Menginap di Plaza Hotel: Menikmati Dua Lembar Paratha

<—-Kisah Sebelumnya

Seturun dari bus bandara bernomor A1, maka aku meninggalkan Halte Ministry of Education. Aku berbelok di sebuah pertigaan yang terbentuk karena persilangan Shaikh Isa Avenue dan Qudaibiya Avenue. Langkahku bersambung dengan menyusuri Qudaibiya Avenue. Pada saat itulah pandanganku mencari keberadaan minimarket. Kehausan yang kutahan semenjak berada di Sharjah-Uni Emirates Arab membuatku begitu berhasrat untuk berburu air mineral.

Aku dengan mudah medapatkan Aroy Dee Minimarket. Tanpa ragu aku pun memasukinya demi membeli dua botol air mineral berukuran 1,5 liter dengan harga 200 Fils.

Aquafina”, aku  membaca nama brand yang menempel di kemasan air mineral tersebut.

Tak kuasa menahan haus, maka tanpa malu, aku menenggaknya di depan kasir wanita yang bertugas. Kasir itupun hanya bisa tersenyum menatap kelakuan kampunganku itu.

Very very very thirsty….”, tak lupa aku membalas senyumnya untuk kemudian pergi meninggalkan minimarket tersebut.

Langkah selanjutnya adalah menemukan hotel yang telah kupesan.

Beruntung sekali aku menemukan hotel itu dalam jarak yang tak terlalu jauh. Dalam jarak tak lebih dari 100 meter maka aku menemukan Plaza Hotel yang akan menjadi tempat menginapku selama di Bahrain.

Plaza Hotel merupakan penginapan yang kupesan melalui aplikasi e-commerce penginapan ternama sejak satu setengah bulan sebelum keberangkatan. Aku memesan sebuah kamar dengan durasi menginap tiga malam. Plaza Hotel menjadi salah satu hotel yang terletak di Distrik Qudaibiya

Secara geografis, Plaza Hotel terletak di sisi selatan Qudaibiya Avenue dan terletak tak jauh dari Manama Cemetery, sebuah pemakaman umum dengan luasan tak kurang dari 16 hektar.

Memasuki hotel maka kedatanganku disambut oleh seorang resepsionis berkebangsaan Philippina. Menunjukkan e-booking confirmation dan passport kepadanya, maka aku menunggu bukti pembayaran yang sedang dipersiapkan oleh staff wanita tersebut, mengingat jenis pemesanan kamar ini diarahkan oleh aplikasi untuk melunasi pembayaran di penginapan.

Usai menunggu beberapa menit, akhirnya staff wanita itu angkat bicara.

Sir, here’s your room bill for three nights. We have a policy that you can cancel your room for the third night with a full refund. And you can confirm on the second day for this policy. Thank you, Sir”, dia menyerahkan bukti pembayaran kepadaku dengan penuh senyum

Ok, Ms. I think I will stay for three night”, aku merogoh travel walletku lalu menyerahkan uang senilai 31,5 Dinar kepadanya.

Pintu depan Plaza Hotel.
Lobby.
Koridor kamar Lantai 3.
Queen bed.
AC jadoel.

Usai menyelesaikan urusan administrasi maka aku melangkah menuju kamar. Tepat di ujung kiri ruangan, tersedia ruangan bermain bilyard di lantai pertama, tampak ruangan bilyard itu dijaga oleh wanita-wanita muda asal India, Kerala mungkin tebakanku. Hal itulah yang selalu mengurungkan niatku untuk masuk ke dalamnya selama menginap di hotel tersebut karena aku merasa kurang nyaman.

Aku pun langsung menuju ke lantai 3 melalui lift demi menemukan keberadaanku kamarku yang bernomor 320. Tak susah, aku akhirnya mendapatkan kamar tersebut.

Usai menemukan kamar maka tujuanku berikutnya adalah mencari tempat makan demi mendapatkan makan malam. Beruntung dengan mudah aku menemukan sebuah kedai makan milik pendatang asal Kerala, India.

Malam itu, aku hanya memilih menu sederhana untuk makan malam….Yupz, dual lembar Parata seharga 100 Fils.

Kisah Selanjutnya—->

Kuwait Airways KU 614 from Bahrain to Kuwait

<—-Previous Story

KU 614 flight route (source: https://www.radarbox.com/)

Exactly on five in the morning I started to wash my body in the bathroom of Bahrain Plaza Hotel. That day, I would leave Bahrain and heading to Kuwait. After making sure all equipments wasn’t left behind, I went down to the first floor to hand over the key and headed to the nearest bus shelter. Not far, just three hundred meters at south of the hotel, right in front of Manama Cemetery.

Ten minutes later, the bus from MAN manufacturer numbered A1 arrived. Entering from its front door and tapping Go Card to pay the fare worth BHD 0.300, I drove to Bahrain International Airport for the next a hour.

Arriving at the airport on 07:45 hours, I went straight to 1st floor. Its check-in area wan’t better than the same counter owned by Halim Perdanakusuma Airport (second airport in Jakarta). The flight number which didn’t appeared yet on the Departure Hall LCD gave me time to exchange the remaining Bahraini Dinar (BHD). Apparently the money changer on the 1st floor didn’t want to accept small amount of Dinar, fortunately the Bahrain Financing Company (BFC) on the 0th floor was still willing to accept it.

On 9:30 hours, the check-in counter for Kuwait Airways flight KU 614 began to open. I briefly explained that I was going to Qatar with two non-connecting flights and would transit in Kuwait. The young male staff only once asked me about the Qatar Visa. “Qatar visa is free for Indonesian, Sir“, I answered to ending the conversation and he gave two tickets with the blue bird logo at once. The ticket itself I ordered on nine months before departure.

Kuwait Airways was the 27th airline which I boarded.

Smoothly passing through the immigration counter, I immediately headed to Gate 15 which was located in the corner of departure waiting hall with a narrow hallway which connects to the aerobridge. Waiting for boarding time, I continued to observe the flow of Gulf Air, a well-known airline belonging to the Kingdom of Bahrain.

Departure waiting room.

A little late, I started boarding on 11:51 hours. Couldn’t wait to experience the first time flying with Kuwait Airways, the airline belonging to the Kingdom of Kuwait.

Late for a hour.
Business Class.
Economy Class.

Immediately took a seat as stated on the boarding pass and preparing for a short flight of 420 km which would be covered in 1 hour 10 minutes.

Seat number 17A was where I sat.
Thank you 12Go for being an Affiliate Partner for travelingpersecond.com.
Alburaq inflight magazine.

It appeared that some of the airline’s aircrew were from the Philippines and some from African region. During the flight, I noticed that alcohol bottles weren’t visible on food trolley, it looked like the Kuwait Airways flight was an alcohol-free flight…..It was cool.

Watching “The Martian“.
The Low Fat Meal (LFML) menu which I ordered together with the ticket order.

That afternoon the air on the southwest bank of Persian Gulf was clear. This made my flight felt very smooth, with no turbulence at all. Nice flight.

Sunny weather in early January.
How did the feel, flying with Middle East people?.

DIn the last quarter of flight, the plane began to lower and revealed the land of Kuwait which looked arid and hot. I myself couldn’t wait to get to know Kuwait International Airport which was the main hub of Kuwait Airways.

Middle East mainland which typical sandy brown.
Busyness at Terminal 2 Expansion Project.
Kuwait city view.

The time was 13:35 hours. After the plane came to a perfect stop, I immediately left the fuselage for Transit Hall of Kuwait International Airport. I would patiently wait until four o’clock on the next morning to heading to Qatar.

A320-251N Neo Generation of Airbus

Next Story—->

Kuwait Airways KU 614 dari Bahrain Ke Kuwait

<—-Kisah Sebelumnya

Rute penerbangan KU 614 (sumber: https://www.radarbox.com/)

Tepat jam lima pagi aku mulai mengguyur badan di kamar mandi Bahrain Plaza Hotel. Hari itu juga, aku akan meninggalkan Bahrain dan menuju ke Kuwait. Setelah memastikan segenap perlengkapan tak tertinggal, aku turun ke lantai satu untuk menyerahkan kunci dan menuju ke shelter bus terdekat. Tak jauh, cuma tiga ratus meter di selatan hotel, tepat di depan Manama Cemetery.

Sepuluh menit kemudian Bus asal pabrikan MAN bernomor A1 tiba. Masuk dari pintu depan dan men-tap Go Card untuk membayar tarif senilai Rp 12.000, aku meluncur menuju Bahrain International Airport selama satu jam ke depan.

Tiba di airport pada jam 07:45, aku langsung menuju ke lantai 1. Area check-in yang tak lebih elok dari konter yang sama milik Halim Perdanakusuma Airport. Nomor penerbangan yang tak kunjung muncul di LCD Departure Hall, membuatku memiliki waktu untuk menukar Bahraini Dinar (BHD) tersisa. Rupanya money changer di lantai 1 tak mau menerima Dinar dalam jumlah kecil, beruntung Bahrain Financing Company (BFC) di lantai 0 masih mau menerimanya.

Jam 9:30, konter check-in untuk penerbangan Kuwait Airways KU 614 mulai dibuka. Kujelaskan singkat bahwa aku akan menuju Qatar dengan dua non-connecting flight dan akan transit di Kuwait. Staff pria muda itu hanya sekali bertanya kepadaku perihal Visa Qatar. “Qatar visa is free for Indonesian, Sir”, jawabku mengakhiri percakapan dan dia memberikan dua tiket berlogo burung biru sekaligus. Tiker sendiri aku pesan 9 bulan sebelum keberangkatan.

Kuwait Airways adalah maskapai ke-27 yang kunaiki.

Melewati konter imigrasi dengan mulus, aku segera menuju ke Gate 15 yang berlokasi di pojok ruangan dengan selasar sempit yang terhubung ke jalur aerobridge. Menunggu waktu boarding, aku terus mengamati lalu-lalang Gulf Air, maskapai kenamaan milik Kerajaan Bahrain.

Ruang tunggu keberangkatan.

Sedikit terlambat, aku mulai boarding pada jam 11:51. Rasa tak sabar menggelayuti hati untuk merasakan pertama kalinya penerbangan Kuwait Airways, maskapai milik Kerajaan Kuwait.

Satu jam terlambat.
Business Class.
Economy Class.

Segera mengambil tempat duduk sesuai yang tertera di boarding pass dan mempersiapkan diri untuk penerbangan pendek sejauh 420 km yang akan ditempuh dalam waktu  1 jam 10 menit.

Bangku nomor 17A yang kududuki.
Terima kasih 12Go sudah menjadi Affiliate Parner untuk travelingpersecond.com.
Alburaq inflight magazine.

Tampak bahwa beberapa aircrew maskapai ini berkebangsaan Philippines dan beberapa dari kawasan Afrika. Selama penerbangan, kuperhatikan botol-botol minuman beralkohol tak nampak pada food trolley, sepertinya penerbangan Kuwait Airways adalah penerbangan bebas alkohol….. Keren.

Menonton “The Martian”.
Menu Low Fat Meal (LFML) yang kupesan bebarengan dengan pemesanan tiket.

Siang itu udara di tepian barat daya Teluk Persia tampak cerah. Hal ini menjadikan penerbanganku terasa sangat mulus, tanpa turbulensi sama sekali. Penerbangan yang menyenangkan.

Cuaca cerah di awal Januari.
Berasa gimana gitu, terbang bersama warga Timur Tengah.

Di seperempat terakhir mengudara, pesawat mulai merendah dan menampakkan daratan Kuwait yang tampak gersang dan panas. Aku sendiri tak sabar ingin segera mengenal Kuwait International Airport yang menjadi mainhub Kuwait Airways.

Daratan Timur tengah yang khas coklat berpasir.
Kesibukan di Terminal 2 Expansion Project.
Penampakan kota Kuwait.

Waktu menunjukkan jam 13:35. Selepas pesawat berhenti sempurna, aku segera meninggalkan badan pesawat menuju ke Transit Hall Kuwait International Airport. Aku akan bersabar menunggu hingga pukul empat pagi di keesokan harinya untuk menuju Qatar.

Airbus generasi Neo A320-251N

Kisah Selanjutnya—->