirnya terbuka ketika pilot memberitahu kepada awak kabin bahwa pesawat bersiap untuk mendarat. Aku melongok ke jendela dan melihat pelita bumi di Kuala Lumpur tampak sangat indah dan dominan dilihat dari atas.

Sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki di Kuala Lumpur kembali”, aku membatin sumringah.

Pesawat perlahan menurunkan ketinggian dan akhirnya roda raksasanya berhasil menyentuh landas pacu dengan mulus. Aku telah tiba di Kuala Lumpur untuk sekedar transit sebelum terbang kembali menuju Jakarta di keesokan paginya.

Pemandangan malam Kuala Lumpur dari atas.
Merapat di KLIA2

Usai taxiing, pesawat merapat ke bangunan terminak Kuala Lumpur International Airport Terminal 2. Setelah pramugari membuka pintu pesawat,  aku merangsek melalui aerobridge menuju sisi dalam arrival hall demi mencari keberadaan transfer hall. Aku yang sudah hafal jalurnya, menemukan transferr hall itu dengan sangat mudah.

Malam itu, transfer hall dijaga oleh aviation security wanita. Dia hanya bertanya kepadaku hendak pergi kemana. Aku hanya menunjukkan boarding pass terusan yang kudapatkan dari Phuket International Airport beserta passport hingga dia menunjukkan pintu menuju transferr hall.

Memang malam itu aku terkesan malas untuk keluar dari konter imigrasi ketika tiba, melainkan lebih memilih untuk beristirahat saja di transfer hall mengingat di keesokan harinya aku ada agenda meeting dengan manajemen di perusahaan tempatku bekerja.

Mencari barisan Gate Q, akhirnya aku tiba di transit hall luas dan berkapet tebal. Aku yang merasa sangat haus, membeli jus apel kemasan di sebuah beverage tenant.

Aku pun segera mencari tempat tidur yang tepat untuk memejamkan mata. Aku menemukan tempat yang nyaman di bawah escalator dan aku dengan percaya diri tidur di bawah escalator tersebut hingga pagi menjelang.

Terimakasih KLIA2….Izinkan diriku untuk tidur sejenak…..

Alternatif untuk mendapatkan tiket pesawat dari Phuket ke Kuala Lumpur bisa dicari di 12Go atau link berikut: https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Selanjutnya—->

Merekayasa Berat Bagasi di Phuket International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Sekitar pukul setengah tiga sore aku sudah memasuki bangunan bandara. Sedangkan penerbanganku ke Kuala Lumpur telah terjadwal pada pukul sebelas malam. Itu artinya aku harus berada di Phuket International Airport selama 8 jam lamanya.

Aku yang baru saja tiba di bandara, langsung berinisiatif untuk mencari keberadaan Flight Information Display System (FIDS) demi memastikan status penerbangan. Aku akan melakukan penerbangan malam menggunakan Maskapai Air Asia dengan nomor penerbangan AK 823.

Beruntung, nomor penerbangan yang kucari sudah tertera di layar FIDS dan bersyukur pula karena tidak ada perubahan jadwal lagi setelah dua hari sebelumnya aku mendapat pemberitahuan lewat surel bahwa penerbangan diundur satu jam dari rencana awal.

Menurut informasi yang kudapatkan di layar FIDS bahwa proses check-in penerbanganku akan diurus di konter pada barisan D.

Tiba di International Terminal.
Check-in Desk Zone.
International Terminal, Phuket International Airport.
Area parkir sisi utara Phuket International Airport.

Langkah berikutnya yang harus aku lakukan adalah memastikan berat travel bag supaya tidak melebihi berat standar yaitu 7 kg.

Untuk itulah, aku melangkah menuju salah satu konter luggage wrapping untuk menimbang travel bag. Beruntung aku punya koin 10 Baht untuk menggunakan timbangan digital yang mereka punya.

Aku lama terdiam melihat hasil timbangan karena aku tahu akan disibukkan untuk mencari cara supaya travel bagku bisa berbobot lebih ringan lagi, karena hasil pada timbangan digital menampilkan angka 8,6 kg.

Kalau aku tak kurangi bebannya, aku akan kena denda 960.000 rupiah”, aku berpikir kecut.

Aku menepi di salah satu pojok utara bangunan terminal, duduk berpikir sembari menatap area parkir dari dinding kaca. Aku mulai membuka travel bag, lalu mulai beraksi untuk merekayasa bobotnya.

Aku mengeluarkan dan mengenakan sepatu pantofel yang berbobot lebih berat dari sepatu boots yang kukenakan, aku berencana membuang saja sepatu boots itu. Lalu aku juga membuang semua jenis kopi dan teh kemasan yang kuambil dari Renaissance Phuket Resort & Spa -tempatku menghadiri konferensi seminggu sebelumnya-, membuang sebungkus masker dan menyisakan dua lembar saja untuk perjalanan pulang, membuang wadah pomade dan memindahkan isinya pada sebuah plastik obat karena berat wadah pomade bisa mencapai 220 gram sendiri, merobek dan membuang semua dokumen yang sudah tak terpakai beserta map plastiknya, dan membuang semua faktur transaksi setelah memfotonya.

Itu hanya e-ticket pesawat, konfirmasi pemesanan hotel dan beberapa nota-nota transaksi yang bisa dilaporkan melalui foto”, aku senyam-senyum sendirian.

Aku juga berencana akan mengenakan jas, menaruh power bank dan charger laptop di kedua saku, lalu memindahkan laptop ke folding bag.

Usai mensimulasi rekayasa itu, kemudian aku kembali ke konter luggage wrapping untuk menimbang ulang travel bag. Aku tertawa pelan ketika melihat angka pada skala digital.

Enam koma tiga kilogram….Cerdas kamu, Donny”, aku membanggakan diri sendiri.

Sebelum melakukan proses check-in, aku menunaikan shalat berjama’ah di musholla bandara bersama para staff bandara. Lantas, usai shalat aku meninggalkan sepatu boots di rak sepatu.

Benar saja sesuai dugaan…..

Tak ada masalah berarti ketika aku menjalani proses check-in. Sudah pasti, aku lolos dengan mudah dari penimbangan bagasi.

Sudah pukul tujuh malam ketika aku mendapatkan boarding pass…..

Sangat mengejutkan, karena aku bertemu dengan salah satu peserta konferensi, Syam namanya. Entah apa saja yang dia lakukan selama extend. Kami tidak bisa bercakap lama karena dia tampak terburu-buru mengejar keberangkatan Singapore Airlines menuju Negeri Singa.

Pasca pertemuan singkat itu, aku memutuskan untuk mencari makan malam.

Aku menemukan Thai Street Food by Kin restaurant di sisi Selatan bangunan terminal.

Demi menghemati waktu, aku segera memesan Tom Yum Shrimp Set yang disajikan dalam dua bagian yaitu semangkuk Tom Yum Goong  dan sepiring Jasmine Rice dengan topping omlette di atasnya. Tak lupa, aku juga memesan secangkir jasmine tea untuk menghangatkan badan yang kedinginan karena pendingin ruangan bandara. Untuk semua menu yang kupesan itu, aku harus menebusnya dengan harga 374 Baht.

Thai Street Food by Kin.
Tom Yum Goong with Jasmine Rice and Omlette.
Mau langsung seperti aku?….Olah raga dunk😁.

Usai makan malam, aku segera menuju ke konter imigrasi untuk mendapatkan izin keluar dari Thailand. Menuju konter imigrasi, aku mulai iseng dengan kembali menuju musholla, mengambil sepatu boots yang awalnya akan kutinggal dan memasukkannya kembali ke dalam travel bag.

Tak akan ada pemeriksaan bobot bagasi lagi setelah konter imigrasi”, aku membatin jahat.

Waiting Hall setelah konter imigrasi.
Waiting Hall.
Tenant makanan di waiting hall.
Tenant lainnya.
Deretan tenant makanan.
Gate tempat aku akan boarding jam 11 malam.

Selanjutnya, aku melewati konter imigrasi dengan mudah untuk kemudian tiba di waiting hall dan bersiap terbang bersama Air Asia AK 823 dalam satu setengah jam ke depan.

Kisah Selanjutnya—->

Minibus Transfer dari Rassada Harbour ke Phuket International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Royal Jet Cruiser 8 merapat pelan pada salah satu dermaga Rassada Harbour di Distrik Mueang Phuket. Aku telah merampungkan pelayaran selama dua jam yang bertolak dari Ao Ton Sai Pier di Phi Phi Islands. Phi Phi Islands sendiri berjarak laut 50 Km dari Phuket.

Usai ferry bersandar sempurna, aku segera menggeret travel bag menuju bangunan pelabuhan, melangkah cepat menuju toilet, itu karena minibus menuju airport yang telah kupesan ketika hendak berlayar di Ao Ton Sai Pier telah menunggu di pelataran Rassada Harbour.

Beruntung aku telah mengetahui letak toilet karena aku telah menggunakan toilet itu tiga hari sebelum kedatanganku siang itu, yaitu ketika aku hendak berangkat menuju Phi Phi Islands.

Kemudian aku tiba di pelataran pelabuhan ketika hampir semua minibus telah dipenuhi penumpang. Kutunjukkan tiket minibus transfer kepada koordinator pemberangkatan yang ternyata adalah petugas pemeriksa tiket ketika aku hendak berangkat dari Ao Ton Sai Pier.

Follow that driver, Sir”, dia tersenyum, mungkin karena sudah mengenalku semenjak bertemu di Ao Ton Sai Pier

Okay, Sir”, aku melangkah meninggalkannya dan menuju salah satu minibus.

Yang berbaju kuning itu adalah petugas tiket ferry sekaligus koordinatoe minibus transfer.
Nah itu Abang Sopirnya yang memiliki keturunan Melayu.

Minibus itu memiliki 3 baris kursi dengan tiga penumpang di setiap barisnya. Aku sendiri duduk di baris kedua, tepat di sisi paling kiri, bersebelahan dengan seorang pelancong Eropa yang duduk bersebelahan dengan kekasih Thailandnya.

Hanya perlu lima menit menunggu semenjak aku duduk di salah satu bangku minibus hingga akhirnya pengemudi minibus menginjak gas dan memulai perjalanan.

Perlahan minibus meninggalkan Rassada Harbour, keluar dari gerbangnya dan memulai perjalanan di Tharuamai Road menuju Phuket International Airport.

Sedangkan porsi besar perjalanan minibus yang kunaiki adalah melalui Thep Krasattri Road, jalanan utama selebar 40 meter dan memiliki tiga ruas di setiap arahnya.

Perjalanan sendiri memakan waktu kurang lebih satu jam dengan menempuh jarak sekitar 40 Km. Bersyukur Thep Krasattri Road tak begitu padat siang itu sehingga aku tidak menemukan kemacetan yang berarti.

Minibus transfer seharga 200 Baht saja.
Suasana di sepanjang Thep Krasattri Road.

Pukul setengah tiga sore, minibus untuk pertama kali tiba di Phuket International Airport dengan mengantarkan beberapa penumpang di Domestik Terminal, para pelancong Eropa itu sepertinya ingin melanjutkan eksplorasi di kota-kota lain Thailand.

Do you wanna go to International Terminal, Sir?”, pengemudi minibus itu bertanya kepadaku yang ikut turun dari minibus. “This is the Domestic Terminal, just stay in the van. I will transfer you to the International Terminal”, dia menjelaskan.

Oh, Okay Sir”, aku menjawab sekenanya dan kembali memasuki minibus.

Where are you come from?”, dia kembali mengajukan pertanyaan ketika kembali menginjak pedal gas menuju International Terminal.

Indonesia, Sir….Jakarta”, Aku menjawab singkat sembari awas menatap keluar kaca minibus.

Oh, tunggu. Hanya sekejap nak sampai”, dia tetiba bercakap dalam Bahasa Melayu

Oh, Abang bisa Bahasa Melayu”, aku tertawa

Bisa, Bang, sikit”, dia tersenyum menjelaskan. “Abang kerja atau melawat?”, dia melanjutkan pertanyaan

Melawat saja, Bang”, aku sebenarnya telah paham bahwa di daerah Phi Phi Islands dan Phuket banyak terdapat warga Thailand keturunan Melayu. Oleh karenanya banyak muslim yang tinggal di kedua daerah itu.

Tak terasa, akhirnya aku tiba di International Terminal.

Drop off zone International Terminal, Phuket International Airport.
Pintu masuk International Terminal.

Aku turun dan mengucapkan terimakasih kepada pengemudi minibus. Setelah minibus itu pergi, baru aku masuk ke bangunan terminal bandara.

Saatnya terbang ke Kuala Lumpur…..

Kisah Selanjutnya—->