Menuju Phi Phi Viewpoint 1

<—-Kisah Sebelumnya

Setengah sepuluh pagi….

Aku meninggalkan Loh Dalum Beach dan memutuskan untuk kembali ke penginapan sejenak demi mengambil segenap perlengkapan sebelum melakukan eksplorasi selanjutnya yang kuprediksi akan selesai di sore hari.

Aku melangkah cepat…..

Tiba di penginapan, aku mengambil folding bag, memasukkan sebotol air mineral berukuran 1,5 liter, dompet, passport, powerbank, kacamata rayben untuk kemudian siap melanjutkan perjalanan kembali.

Menuruni tangga penginapan, aku kemudian duduk di teras Dormsin Hostel dan mulai mengenakan sepatu boots.

Where will you go, Donny”, tak mendengar langkahnya, tetiba Asil duduk di sebelah dan juga mulai mengikat tali sepatu ketsnya.

Going to the viewpoint, Asil”, aku menjawab.

Oh, really….That’s good spot to visit. I’d been there yesterday” dia mengambil telepon pintarnya dan mulai menunjukkan beberapa foto kepadaku. Tampak beberapa foto pemandangan garis pantai yang sangat indah yang diambil dari atas perbukitan. Gradasi warna yang indah antar sisi pantai berbeda.

Beautiful photos, Asil”, aku terkagum-kagum

Any restaurant there?”, aku bertanya demi memastikan tidak kelaparan ketika berada di atas bukit pada siang nantinya.

Yes, absolutely. I enjoyed coconut water on the hill”, dia tersenyum menjelaskan

Okay, Asil….Thank you….It’s time for me to go”, aku berpamitan pada Asil yang juga tampaknya telah siap melakukan eksplorasi ke tempat berbeda.

Aku pun melangkah meninggalkan pemuda Trukit itu….

Aku mulai melakukan eksplorasi dengan menyusuri Chaokoh Road menuju utara melewati jalur datar hampir satu kilometer jauhnya. Situasi jalanan mulai tampak rama, banyak turis berlalu-lalang di jalanan demi menuju destinasi ataupun sekedar untuk berburu sarapan, berbaur dengan warga lokal yang sedang bergegas menuju tempat kerjanya masing-masing, kedai-kedai makan tampak telah buka dan dipenuhi para wisatawan yang sedang menikmati hidangannya masing-masing.

Untuk dua puluh menit kemudian, akhirnya aku menemukan signboard sebagai petunjuk untuk menuju ke Phi Phi Viewpoint. Maka ketika tiba di depan hotel bintang tiga Blue Monkey Phi Phi Islands, aku segera berbelok ke kiri untuk menanjaki anak tangga.

Chaokoh Road menuju Phi Phi Viewpoint.
Mudah sekali untuk mendapatkan sarapan di sekitar Chaokoh Road.
Signboard yang membantu turis untuk mencapai Phi Phi Viewpoint.

Beberapa turis di belakang juga tampak mengikutiku untuk menanjak, namun beberapa turis juga tampak menuruni tangga sebagai pertanda bahwa mereka telah usai menikmati viewpoint.

Untuk beberapa kali aku berhenti pada anak tangga karena merasa kecapekan ketika menanjak. Di bagian atas tambak beberapa anak tangga sedang dalam proses maintenance. Beberapa pria melakukan pengecatan anak tangga, mereka berusaha mengecat anak tangga sehingga lapisan beton nampak persis seperti susunan batu kali yang menebarkan kesan kokoh pada siapapun yang melewati anak tangga tersebut.

Aku kemudian tiba di di sebuah shelter pengunjung yang berukuran tak terlalu besar, shelter itu terletak pada jarak puluhan anak tangga sebelum tiba di gerbang viewpoint. Berhenti sejenak di shelter itu untuk mengatur nafas maka aku disuguhkan selarik spoiler terbatas atas pemandangan Phi Phi Islands dari ketinggian.

Spoiler pemandangan Phi Phi Islands dari sebuah shelter di pertengahan jalan.
Konter penjualan tiket Phi Phi Viewpoint.

Aku yang tak sabaran untuk bisa melihat sepenuhnya, maka memutuskan untuk segera menaiki kembali beberapa anak tangga sisa untuk tiba di Phi Phi Viewpoint 1.

Dengan terengah-engah, aku tiba….

Hello…..”, seorang wanita paruh baya dengan jilbab menyapaku dari sebuah meja

Ticket, Sir….”, dia menambahkan.

Aku seketika menoleh dan melihatnya menujuk sebundle tiket yang dipegang di tangan kanannya.

Oh, harus bayar tiket rupanya”, aku membatin

Aku menghampiri wanita paruh baya itu.

How much, Mam?”, aku mengeluarkan dompet

Thirty Bath”, wanita itu menyobek selembar tiket dan memberikannya untukku

Aku menyerahkan 30 Baht untuk mengunjungi dua viewpoint sekaligus.

Thai?”, dia menunjuk kepadaku

Oh, No….I’m from Indonesia…..Jakarta”, aku tersenyum menjelaskan.

Oh….Moslem?”, dia mulai tergelitik

Yes, I’m moslem, Mam

Assalamu’alaikum….Many moslems in Phi Phi”, dia menjelaskan penuh antusias.

Wa’alaikumsalam….Yeaa….I know, Mam”, aku tersenyum senang.

Sewaktu kemudian aku membalikan badan, melihat ke hadapan. Hamparan taman dengan rancang bangun yang menarik mata.

Saatnya menikmati Phi Phi Islands dari ketinggian”, aku mengayunkan langkah dengan penuh semangat.

Kisah Selanjutnya—->

Ton Sai Beach atau Loh Dalum Beach?

<—-Kisah Sebelumnya

Beranjak dari teras McDonald’s, aku melangkah menuju barat. Aku memilih jalur pedestrian sisi dalam untuk mendapatkan perlindungan dari rimbunnya pepohonan.

Sempat terhenti si sebuah pertigaan, aku memperhatikan sekitar, mengamati setiap ujung dari ketiga jalan itu. Jalan ke arah kanan lebih menggoda sepertinya, ada pantai yang cukup indah di ujungnya.

Tapi sejenak aku mengindahkannya, menyimpannya untuk kunjungan berikutnya. Aku fokus untuk menyambangi Ton Sai Beach saja sebagai pantai pertama yang akan kukunjungi hari itu.

Masih ada banyak waktu”, aku membatin.

Selanjutnya aku sampai pada jalanan tepat di depan Phi Phi Cabana Hotel yang masih tampak sunyi, mungkin para penginapnya masih menikmati pagi di kasurnya masing-masing pagi itu.

Mungkin aku masih terlalu pagi untuk berkeliling pulau”, aku menertawakan diriku sendiri.

Beberapa waktu kemudian, aku berhenti sejenak memandangi Koh Phi Phi Hospital, tampak seorang turis sedang didorong di atas kursi roda menuju rumah sakit kecil itu. Juga tampak beberapa warga lokal sedang duduk di lobby rumah sakit yang sudah memasuki jam buka operasional hariannya.

Aku sudah dekat dengan Ton Sai Beach ketika melewati Koh Phi Phi Hospital, maka aku memutuskan untuk mengambil tempat duduk di bawah sebuah pohon besar tepat di tepian pantai yang memiliki pasir berwarna putih.

Koh Phi Phi Hospital.
Ton Sai Beach.

Akun tidak bisa melangkah lebih jauh, karena lahan di ujung pantai telah diakuisisi oleh Phi Phi Cliff Beach Resort. Resort raksasana berwarna orange nitu tampak luas nan megah. Beberapa turis yang menginap di resort tampak berenang ringan di pantai tepat di depan resort. Area berenangya bahkan dibatasi dengan garis berpelampung untuk menjaga keamanan para penginap yang sedang menikmati pantai.

Aku terduduk di sisi timur Ton Sai Beach lebih sibuk mengamati beberapa Anak Buah Kapal yang sedang menyiapkan pelayaran. Anak-anak muda itu tampak sibuk turun ke pantai untuk mencari sarapan, sedangkan ABK lain tampak sibuk membersihkan geladak kapal dan menyiapkan peralatan.

Aku duduk di pantai itu hampir setengah jam lamanya. Hingga akhirnya bertolak pergi demi mengunjungi pantai yang lain.

Pantai di ujung pertigaan tadi bagus ga, ya?”. Aku menanyai diriku sendiri.

Aku menyusuri melalui rute semula berangkat, melewati Koh Phi Phi Hospital, Maya Restaurant, dan Phi Phi Cabana Hotel untuk akhirnya tiba di pertigaan yang sempat kuindahkan tadi. Berbelok ke utara, aku melewati jalanan sebuah plaza yang lebar dan rapi, jalan itu dipenuhi pertokoan di kanan kirinya. Sedangkan di tengah plaza tampak patung jangkar menjadi landmark plaza. Aku terus melangkah hingga ke ujung utara dan akhirnya kembali menemukan pantai. Loh Dalum Beach adalah nama pantai itu.

Banyak turis yang berbondong-bondong memenuhi Rom Mai Restaurant ketika aku tiba di pantai, restoran itu memang terletak persisi di tepi pantai. Sedangkan beberapa turis lain tampak mendatangi penyewaan kano untuk bersenang-senang pagi itu.

Landmark di dekat Loh Dalum Beach.
Loh Dalum Beach.
Loh Dalum Beach.

Aku hanya berdiri di pinggir pantai menikmati suasana yang masih cenderung sepi, tak ada satupun turis yang turum ke laut. Hingga akhirnya tiga turis pria mendekat ke bibir pantai untuk melakukan aktivitas canoeing.

Tak lebih dari satu jam aku berada di pantai itu, untuk kemudian kembali lagi menuju Dormsin Hostel untuk bersiap diri melakukan eksplorasi ke tempat yang lebih jauh lagi.

Kisah Selanjutnya—->