Seribu Lima Ratus Dollar di Imigrasi Qatar

<—-Kisah Sebelumnya

Mengintip Departure Hall.

Aku masih saja berdiri terdiam sambil memegang pagar besi di salah satu sisi Arrival Hall Hamad International Airport. Dipisahkan partisi kaca, aku masih memandangi patung perunggu berjuluk “Lamp Bear” yang menjadi kebanggaan bandara terbaik di kawasan Timur Tengah ini. Sementara penumpang lain bergerak sangat cepat dengan  travel trolleynya masing-masing. Patung beruang kuning itu menjulang setinggi tujuh meter dan menjadikan setiap pelancong yang melintasinya bak sekerumun semut yang sibuk dengan hajatnya masing-masing.

Sebentar lagi aku akan melewati konter imigrasi untuk menambah koleksi stempel di e-passport. Membaca kisah beberapa pelancong tanah air yang tak sedikit tertolak masuk, aku sudah bersiap diri dengan banyak pertanyaan di konter nanti. Maklum aku datang di negara berpendapatan perkapita tertinggi di seantero jagad. Sedangkan penghasilanku dari profesi salesman di ibukota hanyalah seujung kuku dibandingkan pendapatan warga mereka.

Jangan khawatir, Donny. Kamu sudah melakukan persiapan dengan baik”, aku membatin menenangkan diri. Flashback ke sebulan sebelum keberangkatan, kala aku bercakap dengan staff wanita yang bertugas di front office Kedutaan Qatar di Jakarta lewat saluran telepon. “Masuk Qatar tidak perlu visa, mas. Yang penting bawa uang 1.500 Dollar Amerika, tiket pesawat untuk keluar Qatar dan booking confirmation dari hotel tempat mas akan menginap”, ujarnya menjelaskan singkat waktu itu.

Kini aku telah berada di depan konter imigrasi dan diarahkan petugas untuk mengantri di jalur yang masih tertutup dengan tape barrier. Belum ada petugas di konter. Lima menit kemudian petugas imigrasi datang dan memasuki kotak kecil itu. Menambah lagi lima menit untuk mempersiapkan komputer, kamera dan beberapa peralatan pendukung lain. Setelahnya pelancong pertama di antrian maju. Dia disuruh berpindah-pindah posisi untuk diambil paras ayunya dalam sebuah foto. Berulang-ulang….Aku jadi curiga, jangan-jangan dia mengoleksi foto itu buat dirinya sendiri…..Hahahaha.

Tiba giliranku di antrian ketiga untuk menghadap, aku sudah siapkan passport, booking confirmation dari Casper Hotel, e-ticket Philippines Airlines, serta kartu kredit. Tak sampai 1.500 Dollar Amerika, seingatku aku hanya membawanya dengan sisa limit 500 Dollar Amerika saja….Jika ditolak….Ya sudah, aku akan berdiam empat malam di airport dan menunggu jadwal pulang….Perjudian gila.

Senjata terakhir di depan konter imigrasi.

Petugas tampan berjambang tipis dengan gamis dan sorban putih menangkap e-passportku yang hampir jatuh di konternya. Lama dia membolak-balik identitas international itu. Satu persatu diperhatikan rekam jejakku, Seingatku buku hijau tersebut sudah terisi hingga halaman 32.

Which countries did you go to before came here?”, tanyanya sambil menatapku lekat. “I went to Malaysia, India, Dubai, Oman, Kuwait and Bahrain since 29 December, Sir”, jawabku sedikit bergetar diserang was-was. Petugas itu masih saja mengawasiku, bahkan sebelum dia bertanya kembali, aku sedikit proaktif dan berusaha sekuat mungkin menyelamatkan keadaan “This is my return ticket and this is my hotel booking confirmation, Sir”. Dia hanya sedikit mengernyitkan dahi sambil berujar “Oh, No need…No need”. Ah akhirnya, begitu mudah, tak seperti yang kukhawatirkan.

Free Visa berusia satu bulan.

Welcome Qatar !, batinku bersorak girang.

Saatnya berkeliling Hamad International Airport sebelum pergi ke tengah kota. Yukss….!  

Kisah Selanjutnya—->