Taksi dari Pontianak ke Singkawang

<—-Kisah Sebelumnya

Karena bukan bagian dari rencana awal maka dengan cepat aku menolak tawaran menggunakan taksi menuju pusat kota. Fokus melangkah keluar arrival hall, beberapa waktu kemudian aku sudah berada di teras bandara. Usai mengabadikan beberapa gambar, aku bertanya kepada seorang petugas aviation security yang berjaga di sebelah pintu keluar.

“Semenjak PPKM Level 4, DAMRI hanya berangkat sekali saja pak dari bandara, jam tujuh pagi tadi dan dari Singkawang akan berangkat pukul lima sore”, begitulah informasi penting yang disampaikan olehnya.

Menguping percakapan itu maka beberapa sopir taksi datang menghampiri untuk menawarkan jasanya. Tiadanya pilihan yang lebih baik maka kuputuskan menerima salah satu tawaran, toh tak mungkin juga mencari bus umum dari pusat kota demi menuju Singkawang, pasti akan lebih lama dan ribet.

Adalah bang Udin yang membawaku ke sebuah kantor taksi Galaxy Travel yang berjarak tiga kilometer dari bandara.

Di dalam kantor aku ditemukan dengan Kak Nova yang bertugas sebagai staff. Dia menjelaskan bahwa untuk menuju ke Singkawang dengan biaya terjangkau, aku disarankan untuk menunggu dua penumpang lagi yang mengalami delay penerbangan, tentu keduanya adalah penumpang sudah memesan kursi jauh hari.

Usai menggenapi ongkos taksi sebedar Rp. 140.000 maka aku diserahkan kepada seorang pengemudi yang akan membawa taksi ke Singkawang, namanya Bang Bagus.

“Bang, lebih baik kita ngopi saja yuk ke pangkalan, biar nanti kedua penumpang terakhir diantar ke pangkalan oleh sopir lain”, Bang Bagus menawarkan opsi menarik.

“Ide bagus, Bang “, aku menyetujuinya.

Pangkalan yang dimaksud berada di daerah Arang Limbung, sekitar dua kilometer dari kantor. Setibanya di pangkalan aku baru tahu bahwa pangkalan tersebut berwujud sebuah warung kopi, Warung Kopi Rafsya namanya.

“Duduk aja bang, aku pesanin kopi, biar aku yang traktir”, begitu ucap Bang Bagus.

Aku segera mengambil tempat duduk dan beberapa waktu kemudian kopi itu di hidangkan oleh si empunya warung. Karena kebetulan waktu sudah melewati tengah hari maka kuputuskan untuk sekalian makan siang di warung kopi itu. Aku memilih menebus seporsi Nasi Kuning seharga Rp. 10.000

Kantor Galaxy Travel
Pangkalan para sopir taksi.

Tak berselang lama, para pengemudi taksi yang lain datang dan bergabung dalam obrolan ringan. Aku hanya berusaha menjadi pendengar yang baik. Beberapa dari mereka tampak kesal karena menunggu pesawat yang mengalami delay sehingga penumpang mereka terlambat mendarat, sedangkan beberapa yang lain tampak muram karena tidak mendapat penumpang hingga lewat tengah hari.

Hampir dua jam aku larut dalam perbincangan mereka, hingga akhirnya telepon Bang Bagus berdering.

“Siap pak….Siap”, begitu jawaban singkatnya. Tebakanku benar, calon penumpang setaksi denganku telah mendarat dan sedang diantarkan sopir yang lain ke sebuah kedai teh di daerah Sungai Jawi.

Oleh karenanya, aku diajak Bang Bagus menuju ke kedai itu, “Menanti Sui Jawi” nama tea house itu. Usai kedua calon penumpang itu menyeruput tegukan terakhir tehnya maka taksi bersiap memulai perjalanan menuju Singkawang.

Baru saja hendak berangkat, Bang Bagus diminta bertukar penumpang oleh kantornya, dia diminta menunggu satu calon penumpang lain yang baru akan datang sejam lagi.

Merasa tidak enak denganku, dia berusaha membujuk kantornya untuk mendahulukanku bertolak menuju Singkawang dan hanya ada satu peluang bagiku untuk berangkat lebih cepat, yaitu ikut di sebuah armada Kijang Innova tetapi harus duduk di bangku belakang bersama barang-barang muatan.

Mengingat waktu yang terus bergulir, aku tak menolak tawaran itu. Selang beberapa waktu Kijang Innova yang dimaksud tiba dan tanpa pikir panjang aku menaikinya.

Akhirnya Kijang Innova itu pun berangkat menuju Singkawang….

Mengingat hari itu adalah hari kerja maka kemacetan tak bisa dihindari. Di beberapa titik, taksi tersendat cukup parah walau pada akhirnya dalam waktu tak lebih dari empat puluh lima menit, taksi itu benar-benar sudah berada batas utara Kota Pontianak.

Perjalanan darat Pontianak ke Singkawang akan menempuh perjalanan sepanjang 155 kilometer dan ditempuh dalam waktu empat jam.

Keluar dari Kota Pontianak, taksi ini melaju dengan cepat menuju ke Singkawang dengan melintasi dua kabupaten yaitu Mempawah sepanjang 80 km dan Bengkayang sepanjang 40 km.

Perjalanan ini sendiri memiliki satu kali waktu break dan momen ini dilakukan di Rumah Makan Pondok Mutiara yang berlokasi di daerah Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah.

Ini dia taksiku menuju Singkawang.
Sungai Mempawah di daerah Parit Banjar.
Pantai di desa Sengkubang.
Rumah Makan Pondok Mutiara.
Suasana di dalam rumah makan.
Pemandangan di belakang rumah makan.
Salah satu ruas Jalan Jend. Ahmad Yani yang merupakan jalan utama menuju ke Singkawang.

Laju taksi yang terlalu kencang membuatku tak bisa menangkap gambar selama perjalanan dengan sempurna, oleh karenanya, aku memutuskan untuk menikmati saja perjalanan sembari memandangi suasana perkampungan di provinsi paling barat Pulau Borneo tersebut.

Taksi ini sendiri akan melakukan perjalanan jauh hingga titik terakhir yang terletak di Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia.

Begitu penasarannya diriku ketika taksi mulai merapat di Singkawang beberapa saat usai waktu Maghrib. Atmosfer masyarakat Tionghoa terasa kental di sepanjang jalan. Aku cukup memahaminya karena Singkawang sendiri adalah China Town terbesar di Indonesia.

Aku diturunkan di depan lobby Hotel Sahabat Baru di daerah Pasiran, Singkawang Barat.

Terimakasih Galaxy Travel….Saatnya melakukan eksplorasi malam itu juga.

Hmmhhh….Ada apa ya di Singkawang?….

Kisah Selanjutnya—->