Peach Aviation MM6320 from Tokyo to Osaka: 15th Airline

My departure time for East Asia Tour Volume-2 was only a day away. There was still one stage of my itinerary which was still scattered and unfinished, i.e the deadlock of my transfer mechanism from Tokyo to Osaka. Three months ago, I wasted a cheap bus ticket from Tokyo to Osaka for 5,700 Yen just because I kept thinking and looking for other options. Some time later when the weekend came, the price of bus fare increased to 9,700 Yen. While the Shinkansen ticket price reached 14,000 Yen.

It mean that apart from the bus, the Shinkansen was also impossible for me to choose. The bullet train was too expensive for my pocket. Inevitably, I have to go back to rummaging through information about Japanese transportation.

I started tracking how many commercial airlines which Land of Rising Sun owned. Previously, I had booked one of their airlines to move from Kaohsiung (Taiwan) to Tokyo, that airline was Vanilla Air. But this airline in fact set a fairly expensive price for Tokyo to Osaka route, around 10,130 Yen.

From my persistence in exploring cyberspace, my mouse touch found another LCC (Low Cost Carrier) airline belonging to Japan, namely Peach Aviation. The airline’s attributes rely on a combination of orange and pink colors, forming a pale orange color known as peach. I started looking for a route. Finally I found Tokyo-Osaka route for 7,150 Yen, a slightly cheaper price than taking the bus, Shinkansen or Vanilla Air.

—-****—-

Preparing for take-off with Peach Aviation MM6320.

The incident of delay and accidentally drinking alcohol became a bad memory before I left Tokyo. However, I started to smile when my flight number was mentioned in airport announcement. I started queuing in line. I began to imagine the beauty of Osaka Castle in every second of my queue. Until I arrived, my boarding pass and passport were checked by a female ground staff who was very young.

“I’m sorry, this is not your flight. Your flight will be depart 30 minutes later”.

“Are you sure?”, I half asked.

“Yes, sir. This flight is MM320 and your flight is MM6320, almost similar”.

“Oh God, I’m sorry. This is my wrong”, I slapped my forehead while trying to hide my embarrassment.

I stepped back from the queue and sat in one of empty rows of seats that had been left by prospective passengers to enter the plane. I was still watching the queue until the last person entered the plane. Now I was back waiting….

30 minutes later…..

Unmistakably, this was my flight, I made sure flight number information on the LCD screen was correct, then I matched it with the same number in my boarding pass….Yup, this was MM6320. I immediately entered the queue. Then at the queue gate, I gave my boarding pass and passport to be checked by one of ground staff. Finally, I was allowed to enter the plane.

The cabin dominance with a peach color made the room so cheerful, slightly reducing my fatigue in struggling with delays. Every cabin crew was so quick to help passengers put their luggage into luggage compartment. Several times, a flight attendant didn’t hesitate to take off her shoes and stood into a chair edge to push some large luggage and tidy it up in luggage compartment.

After preparation, Peach Aviation MM6320 began to crawl towards runway accompanied by a demonstration of flight safety procedures by cabin crew. Moments later the flight captain asked for permission to take off. Shortly after, the Airbus A320-100 sped away from Narita International Airport from Terminal 1.

The sky in Tokyo seemed to be clear that night. I didn’t feel any turbulence during 1 hour 35 minute flight. Osaka is Japan’s third largest city, 500 km in west of Tokyo. Throughout flight, most passengers prefered to close their eyes, but I still turned on the reading light because I was interested in the abundance of tourism information which contained in Peach Aviation’s inflight magazine. I took pictures one by one of that tourist information sheets, I needed it while in Osaka. Apparently my activity was noticed by a flight attendant from behind. Even at one time she came to me.

Hunting for information on board.

“Do you still reading, Sir?” .

“Yes, Ms. I need some information from this magazine”.

“Oh ok, Sir. It doesn’t matter. I just make sure”.

She smiled and sat back in her flight attendant’s seat at back. Even after that, I made sure that throughout the flight I never turned off the reading light. On 23:53 hours, flight captain started talking into his microphone to simply announce that the plane would soon be landing at Kansai International Airport Terminal 2. All passengers rushed up, got ready and tidied up every seat. The cabin crew continued to check back and forth according to safety procedures for landing process.

I still didn’t know about actual conditions down there because I was sitting in aisle seat. I was able to feel when the plane began to lower and occasionally rocked to stabilize its position. Until finally the smooth pounding of plane’s wheels informed me that Peach Aviation had touched the runway of Kansai International Airport, in Terminal 2 to be exact.

There was no welcoming aerobridge, all passengers must descend the stairs and be picked up by Narita apron shuttle bus to the terminal building.

Arriving at Kansai International Airport Terminal 2 on midnight.

That night, I decided to spend the night at Kansai International Airport Terminal 2 and would leave for downtown on the next day.

Alternatives for airline tickets from Tokyo to Osaka can be found on 12Go or the following link: https://12go.asia/?z=3283832

Peach Aviation MM6320 dari Tokyo ke Osaka: Maskapai ke-15

<—-Kisah Sebelumnya

Waktu keberangkatanku menuju tur Asia Timur Jilid-2 tinggal sehari lagi. Masih ada satu tahapan itinerary yang masih tercecer dan belum tuntas, yaitu buntunya mekanisme perpindahanku dari Tokyo ke Osaka. Tiga bulan lalu, aku telah menyia-nyiakan tiket bus murah dari Tokyo ke Osaka seharga 5.700 Yen (Rp. 775.000) hanya karena terus berfikir dan banyak mencari pilihan lain. Beberapa waktu kemudian Saat akhir pekan tiba, harga tariff bus itu meningkat hingga 9.700 Yen (1,2 juta). Sedangkan harga tiket Shinkansen  mencapai 14.000 Yen (Rp. 1,9 Juta).                                                                                                                   

Berarti selain bus, Shinkansen juga tak mungkin kupilih. Kereta peluru itu terlalu mahal untuk ukuran kantongku. Mau tak mau, aku harus kembali mengobrak-abrik informasi tentang transportasi Jepang.

Aku mulai melacak perihal seberapa banyak maskapai komersial yang dimiliki oleh Negeri Matahari Terbit. Sebelumnya, aku sudah memesan salah satu maskapai mereka untuk berpindah dari Kaohsiung (Taiwan) ke Tokyo, maskapai itu adalah Vanilla Air. Tetapi maskapai ini nyatanya mematok harga lumayan mahal untuk rute Tokyo ke Osaka, berkisar 10.130 Yen (Rp. 1,4 juta).

Dari persistensiku menjelajah dunia maya, sentuhan mouseku menemukan satu maskapai LCC (Low Cost Carrier) lain milik Jepang, yaitu Peach Aviation. Atrbut maskapai ini mengandalkan perpaduan warna orange dan pink, membentuk warna jingga pucat atau dikenal dengan nama peach. Aku mulai mencari rute. Akhirnya aku menemukan rute Tokyo-Osaka seharga 7.150 Yen (Rp. 970.000), harga yang sedikit lebih hemat daripada menggunakan bus, Shinkansen atau Vanilla Air.

—-****—-

Bersiap take-off bersama Peach Aviation MM6320.

Insiden delay dan tenggakan alkohol secara tak sengaja memang menjadi memori tak mengenakkan sebelum aku meninggalkan Tokyo. Tetapi, aku mulai sumringah ketika nomor penerbanganku disebut dalam pengumuman bandara. Aku mulai mengantri dalam barisan. Mulai terbayang keindahan Osaka Castle dalam setiap detik antrianku. Hingga tiba, boarding pass dan pasporku diperiksa oleh ground staff wanita yang masih sangat muda dan berbadan mungil.

I’m sorry, this is not your flight. Your flight will be depart 30 minutes later”.

Are you sure?”, jawabku separuh bertanya.

Yes, Sir. This flight is MM320 and your flight is MM6320, almost similar”.

Oh God, I’m sorry. This is my wrong”, aku menepok jidat sambil berusaha menyembunyikan rasa malu.

Aku kembali mundur dari antrian dan duduk di salah satu deretan kursi kosong yang sudah ditinggalkan para calon penumpang untuk memasuki pesawat. Aku masih saja mengamati antrian itu hingga orang terakhir memasuki pesawat. Kini aku kembali menunggu….

30 menit kemudian…..

Tak salah lagi, inilah penerbanganku, aku pastikan informasi nomor penerbangan di layar LCD baik-baik, lalu kucocokkan dengan nomor yang sama di boarding pass….Yup, benar ini MM6320. Aku segera memasuki antrian. Lalu di gerbang antrian, aku memberikan bording pass dan paspor untuk diperiksa oleh salah satu ground staff. Akhirnya, aku diizinkan untuk memasuki pesawat.

Dominasi kabin dengan warna peach menjadikan ruangan itu begitu ceria, sedikit mengurangi penatku dalam berjibaku menghadapi delay. Setiap awak kabin begitu sigap membantu penumpang memasukkan barang bawaan ke kompartemen bagasi. Beberapa kali, seorang pramugari tak ragu melepas sepatunya dan menaiki kursi untuk mendorong beberapa bagasi besar dan merapikan letaknya di kompartemen bagasi.

Seusai persiapan, Peach Aviation MM6320 mulai merayap menuju runway diiringi demonstrasi prosedur keamanan penerbangan oleh awak kabin. Beberapa saat kemudian Kapten Penerbangan meminta izin untuk melakukan take-off. Tak lama setelahnya, Airbus A320-100 itu melaju sekencang-kencangnya meninggalkan Narita International Airport dari Terminal 1.

Langit Tokyo sepertinya cerah malam itu. Aku tak merasakan turbulensi apapun selama 1 jam 35 menit penerbangan. Osaka adalah kota terbesar ketiga Jepang yang berjarak 500km di sebelah barat Tokyo. Sepanjang penerbangan sebagian besar penumpang lebih memilih memejamkan mata, tetapi aku tetap saja menyalakan lampu baca karena tertarik dengan banyaknya informasi pariwisata yang tertuang dalam inflight magazine Peach Aviation. Aku memotret satu demi satu lembar informasi pariwisata yang kubutuhkan selama di Osaka nanti. Rupanya aktivitasku itu diperhatikan oleh seorang pramugari dari belakang. Bahkan pada suatu waktu dia datang menghampiriku.

Berburu informasi di dalam pesawat.

Do you still reading, Sir?” .

Yes, Ms. I need some information from this magazine”.

Oh Ok, Sir. It doesn’t matter. I just make sure”.

Dia tersenyum dan kembali menduduki bangku pramugarinya di belakang. Bahkan setelahnya, kupastikan bahwa sepanjang penerbangan aku tak pernah memadamkan lampu baca itu. Pukul 23: 53, Kapten penerbangan mulai bicara dengan microphonenya untuk sekedar mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Kansai International Airport Terminal 2. Semua penumpang bergegas bangun, bersiap diri dan merapikan setiap tempat duduknya. Para awak kabin terus mondar-mandir memeriksa sesuai prosedur keamanan untuk proses landing.

Aku masih tak menahu perihal kondisi sesungguhnya di bawah sana karena aku duduk di aisle seat. Aku mampu merasakan ketika pesawat mulai merendah dan sesekali bergoyang untuk menstabilkan posisi. Hingga akhirnya hentakan halus roda pesawat memberitahukanku bahwa Peach Aviation sudah menyentuh runway Kansai International Airport, di Terminal 2 tepatnya.

Tidak ada aerobridge yang menyambut, semua penumpang harus menuruni tangga dan dijemput oleh Narita apron shuttle bus menuju bangunan terminal.

Tiba di Kansai International Airport Terminal 2 tepat tengah malam.

Malam itu, aku memtuskan untuk bermalam di Kansai International Airport Terminal 2 dan akan berangkat menuju ke tengah kota di keesokan hari.

Alternatif untuk tiket pesawat dari Tokyo ke Osaka bisa dicari di 12Go atau link berikut: https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Selanjutnya—->