Chiang Mai International Airport: Tertahan di Conveyor Belt

<—-Kisah Sebelumnya

Hampir pukul sebelas pagi….

Aku merangsek di sepanjang cabin aisle demi menuruni Scoot Air TR 676. Ucapan “Thank You” saut menyaut terdengar di pintu keluar kabin. Begitulah standar pelayanan pesawat yang dilakukan para air crew maskapai manapun.

Melaui aerobridge, aku melangkah pelan, demikianlah kebiasaanku setiap tiba di airport yang baru pertama kukunjungi. Aku berdiri di salah satu sisi aerobridge demi memperhatikan kesibukan yang terpampang di apron. Aktivitas membongkar bagasi, mengisi ulang bahan bakar dan pengecekan performa mesin pesawat dilakukan dengan gesit oleh para ground staff yang berdedikasi terhadap profesinya.

Lepas menikmati suasana itu, aku melanjutkan langkah dengan berbelok ke kanan di ujung aerobridge. Aku menelusuri koridor kedatangan demi menemukan immigration zone. Bandara yang tak terlalu besar dengan ruangan-ruangan yang tak begitu banyak, membuat langkahku cepat tiba di deretan konter imigrasi.

Antrian lumayan panjang terlihat pagi itu. Beruntung banyak konter yang dibuka sehingga antrian bisa tertangani dengan baik. Aku juga memperhatikan bahwa para petugas imigrasi begitu cepat meloloskan semua pelancong untuk memasuki wiayah yuridis Thailand.

Begitupun diriku yang diproses oleh seorang petugas imigrasi pria paruh baya dengan rambut penuh uban. Tanpa bertanya apapun, dia memintaku untuk mencetak sidik jari dan berfoto di depan sebuah kamera kecil, setelahnya dia dengan cepat membubuhi stempel kedatangan di passport.

Aku yang memegang nomor bagasi, segera mencari keberadaan conveyor belt demi mengambil kardus yang isinya akan digunakan untuk acara konferensi yang akan berlangsung tiga hari setelah kedatanganku di Chiang Mai. Acara konferensi itu sendiri akan dilaksanakan di Provinsi Phuket dan aku sengaja memanfaatkan waktu untuk berkunjung terlebih dahulu ke Chiang Mai sebelum mengikuti konferensi.

Aku yang lama menunggu di sebuah conveyor belt mulai kebingungan karena deretan bagasi belum juga memasuki ruangan baggage claim. Hingga sepuluh menit kemudian, seorang ground staff menghampiri dan mengatakan bahwa area pengambilan bagasi untuk penerbangan Scoot Air TR 676 berubah ke conveyor belt paling ujung.

Begitu dia menunjukkan conveyor belt yang dimaksud, aku segera menujunya. Untuk beberapa saat menunggu akhirnya aku mendapatkan bagasi yang kucari.

Aku melangkah pergi dengan menyaut sebuah gelas kertas dan mengisinya dengan air minum di free water station demi menghilangkan rasa haus yang telah kurasakan sejak beberapa menit sebelum mendarat.

Segar lepas meneguk sedikit air minum, aku pun segera menuju exit gate untuk menggapai Arrival Hall.

Arrival Hall sangat ramai ketika aku tiba. Penuh insting, aku tak terlalu larut dalam keramaian itu, melainkan segera mencari konter penjualan SIM card. Dengan mudah aku menemukan konter telekomunikasi dominan merah, bertajuk “true 5G” dengan taglineNo. 1 Network in Asia Pacific”. Konter itu dijaga dua staff wanita muda. Aku sejenak membaca brosur berisikan harga paket data ketika mereka sedang melayani turis lain yang sedang membeli SIM card.

Konter true 5G.
Yuk, keliling di Arrival Hall.
Lucu kan ada meja begituan di airport.
Check-in Zone di Lantai 1.
Boarding Pass Machine.

Walau ada konter lain, demi menghemat waktu, aku memutuskan untuk membeli SIM card di konter itu saja. Membayar dengan 690 Baht, kemudian aku mendapatkan paket data unlimited untuk jangka waktu tiga puluh hari.

Tenang usai mendapatkan SIM card, aku segera mengeksplorasi seisi bandara dengan mengabadikan beberapa situasi dengan kamera. Aku menelusuri Arrival Hall dari ujung ke ujung bangunan terminal bandara.

Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk mengeksplorasi bangunan bandara lantai 1. Sesudah merasa cukup mendapatkan foto-foto terbaik, aku memutuskan untuk mencari konter yang melayani jasa taksi menuju pusat kota.

Ya….Aku memang membeli SIM card terbaik dan menggunakan taksi. Itu karena semua biaya akan diganti oleh kantor tempatku bekerja.

Nah, enak kan jalan-jalan dibayari…..

Kisah Selanjutnya—->