The Middle East Aroma in Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport

DAMRI Bus Terminal Kampung Rambutan – Soekarno Hatta International Airport.

Saturday afternoon was very sunny. The impatience that had enveloped my heart since morning had already collapsed. A faint smile continued to hang in the corners of my lips after I got off city transportation and stepped onto DAMRI shelter, which was part of JA Connexion’s mode of transportation.

On 15:30 hours, after confirming that the fleet in front me was the fastest bus which would depart to Soekarno Hatta International Airport, I jumped into it through its front door and sat behind the driver in left seat coloumn.

After all the passengers entered, an officer of Kampung Rambutan Terminal entered and withdrew a retribution of a thousand Rupiah to all passengers. “How come the retribution isn’t just included in the ticket price,” I asked myself.

Shortly after, the bus departed….Slowly speeding out of terminal, briefly passing through a side of toll road and then entering the toll gate a few meters ahead.

At the beginning of journey in toll road, the congestion began to be felt, but I wasn’t really worried about that situation because I was on 4 hours 20 minutes before my flight. I also enjoyed the 50 km journey very comfortably.

An hour and a few minutes, I arrived at the drop off zone of Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport. Through Departure Hall Gate 3, I started looking for Malaysia Airline MH 724 flight status.

The flight number which had not been listed in the Flight Information Display System (FIDS), made me dare to ask a female officer at the information center desk and finally I got information that check-in desk C would be used to process administration of Malaysia Airlines flight MH 724.

Waiting seats at Departure Hall Terminal 3 Ultimate

Knowing this information, I decided to wait in the nearest seat with check-in desk C. While waiting for the check-in desk to open, I was stunned by the busyness of a pair of tour guides who were busy organizing their group, which I didn’t know where would they go? The two of them gathered the group and loudly conducted a briefing so that their voices could be heard by anyone around the corner waiting for Terminal 3 Ultimate.

An hour of waiting, finally the check-in desk opened and I immediately queued at C24 queue column to get my boarding pass to Kuala Lumpur. That time Kuala Lumpur would only be a stopover, because I would explore Kuala Terengganu, a city located 450 km north of Kuala Lumpur.

Check-in desk C Terminal 3 Ultimate

Kuala Terengganu would be the fifth city in Malaysia which I would enjoy after Kuala Lumpur, Johor Bahru, Ipoh and Penang….. Ahhhh, that afternoon I couldn’t wait to arrive in Kuala Terengganu.

A visit to Kuala Terengganu was the intention which emerged after I met Mariya, a solo-traveler from Malaysia in Seoul. The charm of Kuala Terengganu told by Mariya had hypnotized my subconscious to visit it. It took three years to realize that dream.

But again, Kuala Terengganu was also not the only destination in my trip that time, because my target points were certainly in places which were further away, i.e countries in the Middle East region.

Back to Terminal 3 Ultimate…..

Now I was heading to the immigration counter to hunt for a departure stamp. In front of immigration area, I tried to complete immigration check process through immigration autogate but there was an officer who held me back and forbade me to pass through that route. I was directed to the immigration counter with an officer ready to check. Facing an immigration officer, I handed over my passport and boarding pass.

Immigration staff: “Return ticket, Sir?”

Me: “Here, Sir”, I handed over a print out of Philippine Airlines flight ticket with Doha-Jakarta route and transit in Manila.

Immigration staff: “Alone, Sir?. On what occasion?”

Me: “Solo-Backpacking, Sir”

The immigration staff was finally busy researching page by page details on my passport.

Immigration staff: “Where will you go, Sir?”

Me: “Kuala Terengganu-Kochi-Dubai-Oman-Bahrain-Qatar, Sir”

Immigration staff: “May I see the visas, Sir?”, his face was still cold and serious.

Me: “Just a minute, Sir”, I opened my zipper bag and took out India Visa, United Arab Emirates Visa, Oman Visa and Bahrain Visa, “Here, Sir”

The immigration staff checked that visas I was given one by one.

Immigration staff: “Ok. Be careful, Sir.”

My ticket….Yuuuuuuu.

I came out of the immigration counter with a sigh of relief and immediately put all my documents back in zipper bag. Now I would head to Terminal 3 Existing to prepare to fly with Malaysia Airlines.

Next Story—->

Aroma Timur Tengah di Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport

Bus DAMRI Terminal Kampung Rambutan – Soekarno Hatta International Airport

Sabtu sore itu sangat cerah. Ketidaksabaran yang menyelimuti hati sedari pagi runtuh sudah. Semburat tipis senyuman terus menggantung di ujung bibir usai aku turun dari angkutan kota dan menapaki shelter DAMRI yang merupakan moda transportasi bagian dari JA Connexion.

Menjelang pukul 15:30, usai memastikan armada di hadapan adalah bus yang akan berangkat tercepat ke Soekarno Hatta International Airport, aku melompat masuk ke dalamnya melalui pintu depan dan duduk di belakang pengemudi sisi kiri.

Setelah semua penumpang masuk, seorang petugas Terminal Kampung Rambutan masuk dan menarik uang retribusi sebesar seribu rupiah kepada para penumpang. “Kok retribusi ngga dimasukkan ke dalam harga tiket saja”, aku bertanya dalam hati.

Tak lama kemudian, bus pun berangkat….Perlahan melaju keluar dari terminal, sebentar saja melalui sisi tol dan kemudian memasuki gerbang tol beberapa meter di depan.

Di permulaan perjalanan dalam tol, kepadatan mulai terasa, tetapi aku tak begitu mengkhawatirkan keadaan karena aku berangkat 4 jam 20 menit sebelum penerbangan. Aku pun menikmati perjalanan sejauh 50 km itu dengan sangat nyaman.

Satu jam lebih beberapa menit, aku tiba drop off zone Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta International Airport. Melaui Departure Hall Gate 3, aku mulai mencari status penerbangan Malaysia Airline MH 724.

Nomor penerbangan yang belum tertera di Flight Information Display System (FIDS), membuatku berani bertanya kepada seorang petugas wanita di information centre desk dan akhirnya aku mendapatkan informasi bahwa check-in desk C akan digunakan untuk mengurus administrasi penerbangan Malaysia Airlines MH 724.

Kursi tunggu di Departure Hall Terminal 3 Ultimate

Mengetahui informasi itu, maka kuputuskan untuk menunggu di bangku terdekat dengan check-in desk C. Selama menunggu check-in desk dibuka, aku tertegun pada kesibukan sepasang tour guide yang sibuk mengatur rombongannya yang entah akan menuju kemana?. Mereka berdua mengumpulkan rombongan dan dengan lantang melakukan briefing sehingga suara mereka bisa didengar oleh siapapun di sekitar pojok tunggu Terminal  3 Ultimate.

Satu jam menunggu, akhirnya check-in desk dibuka dan aku segera mengantri  di kolom antrian C24 untuk mendapatkan boarding pass menuju Kuala Lumpur. Kali ini Kuala Lumpur hanya akan menjadi persinggahan, karena aku akan mengeksplore Kuala Terengganu, sebuah kota yang terletak 450 km di utara Kuala Lumpur.

Check-in desk C Terminal 3 Ultimate

Kuala Terengganu akan menjadi kota di Malaysia kelima yang akan kunikmati setelah Kuala Lumpur, Johor Bahru, Ipoh dan Penang…..Ahhhh, sore itu aku tak sabar ingin segera tiba di Kuala Terengganu.

Melawat ke Kuala Terengganu adalah niatan yang muncul usai aku bertemu dengan Mariya, seorang solo-traveler asal Malaysia di Seoul. Pesona Kuala Terengganu yang diceritakan oleh Mariya telah menghipnotis alam bawah sadarku untuk mengunjunginya. Butuh waktu tiga tahun untuk mewujudkan mimpi itu.

Tapi sekali lagi, Kuala Terengganu juga bukan menjadi satu-satunya tujuan dalam perjalananku kali ini, karena titik sasarku tentu berada di tempat-tempat yang lebih jauh, yaitu negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Kembali ke Terminal 3 Ultimate…..

Kini aku menuju ke konter imigrasi untuk berburu departure stamp. Di depan area imigrasi, aku berusaha  menyelesaikan proses pemeriksaan imigrasi melalui autogate immigration tetapi ada seorang petugas yang menahan langkah dan melarangku melewati jalur itu. Aku diarahkan menuju ke konter imigrasi dengan petugas yang siap memeriksa. Menghadap seorang petugas imigrasi, aku menyerahkan passport dan boarding pass.

Staff imigrasi: “Tiket pulang, Mas?

Aku: “Ini, Pak”, aku menyerahkan print out tiket penerbangan Philippine Airlines dengan rute Doha-Jakarta dan transit di Manila

Staff imigrasi: “Sendirian, mas?. Dalam rangka apa?

Aku: “Solo-Backpacking, Pak

Staff imigrasi itu akhirnya sibuk meneliti dengan detail halaman demi halaman pada pasporku.

Staff imigrasi: “Mampir kemana saja, Mas?

Aku: “Kuala Terengganu-Kochi-Dubai-Oman-Bahrain-Qatar, Pak

Staff imigrasi: “Boleh lihat visanya, Mas?”, wajahnya masih saja dingin dan serius.

Aku: “Sebentar, Pak”, aku membuka zipper bag dan mengeluarkan Visa India, Visa Uni Emirat Arab, Visa Oman dan Visa Bahrain, “Ini, Pak

Staff imigrasi itu memeriksa satu persatu visa yang kuberikan.

Staff imigrasi: “Ok. Hati-hati, Mas”.

Tiket akyuuu….Yuhuuuuu.

Aku keluar dari konter imigrasi dengan nafas lega dan segera memasukkan segenap file ke zipper bag kembali. Kini aku akan menuju ke Terminal 3 Existing untuk mempersiapkan diri terbang bersama Malaysia Airlines.

Kisah Selanjutnya—->