Heading to KLIA2 from KL Sentral

<—-Previous Story

It would take a little longer to take a free service to the inn than riding the LRT “Laluan Kelana Jaya”. But in order to get around for the lack of Ringgit, I still decided to just take the free service of Go KL City Bus.

Hurrying to leave KLCC Park, I headed towards the KLCC bus stop which is located right in front of Suria KLCC. Arriving under the bus stop auspices, the green line of the “Free Bus Service” had been waiting for its passengers.

I rode it to reach the interchange point between lines, namely the Pavilion bus stop. From there I would catch the Go KL City Bus purple line to reach the Pasar Seni Bus Hub, the closest bus stop to my accommodation, namely The Bed Station.

—-****—-

Cheating underhandedly, I stepped up The Bed Station stairs, hoping not to be spotted by the receptionist when I crossed the inn’s front door. It was because I had checked out that morning, but that time, I forced myself to take a shower in the inn’s shared bathroom on the 3rd floor.

I made it through the reception room on the 2nd floor, at a glance I saw the reception staff were busy serving the inn’s guests who seemed to only just be arriving, indeed I arrived when the check-in period had opened.

Quickly moving, I immediately took a shower to clean all the sweat after walking around town that morning.

As soon as I finished bathing, I immediately went down to the reception desk to pick up the backpack I had left since morning.

The long queue at the reception desk made me invisible when I just came down from the top floor which wasn’t my right to enter it again, let alone to do any activity on that floor….Damn, Donny.

—-****—-

Succeeding to get a backpack, I rushed to Pasar Seni LRT Station which is only 200 meters from the inn.

When I arrived, I rushed to the automatic vending machine to exchange 1.3 Ringgit for a round blue token. That token would guarantee me to move toward KL Sentral.

The LRT Laluan Kelana Jaya with four wagons arrived to pick me up on the second-floor platform, and then I was following its spinning wheels heading to KL Sentral, which wasn’t even one station apart.

Within 15 minutes, I arrived at KL Sentral….

Down the escalator, I arrived at the first floor, and without long thinking, I immediately rushed to the basement level. I had an advantage in that I memorized the whole layout of KL Sentral, at least I had visited that famous transportation hub seven times. That was what made that so easy for me to reach the Aerobus ticket sales counter.

Aerobus is transportation from KL Sentral to Kuala Lumpur International Airport Terminal 2 (KLIA2) which offers cheap travel when compared to using taxis, the KLIA Transit train, or the KLIA Ekspres.

I handed over 12 Ringgit to get a ticket to the airport.

—-****—-

A quarter of an hour past four in the afternoon….

After traveling for 45 minutes, I arrived at the 1st floor of Kuala Lumpur International Airport Terminal 2. I was dropped off at one of the platforms at the transportation hub at Gateway@klia2.

Even though my flight would take place at nine in the evening, that didn’t stop me from going straight to the 3rd floor to see more detailed flight information. As usual, I was always detailed and strict about flight schedules, at least that afternoon I had to find out the number of the check-in desk I would exchange my e-ticket for a boarding pass and at what gate my plane would take off.

I couldn’t hide a slight smile from my lips when I managed to get that information on the giant LCD on the 3rd floor.

“17:20, it turns out….”, I thought when I found out when the check-in desk would open.

I decided to do the last congregational prayer in the mosque on the 2nd floor and of course, planned to have dinner afterwards.

Not as usual when I was looking for food at KLIA2. That afternoon the regular restaurant serving cheap Indian food was closing. Was NZ Curry House whose location was covered by renovation boards.

But I don’t bother….

In 2015, I ate at a food court located on the 2M floor. I slightly forgot the position of the food court. But I intended to look for it until I found it. There was a padang-typical restaurant that offers cheap food in the food court.

“That’s it….”, I cheered inside when I saw the food court from a distance.

“Quizinn by RASA….”, I recited the name of that food court.

“Restoran Padang Kota Group….”, yupzzz I saw the restaurant I was looking for.

Presumably not able to linger, I headed for the Padang-typical restaurant and then looked for a menu according to the condition of my wallet. That was when my Ringgit would run out.

Fifteen minutes before checked-in, I was finally able to enjoy a portion of rice for 5.9 Ringgit. That was the rice I ate after I last ate it a day before.

Level 2 Gateway@klia2.
View from Gateway@klia2 Floor 2M.
Several restaurants at Gateway@klia2.
So, that was Quizinn by RASA food court.
My menu that night: White rice, hard-boiled eggs, and vegetables.

Taking a seat, I enjoyed the dinner and then got ready to take my flight.

Was I going home?….

No….The real adventure was about to begin.

I would fly to a city in southern India….KOCHI.

KLIA Terminal 1: Berburu Spot Beristirahat

<—-Kisah Sebelumnya

Sudah lewat jam sebelas malam…..

Pusat perbelanjaan yang terintegrasi dengan bandar udara itu tampak sepi di banyak titik, tak sedikit toko yang telah menutup pintunya rapat-rapat. Hanya beberapa minimarket yang masih membuka diri bagi para pengunjung bandara.

Hmmhhh, senyap sekali….Lebih baik aku langsung saja menuju ke Terminal 1 dan mencari spot yang bisa kugunakan untuk beristirahat di sana”, aku mengambil satu keputusan dalam hati.

Maka melangkahlah aku menuju ujung utara Gateway@KLIA2. Aku tahu bahwa dari ujung pusat perbelanjaan itu terdapat escalator untuk menggapai “Transportation Hub” yang berada di Lantai 1. Ini lah area yang merupakan akses utama menuju ke beberapa kota penting di Malaysia, menuju ke pusat kota dan bahkan menuju ke beberapa titik penting di sekitaran bandara…Sepang International Circuit adalah salah satu contohnya.

Sesampainya di Transportation Hub Area, aku langsung menuju ke deretan platform untuk melihat situasi dan mencari petunjuk dimanakah lokasi KLIAFree Shuttle Bus akan mengambil penumpang, karena hanya bus itulah yang bisa mengantarkanku secara cuma-cuma menuju Terminal 1 di sisi timur KLIA2.

Tak kunjung menemukannya, maka aku memutuskan untuk berdiri menunggu saja di salah satu platform yang nampak sepi. Tapi aku tak khawatir karena keberadaanku bisa dilihat oleh segenap pengunjung bandara dari sisi dalam bangunan bandara.

Hampir tengah malam di Trasportation Hub Lantai 1, KLIA2
Platform berbagai bus menuju ke banyak destinasi di dalam dan luar kota.

Pucuk dicinta ulam tiba….

Bus berkelir biru itu tiba, meluncur gesit dari ujung bangunan bandara, menyorotkan lampu yang menyilaukan mata. Aku hanya berdiri terpaku mengamati kedatangannya, sembari menunggu dimanakah bus itu akan berhenti. Melewatiku dengan kecang, bus itu mulai menurunkan laju di ujung lain bangunan bandara.

Oh, di situ ternyata dia berhenti”, aku tersenyum tipis bak memenangkan sebuah pertarungan dengan mudah.

Maka melangkahlah aku menuju free shuttle bus itu dengan ayunan langkah cepat.

Aku melangkah masuk dari pintu tengah dan duduk di bangku yang terletak sedikit di belakang. Menaikkan beberapa penumpang, bus gratis itu pun mulai berangkat sesaat kemudian. Hanya sedikit penumpang yang terangkut malam itu, yaitu beberapa penumpang lokal dan satu-dua turis asing asal Tiongkok.

Aku kembali menikmati romansa masa lalu di sepanjang perpindahan terminal itu. Aktivitas kecil seperti itu selalu menjadi ritual yang sering kulakukan di masa lalu, saat dimana pandemi belum unjuk gigi menguasai dunia.

Perjalanan menuju Ke Terminal 1 itu hanya memakan waktu 25 menit. Melewati beberapa titik penting di sekitaran bandara seperti Long Term Car Park (LTCP) area dan Mitsui Outlet Park (MOP).

Aku diturunkan di Gate 4, International Departure Hall – Terminal 1 di Lantai 1.

Aku memasuki pintu bangunan bandara yang berbentuk lingkaran di Gate 4. Lalu menaiki escalator untuk menuju Lantai 2. Tetapi entah kenapa, ketika mencari keberadaan food court area, justru aku bisa tersasar. Alih-alih menemukannya, justru aku tersasar hingga ke parking area.

Dasar amatiran kamu, Donny”, kali ini aku menyangsikan kemampuanku sendiri.

Memutar arah kembali ke tempat awal tiba di Lantai 2, pada akhirnya aku menemukan selasar yang masih ramai dengan aktivitas. Beberapa coffee shop tampak masih berpengunjung walau tak penuh.

Free Shuttle Bus KLIA2 ke KLIA atau sebaliknya.
Lantai 1 KLIA
Suasana selasar di Lantai 2 KLIA.
Melanjutkan kebiasaan lama ketika bertraveling..…Tidur di bandara.

Pada saat yang bersamaan, aku merasakan pegal di punggung karena terlalu lama memanggul backpack. Tetapi sebelum benar-benar mencari bangku untuk beristirahat, aku memaksakan langkah kembali menaiki satu lantai untuk memastikan keberadaan check-in counter yang akan kutuju di keesokan hari. Menaiki sebuah escalator panjang, akhirnya aku menemukan deretan check-in counter tersebut. Terdapat 12 deret check-in counter yang masih sepi di Lantai 3 – Terminal 1 KLIA.

Merasa telah menguasai alur untuk keperluan di keesokan hari, akhirnya aku memutuskan untuk duduk di salah satu deret bangku, meletakkan backpack untuk beberapa saat, dan bersiap untuk tidur malam di deret bangku kosong yang kutemukan itu.

Kisah Selanjutnya—->

Imigrasi Malaysia: Memamerkan Kepercayaan Diri

<—-Kisah Sebelumnya

Hanya dalam sekejap, Air Asia QZ 206 genap menyelesaikan taxiing di sepanjang landas pacu demi menggapai di salah satu sisi apron.

Sambutan aerobridge menyusul dengan terjulur perlahan belalainya hingga menempel di pintu pesawat. Beberapa saat kemudian, pesawat mulai mengalirkan penumpangnya menuju bangunan terminal.

Aku yang keluar dari pintu pesawat di antrian depan, langsung mengejar keberadaan ibu paruh baya yang kutemui di Soetta. Kemudian aku menyejajari langkahnya dan berinisiatif untuk membantu menarik trolley bagnya. Si ibu pun tersenyum mendapatkan pertolongan kecil yang kuberikan.

Gede banget ya, A bandaranya”, wajah si ibu tampak menengok kesana-kemari.

Masih gedean, Soekarno-Hatta, Bu”, aku sabar mengerem langkah demi terus sejajar dengan langkahnya.

Aku akhirnya mengantarkan ibu paruh baya itu hingga ke pintu transfer hall Kuala Lumpur International Airport Terminal 2 (KLIA 2).

Ibu, silahan masuk ke transfer hall melalui pintu yang dijaga para petugas itu. Besok pagi dua jam sebelum waktu penerbangan, ibu harus mencari informasi di layar lebar seperti itu (aku menunjuk ke salah satu FIDS/Flight Information Display System)”, aku menjelaskan sambil berjongkok menyetarai tinggi badan si Ibu.

Baik, A. Nuhun ya atas bantuannya. Ati-ati, A di jalan”, dia menjulurkan tangannya dan meminta bersalaman.

Aku menggapai tangannya dan melempar senyum untuk menenangkannya.

Selanjutnya aku pergi menuju sebuah escalator panjang ke arah atas demi menuju konter imigrasi. Tetapi sebelum benar-benar menaiki escalator itu, aku menghentikan sejenak langkahku di depan sebuah konter penjualan Traveller SIM. Aku memandangi konter Tune Talk yang dominan merah itu, melihat paket data yang ditawarkan. Paket data sebesar 15 GB dibanderol dengan harga 30 Ringgit. Sejenak aku bergumul dengan budget. Akhirnya aku memutuskan untuk mengindahkannya, aku memilih bertahan satu malam tanpa kuota data. Aku akan berfokus untuk beristirahat saja.

Konter Tune Talk SIM Card.
Konter Digi SIM Card yang tampak tutup pada jam 11 malam.
Escalator menuju konter imigrasi.

Aku melanjutkan langgkah menuju konter imigrasi dan berdiri di salah satu antrian yang menurutku terbilang sepi dari masa normal. Jantungku berdegup lebih kencang, mensinyalir rasa was-was yang mulai unjuk gigi.

Hanya transit, Pak Cik”, aku memulai percakapan dengan petugas imigrasi sembari menyerahkan passport dan e-ticket Uzbekistan Airways kepadanya.

Oooohhh…Transit, nak kemane?”, dia bertanya dengan wajah dingin.

Tashkent, Pak Cik”, jawabku mantap demi memamerkan kepercayaan diri

Oh, sendiri keh….Ada apa disane?”, dia mulai melunak

Peninggalan sejarah Islam, Pak Cik….Ada makam Imam Bukhori di sana, Pak Cik”, aku mulai memamaerkan pesona Uzbekistan yang aku sendiri belum pernah melihatnya.

Oh, ya….Perlu wang berape kesane?”, pertanyaannya mulai menggelitik

Aku berpikir sejenak untu merubah kurs Rupiah ke Ringgit

4.000 sampai 5.000 Ringgit, Pak Cik”, aku masih menatap langit-lagit bandara demi menghitung angka.

Oooooo….Banyaknyeeee”, petugas itu manggut-manggut.

Usai melakukan prosedur pengambilan sidik jari, petugas imigrasi itu mempersilahkan aku keluar dari konter imigrasi.

Aku merasakan bahagia tak terkira ketika bisa memasuki wilayah negara Malaysia tanpa hambatan yang berarti. Satu awalan baik yang mampu memberikan peneguhan hati bahwa dunia ini sudah baik-baik saja.

Melewati bagian akhir pemeriksaan barang, aku sempat menunjuk ke backpack yang kupanggul ketika menatap wajah petugas Aviation Security yang bertugas di screening gate yang terletak di satu area sebelum exit gate.

Dia mengangguk sebagai pertanda aku harus memasukkan backpack di screening gate.

Melaluinya dengan mudah, aku pun melewati exit gate dan memasuki area Gateway@KLIA2.

Oh, Welcome again Kuala Lumpur….

Kisah Selanjutnya—->

Air Asia AK 382 from Kuala Lumpur to Jakarta

<—-Previous Story

Flight Information Display System (FIDS) in front of sleep place.

Entering Friday, around half past five, when the dawn of Malaysia arrived, I sat down to awake from sleep in one of seat row in Transportation Hub located at Gateway@klia2 mall level 1. I was still rubbing my eyes when several other travelers were still snoring around .

I forced my feet to step into the 1st floor mosque which was located outside the terminal building in order to fulfill my obligations to “The Creator” who had given time and funds for an adventure through East Asia….Thank you, God.

My scheduled flight time at seven in the morning made me not dare to budget for breakfast time. I only bought two packaged chocolate buns at a convenience store located next to NZ Curry House as lunch in the plane.

At five o’clock, I went to the check-in desk in 3rd floor of Main Terminal Building to get a boarding pass to Soekarno Hatta International Airport. Shortly after, I headed to the immigration counter to get permission to leave Malaysia. As predicted, everything happened easily and quickly.

Half an hour before boarding, I arrived at the gate and found an Air Asia AK 382 nicely parked in front of it. Shortly after my arrival, the gate was actually opened. I started entering the waiting room after reporting my boarding pass and passport to the ground staff who checked every passenger.

A few minutes later….The pilot, co-pilot and several flight attendants entered the plane to preparing. The bustle of loading in the fuselage, filling avtur and loading inflight meal became a sight that caught my attention at every stage until everything ended well.

The boarding announcement filled the airport ceiling, I immediately queued, then entered the cabin through the aerobridge full of joy because soon my adventure would be over. I found a seat right at the tail of plane. Understandably, this was a cheap ticket which was purchased nine months before the flight.

Since the boarding process, demonstration of flight safety procedures, taxiing, take-off, airborne to cruising, I hadn’t even touched the Travel 360 magazine which was Air Asia’s inflight magazine. Of course I was bored, I had read it many times since the QZ 200 (Jakarta-Kuala Lumpur), AK 170 (Kuala Lumpur-Kaohsiung) and D7 505 (Seoul-Kuala Lumpur) flights. For more than twelve hours during those three flights, I had finished reading the inflight magazine.

After enjoying the packaged chocolate bread, I quickly felt asleep. A sleepless night on last night made my eyes no longer helpless to stay awake while in the air. I was sleeping….and hopefully not snoring……????

I was really asleep until the announcement of plane that would soon land at Soekarno Hatta International Airport woke my eyes. Leaving behind a bit of a headache and taking a little time to clear the eyes, I could see the streaks moving fast out there and watching from the window. The plane was landing…

Spoilers on the wings of plane seemed to stand to help contain the wind speed to stop the fuselage speeding down the runway. Shortly after, the plane started taxiing and stopped in the apron.

Ohh… It was over.

With a faint smile, I left the fuselage via aerobridge and entered the airport building. I immediately went to the immigration counter to certify my passport with an arrival stamp.

After that I immediately went to DAMRI Bus counter to go to the Kampung Rambutan Terminal and went home….

To get flight tickets from Kuala Lumpur to Jakarta, you can search for them 12go Asia with the following link:  https://12go.asia/?z=3283832

THE END

Nine Hours Stopover in Kuala Lumpur International Airport Terminal 2

<—-Previous Story

Landing at KLIA2.

For most travelers, Kuala Lumpur International Airport becomes the most fantastic point to jump into other Asian countries. Of course, the existence of Air Asia’s Low Cost Carrier (LCC) makes it so. Since 2001, Air Asia has been providing travelers with low-cost access to travel around Asia. Thanks to Air Asia, I have stopped at KLIA for 21 times when exploring Asia.

But in this story. it was eighth stopover….Yup, this was the eighth time I set foot in Kuala Lumpur International Airport.

After ten o’clock at night, the giant wheel of Air Asia D7 505 gently touched against KLIA2’s runway. The 5 hour 50 minute journey from Seoul was over. My first impression of tasting the wide body Airbus A330 was really pleasant. Flying across Yellow Sea and East China Sea took place with virtually non-existent turbulence, calm and smooth without a hitch. That was probably one of the advantages of riding a large plane when exploring sky.

After taxiing for a few minutes, Air Asia D7 505 was stopped in apron and as soon as the plane door opened, I entered KLIA2 building via aerobridge. I returned to KLIA2 after ten days before stopping by at it before jump to Kaohsiung, Taiwan. It was such a happy feeling that night because I was already close to home, only 2 hours 15 minutes away by air.

And for me, stopping at KLIA2 would be more convenient if I left immigration counter, because I could find many culinary offerings at Gateway@klia2 mall instead of just sitting in transfer hall.

“Transit, Sir. I want to find food for dinner”, I lightly greeted an immigration officer in front.

“Where are you going?”, he asked while checking my green passport.

“From Seoul, want to go back to Jakarta, Sir”

“Oh…”, He briefly answered and then ordered me to face the camera and do fingerprints. By midnight that night, actually my stomach was already filled with wind because the dinner schedule had long passed. But to complete the schedule, I chose to hasten my steps towards a restaurant. It was NZ Curry House which was an Indian restaurant located at Transportation Hub level 1 Gateway@klia2 mall.

Subscribed restaurant.

(On my last visit at KLIA2 at the end 2019 when I was about to fly to Kochi-India, this restaurant area was undergoing renovations, either closed or just being repaired).

The mainstay menu which I often order when I stopped at this restaurant was “Nasi Lemak” with boiled eggs and a cup of hot O tea. For that menu, I usually only spend 6.5 Ringgit.

While tasting spoon by spoon of Nasi Lemak, I understood that after that I would only spend the night on the 1st floor while waiting for tomorrow to arrive. Therefore, I wasn’t in a hurry to eat my simple dish.

After eating, I took the time to change into a t-shirt in the toilet near restaurant and then went up for a while to level 2 to look for souvenirs at Jaya Grocer. For me, KLIA2 was also a favorite place to look for souvenirs if I didn’t have time to stop by in downtown, the halalness of Malaysian products, which were 61% of its citizen was Muslim, was a guarantee in itself. My main shopping target was the packaging of “Teh Tarik Aik Cheong” so I could enjoy it in my working days in my homeland’s capital. A package of Teh Tarik Aik Cheong contained 15 sachets I redeemed for 13 Ringgit that night.

After I got souvenirs, I immediately looked for a spot to lay down in 1st floor because that time had touched the dawn and my eyes had also turned red as if asking me to immediately close them.

Shortly after choosing, there were rows of empty seat in 1st floor in a corner of hall. After acquiring it, I felt half asleep on it until dawn.

However, I deserved to be grateful for KLIA2’s presence in my long history of traveling around Asia.

Next Story—->

Menuju KLIA2 dari KL Sentral

<—-Kisah Sebelumnya

Akan sedikit lebih lama menempuh jalur gratis menuju penginapan dibandingkan menunggangi LRT Laluan Kelana Jaya. Tetapi demi menebus ketiadaan Ringgit, aku memutuskan untuk mengeteng saja dan memanfaatkan jasa Go KL City Bus.

Bergegas meninggalkan KLCC Park, aku melangkah menuju halte bus KLCC yang terletak tepat di depan Suria KLCC. Tiba di bawah naungan halte, deretan armada “Perkhidmatan Bas Percuma*1)” jalur hijau  telah menunggu para penumpangnya.

Aku menunggangnya untuk menggapai titik pertukaran antar jalur, yaitu halte bus Pavilion. Dari situlah aku akan menangkap Go KL City Bus jalur ungu demi menggapai Pasar Seni Bus Hub, halte bus terdekat dari penginapanku, yaitu The Bed Station.

—-****—-

Mengendap-endap curang, aku menaiki tangga The Bed Station dengan penuh harap tak terpergok resepsionis ketika melintas di depan pintunya. Itu karena aku sudah men-check out masa inapku tadi pagi, tetapi kali ini, aku memaksakan diri untuk mandi di kamar mandi bersama lantai 3.

Aku sukses melewati ruang resepsionis di lantai 2, sekelebat kulihat staff resepsionis itu sedang sibuk melayani tamu-tamu penginapan yang tampak berdatangan, memang aku tiba ketika masa-masa check-in telah dibuka.

Bergerak cepat, aku segera mandi untuk meluruhkan segenap keringat setelah sedari pagi tadi berkeliling kota.

Begitu selesai berbasuh, aku segera turun ke meja reception untuk mengambil backpack yang telah kuititipkan sedari pagi.

Penuhnya antrian di meja resepsionis membuatku tak terlihat ketika baru turun dari lantai atas yang sebetulnya sudah bukan menjadi hak bagiku untuk menaikinya lagi, apalagi untuk beraktivitas apapun di lantai itu….Dasar, Donny.

—-****—-

Berhasil mendapatkan backpack, aku bergegas melangkah menuju Stasiun LRT Pasar Seni yang berjarak hanya 200 meter dari penginapan.

Begitu tiba, aku bergegas menuju automatic vending machine untuk bertukar 1,3 Ringgit dengan token bulat berwarna biru. Token itulah yang akan menggaransiku untuk bisa berpindah menuju KL Sentral.

LRT Laluan Kelana Jaya bergerbong empat tiba menjemputku di platform lantai dua, untuk kemudian aku larut dalam putaran roda kereta menuju KL Sentral yang jaraknya tak berselang satu stasiun pun.

Dalam 15 menit,  aku tiba di KL Sentral….

Menuruni escalator aku tiba di lantai satu dan tanpa berfikir panjang segera bergegas menuju basement level. Aku punya satu keuntungan bahwa segenap denah KL Sentral telah kuhafal di luar kepala, setidaknya sudah tujuh kali aku menyambangi transportation hub kenamaan Negeri Jiran tersebut. Hal itulah yang membuatku dengan mudah menggapai konter penjualan tiket Aerobus.

Aerobus adalah transportasi dari KL Sentral ke Kuala Lumpur International Airport Terminal 2 (KLIA2) yang menawarkan perjalan murah jika dibandingkan menggunakan taksi, kereta KLIA Transit ataupun KLIA Ekspres.

Aku menyerahkan 12 Ringgit untuk mendapatkan selembar tiket menuju bandara.

—-****—-

Seperempat jam lewat dari pukul empat sore….

Setelah menempuh perjalanan 45 menit, aku tiba di lantai 1 Kuala Lumpur International Airport Terminal 2. Aku diturunkan di salah satu platform di transportation hub di Gateway@klia2..

Walaupun penerbanganku akan berlangsung pukul sembilan malam, hal itu tak menyurutkan langkahku untuk segera menuju lantai 3 untuk melihat informasi penerbangan lebih detail. Seperti biasa, aku selalu detail dan strict perihal jadwal terbang, setidaknya sore itu aku harus mengetahui di check-in desk nomor berapa aku akan menukar e-ticket dengan boarding pass serta di gate berapa pesawatku akan di lepas.

Senyum tipis tak bisa kusembunyikan dari bibir ketika aku berhasil mendapatkan informasi itu di LCD raksasa lantai 3.

Jam 17:20, ternyata….”, aku membatin ketika mengetahui kapan check-in desk akan dibuka.

Aku memutuskan untuk melakukan shalat jamak takhir di surau lantai 2 dan tentu berencana mencari makan malam setelahnya.

Tak seperti biasanya ketika aku mencari makan di KLIA2. Sore itu restoran langganan yang menyajikan makanan murah khas India sedang tutup. Adalah NZ Curry House yang lokasinya tertutp oleh papan-papan renovasi..

Tapi aku tak ambil pusing….

Pada 2015, aku pernah makan di sebuah food court yang berlokasi di lantai 2M. Aku sedikit lupa posisi food court itu. Tapi aku berniat mencarinya hingga ketemu. Ada restoran ala padang yang menawarkan makanan murah di food court tersebut.

Itu dia….”, aku bersorak dalam hati ketika melihat food court itu dari kejauhan.

Quizinn by RASA….”, aku melafal nama medan selera*2) tersebut.

Restoran Padang Kota Group….”, yupzzz aku melihat restoran yang kucari.

Kiranya tak bisa berlama-lama, aku menuju restoran ala padang itu kemudian mencari menu sesuai dengan kondisi dompet. Inilah saat dimana Ringgitku akan habis.

Lima belas menit sebelum check-in akhirnya aku bisa menikmati seporsi nasi seharga 5,9 Ringgit. Inilah nasi yang kumakan setelah terakhir aku memakannya kemarin siang.

Lantai 2 Gateway@klia2.
Pemandangan dari Gateway@klia2 Lantai 2M.
Beberapa restoran di Gateway@klia2.
Nah, itu dia Quizinn by RASA food court.
Menuku malam itu: Nasi putih, telur rebus kandar dan sayuran.

Mengambil sebuah tempat duduk, aku menikmati makan malam itu dengan khusyu’ untuk kemudian bersiap diri melakukan penerbangan lagi.

Apakah aku akan pulang?….

Tidak….Justru petualangan sesungguhnya baru akan dimulai.

Aku akan terbang menuju sebuah kota di selatan India….KOCHI.

Kisah Selanjutnya—->

Keterangan kata:

Perkhidmatan Bas Percuma*1 = Layanan Bus Gratis

Medan Selera*1) = food court.

Air Asia AK 382 dari Kuala Lumpur ke Jakarta

<—-Kisah Sebelumnya

Flight Information Display System (FIDS) di depan tempatku tidur.

Memasuki Jum’at, sekitar jam setengah lima, waktu subuh Malaysia tiba, aku terduduk mengumpulkan nyawa di salah satu deret bangku di Tranportation Hub yang berlokasi di Gateway@klia2 mall level 1. Aku masih mengucek mata ketika beberapa pejalan lain masih saja mendengkur di sekitar.

Aku memaksakan kaki untuk melangkah ke surau lantai 1 yang terletak di luar bangunan terminal demi menunaikan kewajiban pada Sang Pencipta yang telah menganugerahkan waktu dan dana buat berpetualang menembus Asia Timur….Terimakasih ya Allah.

Waktu penerbangan yang dijadwakan pukul tujuh pagi membuatku tak berani menganggarkan waktu bersarapan. Aku hanya membeli dua roti cokelat kemasan di sebuah minimarket yang terletak di sebelah NZ Curry House sebagai bekal di pesawat nanti.

Pukul lima, aku sudah menuju check-in desk di lantai 3 Main Terminal Building untuk mendapatkan boarding pass menuju Soekarno Hatta International Airport. Tak lama kemudian, aku menuju konter imigrasi untuk mendapatkan izin keluar dari Malaysia. Sesuai prediksi, semua berlangsung dengan mudah dan cepat.

Setengah jam sebelum boarding pun aku tiba di gate dan memergoki Air Asia AK 382 terparkir manis di depannya.Tak lama dari kedatanganku, gate pun benar-benar dibuka. Aku mulai memasuki ruang tunggu setelah melaporkan boarding pass dan paspor pada ground staff yang memeriksa setiap penumpang.

Beberapa menit selanjutnya….Pilot, co-pilot dan beberapa pramugari-pramugara memasuki pesawat untuk bersiap. Kesibukan loading di lambung pesawat, pengisian avtur dan inflight meal loading menjadi pemandangan yang menarik perhatianku dalam setiap tahapnya hingga semuanya usai dengan baik.

Pengumuman boarding pun memenuhi langit-langit bandara, aku segera mengantri, lalu memasuki kabin melalui aerobridge penuh rasa sumringah karena tak lama lagi petualanganku akan usai. Aku menemukan tempat duduk persis berada di ekor pesawat. Maklum, ini tiket murah meriah yang terbeli sejak sembilan bulan sebelum penerbangan.

Semenjak proses boarding, peragaan prosedur keselamatan penerbangan, taxiing, take-off, airborne hingga cruising, aku tak sekalipun menyentuh majalah Travel 360 yang merupakan inflight magazinenya Air Asia. Tentu saja bosan, aku telah berkali kali membacanya semenjak penerbangan QZ 200 (Jakarta-Kuala Lumpur), AK 170 (Kuala Lumpur-Kaohsiung) dan D7 505 (Seoul-Kuala Lumpur).  Dua belas jam lebih selama ketiga penerbangan itu aku sudah khatam membaca inflight magazine itu.

Usai menikmati roti coklat kemasan, aku terlelap dengan cepatnya. Tidur yang tak lelap semalam membuat mataku tak lagi berdaya untuk terjaga selama di udara. Aku tidur….dan mudah-mudahan tak mendengkur……????

Aku benar-benar lelap hingga pengumuman pesawat yang akan segera mendarat di Soekarno Hatta International Airport membangunkan mata. Meninggalkan sedikit pening dan mengambil sedikit waktu untuk menjernihkan mata, terlihat garis-garis bergerak cepat di luar sana dan terpantau dari jendela. Pesawat sedang landing…..

Spoiler di sayap pesawat tampak berdiri membantu menahan laju angin untuk menghentikan badan pesawat yang melaju kencang di landasan. Tak lama kemudian pesawat mulai melakukan taxiing dan merapat di apron.

Ahhh…usai sudah.

Dengan senyum tipis, aku meninggalkan badan pesawat melalui aerobridge dan memasuki bangunan bandara. Aku segera menuju konter imigrasi untuk mengesahkan paspor dengan arrival stamp.

Setelahnya aku segera menuju konter Bus DAMRI demi menuju Terminal Kampung Rambutan dan pulaaangggg…..

Untuk mendapatkan tiket penerbangan dari Kuala Lumpur ke Jakarta, Anda bisa mencarinya di 12go Asia dengan link berikut:  https://12go.asia/?z=3283832

TAMAT

Sembilan Jam Singgah di Kuala Lumpur International Airport Terminal 2

<—-Kisah Sebelumnya

Mendarat di KLIA2.

Bagi sebagian besar pengelana, Kuala Lumpur International Airport menjadi titik paling aduhai untuk melompat ke negara asia lainnya. Tentu keberadaan maskapai Low Cost Carrier (LCC) Air Asia yang membuatnya demikian. Sejak 2001, Air Asia telah memberikan akses murah bagi para pejalan untuk berkeliling Asia. Berkat Air Asia pula sudah 21 kali aku menyinggahi KLIA selama menjelajah Asia.

Tapi dalam kisah ini adalah delapan….Yups, ini kali kedelapan aku menjejakkan langkah di Kuala Lumpur International Airport.

Lewat jam sepuluh malam, roda raksasa Air Asia D7 505 berdebam lembut menyentuh KLIA2. Perjalanan 5 jam 50 menit dari Seoul pun usai sudah. Kesan pertamaku mencicipi pesawat berbadan lebar Airbus A330 sungguh menyenangkan. Terbang melintasi Laut Kuning dan Laut China Timur berlangsung dengan turbulensi yang bisa dianggap tiada, tenang dan mulus tanpa hambatan. Itu mungkin salah satu keuntungan menunggang pesawat berbadan besar ketika menjelajah angkasa.

Usai taxiing beberapa menit, Air Asia D7 505 pun merapat di apron dan sesaat setelah pintu pesawat terbuka, aku pun memasuki bangunan KLIA2 melalui aerobridge. Aku kembali menjejak KLIA2 setelah sepuluh hari sebelumnya menyinggahinya untuk melompat ke Kaohsiung, Taiwan. Sungguh perasaan yang membahagiakan malam itu karena aku sudah berada dekat dengan rumah, hanya 2 jam 15 menit jauhnya lewat udara.

Dan bagiku singgah di KLIA2 akan lebih afdol jika keluar dari konter imigrasi, karena aku bisa menemukan banyak sajian kuliner di Gateway@klia2 mall daripada hanya berdiam diri di transfer hall.

Transit Pak Cik, ingin cari makan malam”, sapa ringanku pada seorang petugas imigrasi di hadapan.

Dari mane mau kemane?”, tanyanya sambil memeriksa paspor hijauku.

Dari Seoul, mau pulang ke Jakarta, Pak Cik

Oh…”, jawabnya singkat lalu mempersilahkanku untuk menghadap kamera dan melakukan sidik jari.

Menjelang tengah malam itu, sebetulnya lambungku sudah lebih dahulu dipenuhi oleh angin karena jadwal makan malam sudah lama lewat.Tetapi untuk melengkapi jadwal itu, aku memilih untuk menyegerakan langkah menuju tempat makan langganan. Adalah NZ Curry House yang merupakan restoran India yang terletak di Transportation Hub level 1 Gateway@klia2 mall.

Restoran langganan.

(pada kunjungan terakhirku di KLIA2 di akhir 2019 saat akan terbang ke Kochi-India, area restoran ini sedang mengalami renovasi, entah tutup atau sekedar diperbaiki).

Menu andalan yang sering kupesan ketika singgah di restoran ini adalah adalah nasi lemak dengan telur rebus serta secangkir teh O panas. Untuk menu tersebut biasanaya aku hanya mengeluarkan uang sebesar 6,5 Ringgit.

Sembari mengecap suap demi suap nasi lemak itu, aku faham bahwa setelahnya aku hanya akan menghabiskan malam di lantai 1 sambil menunggu esok tiba. Oleh karenanya, aku tak terburu-buru dalam menyantap hidangan sederhana itu.

Usai makan, aku menyempatkan berganti t-shirt di toilet dekat restoran dan kemudian naik sebentar ke level 2 untuk mencari oleh-oleh di Jaya Grocer. Bagiku, KLIA2 juga menjadi tempat favorit untuk mencari oleh-oleh jika tak sempat menyinggahi kota, kehalalan produk Malaysia yang 61% berpenduduk muslim menjadi jaminan tersendiri. Target utama belanjaku adalah kemasan Teh Tarik Aik Cheong untuk bisa kunikmati pada hari-hari bekerjaku di Ibu Kota nanti. Satu kemasan Teh Tarik Aik Cheong berisi 15 sachet kutebus dengan 13 Ringgit malam itu.

Setelah oleh-oleh kudapatkan, aku segera mencari spot untuk merebahkan diri di lantai 1 karena waktu telah menyentuh dini hari dan mata juga telah memerah seakan memintaku untuk segera memejamkannya.

Tak lama memilih, terlihat deret bangku kosong di Lantai 1 di sebuah pojok hall. Usai mengakuisisi, aku tertidur setengah lelap diatasnya hingga subuh nanti tiba.

Bagaimanapun itu, aku pantas berterimakasih pada keberadaan KLIA2 dalam sejarah panjang perjalananku berkeliling Asia.

Kisah Selanjutnya—->

Bus from KLIA2 to KL Sentral

KLIA2 is the most popular airport terminal for travelers to visit to Malaysia. So, if you are one of them, your chances to landing on KLIA2 (Terminal 2) will be higher than landing on KLIA (Terminal 1). This is because LCC (Low Cost Carrier) aircraft such as Air Asia and Scoot Air will land on KLIA2.

Of course, you will go to Kuala Lumpur downtown after landing. There are three choices of transportation modes which can be used, namely taxi, KLIA Express train and airport bus. Now, back to the opportunity, then the most chance which will be used by travelers is using airport bus because this transportation mode is the cheapest one. Here’s the comparison:

KLIA2 to KL Sentral.

1. Using taxi = USD 22.8

2. Using KLIA Express train = USD 14.2

3. Using airport bus = USD 3.1 (the most cheapest)

Therefore, I need to write my journey story when using airport bus from KLIA2 to Kuala Lumpur downtown, which passengers will be dropped off at KL Sentral.

Long time before, I had also written about my trip using Airport Coach from KLIA to KL Sentral. You can see it in the following link:

Bus from KLIA to KL Sentral, Malaysia

Now, I will write my trip from KLIA2 to KL Sentral. Here’s the story:

On exactly 9:15 hours, I passed KLIA2 immigration counter. Early morning flight didn’t provide me an opportunity even if only just eating an omlet like my usual day at home. This made my stomach was very hungry after arriving at KLIA2.

A moment later, I sat at HomeTown Hainan Coffee on 2nd floor of Gateway @ KLIA2 mall. Eating 2 half-cooked eggs for USD 1.5 made my stomach which continued to rebel slightly calm .

Its cool name is Omega Half Boiled Eggs….Hahaha.

Three restaurant waitresses were closely watching me when I pulled out many sheets of 1 Malaysian Ringgit. Yes, I asked for 50 sheets to DolarAsia money changer at Melawai Street, South Jakarta when exchanging money. Hahaha….Swear, I was really embarrassing five years ago.

Heading to 1st floor which is location of KLIA2 Transportation Hub. Then I hurried to Aerobus ticket sales counter.

Use that elevator!
Those are taxi and bus ticket sales counter at KLIA2.

At that time, Aerobus ticket fare (on 2014) was USD 1.2. But last time when I went to KLIA2 again in April 2019, this bus fare was already at USD 2.6.

Ticket fare have double increased after 5 years.

I waited for Aerobus Express at platform no A05 on 15 minutes before departure time. Positively thing of this bus is its time accuracy. Besides Aerobus Express, another bus company which operating on this route is Aerosky Ventures or better known as Skybus.

Aerobus which came on platform no A05.

Only needed to show ticket which I had bought then bus staff would tore driver copy part of ticket. Every time I take a bus in Malaysia, for some reason I really like to taking a back seat. Sitting in the back might be more free for me to observe around.

Entering aerobus….sat at back.

Aerobus would run to KL Sentral via MEX (Maju Expressway) Toll Road. 50 minutes trip that I spent for watching situation of Selangor state streets.

Approaching the end of trip, bus slowly entered to Stesen Sentral road to stop at KL Sentral.

Do you know KL Sentral, right? It stands for Kuala Lumpur Sentral which is main train station in Kuala Lumpur and the largest train station in Southeast Asia. Located in Brickfields area and integrated with shopping centres, hotels, offices and condos.

Bus shelter with KL Sentral to KLIA/KLIA2 route is located in KL Sentral Basement. Here is the shelter:

Aerobus/Skybus Shelter at KL Sentral.
Aerobus and Skybus which were taking passengers at KL Sentral.

From Basement, I only needed to go up by escalator to 1st floor to reached gate which headed to commuter and LRT platform.

I was already at gate and getting ready for Batu Caves.

For some transportation modes from KLIA2 to KL Sentral, you can get the ticket at 12Go Asia or at following link: https://12go.asia/?z=3283832

Bus dari KLIA2 ke KL Sentral

<—-Kisah Sebelumnya

KLIA2 adalah terminal paling populer bagi para traveler untuk menyinggahi Malaysia. Jadi, jika kamu satu di antara mereka maka peluangmu untuk mendarat di KLIA2 (Terminal 2) akan lebih tinggi dari pada mendarat di KLIA (Terminal 1). Hal ini dikarenakan pesawat LCC (Low Cost Carrier) semacam Air Asia dan Scoot Air akan mendarat di KLIA2.

Tentu kamu akan menuju ke pusat kota Kuala Lumpur setelah mendarat. Ada tiga pilihan moda transportasi yang bisa digunakan, yaitu taxi, KLIA Express train dan airport bus. Nah kembali lagi ke peluang, maka peluang terbanyak yang akan dipakai para traveler adalah menggunakan bus karena tarif paling murah tentu menggunakan moda transportasi ini. Berikut perbandingannya:

KLIA2 ke KL Sentral.

1. Naik taxi = Rp. 308.000

2. Naik KLIA Express train = Rp. 193.000

3. Naik airport bus = Rp. 42.000 (tarif termurah)

Oleh karena itu, aku perlu menuliskan kisah perjalananku menggunakan airport bus dari KLIA2 menuju ke tengah kota Kuala Lumpur yang pada umumnya penumpang akan diturunkan di KL Sentral.

Jauh sebelumnya, aku juga pernah menulis tentang perjalanan menggunakan Airport Coach dari KLIA ke KL Sentral. Kamu bisa melihatnya di link berikut:

Bus dari KLIA ke KL Sentral, Malaysia

Nah sekarang saatnya kutulis perjalanan dari KLIA2 ke KL Sentral. Berikut ceritanya:

Tepat pukul 09:15, aku melewati konter imigrasi KLIA2. Penerbangan pagi hari yang tak memberikan kesempatan walau hanya sekedar menyantap omlet seperti hari biasaku di rumah. Hal ini membuat perut langsung keroncongan begitu tiba di KLIA2.

Sejurus kemudian aku hinggap di HomeTown Hainan Coffee di lantai 2 Gateway @KLIA2 mall. Menyantap 2 butir telur setengah matang seharga Rp. 21.000 sedikit menenangkan perut yang terus memberontak.

Nama kerennya Omega Half Boiled Eggs….Hahaha.

Tiga pelayan resto pun memperhatikan lekat-lekat ketika aku mengeluarkan segepok lembaran 1 Ringgit Malaysia. Ya, aku meminta 50 lembar MYR 1 ke money changer DolarAsia Jalan Melawai, Jakarta Selatan saat menukar uang. Hahaha….Sumpah, aku ndeso banget ya lima tahun lalu.

Menuju lantai 1 yang merupakan letak dari Transportation Hub KLIA2. Kemudian aku bergegas menuju konter penjualan tiket Aerobus.

Pakai lift itu ya !
Itu adalah konter penjualan tiket taxi dan bus di KLIA2.

Tarif Aerobus kala itu (tahun 2014) adalah sebesar Rp. 17.5000. Tetapi terakhir aku ke KLIA 2 lagi pada April 2019 tarif bus ini sudah di angka Rp. 35.000.

Tarif sudah naik 2 kali lipat setelah 5 tahun.

Aku menunggu Aerobus Express di platform A05 pada 15 menit sebelum waktu keberangkatan. Keunggulan bus ini adalah ketepatan waktunya. Selain Aerobus Express, perusahaan bus lain yang beroperasi untuk rute ini adalah Aerosky Ventures atau lebih dikenal dengan nama Skybus.

Aerobus yang datang di platform A05.

Hanya perlu menunjukkan tiket yang sudah kubeli kemudian petugas merobek bagian driver copy dari tiket itu. Setiap naik bus di Malaysia, entah kenapa aku sangat suka mengambil bangku paling belakang. Duduk di belakang mungkin lebih leluasa untuk mengamati sekitar.

Memasuki aerobus….Paling belakang.

Aerobus akan berjalan menuju KL Sentral melalui MEX (Maju Expressway) Toll Road. Perjalanan selama 50 menit kuhabiskan dengan melihat suasana jalanan negara bagian Selangor.

Mendekati akhir perjalanan, perlahan bus merangsek ke jalan Stesen Sentral untuk merapat ke KL Sentral.

Kamu tahu kan KL Sentral?. Kepanjangannya adalah Kuala Lumpur Sentral yang merupakan stasiun kereta api utama di Kuala Lumpur dan merupakan stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara.  Terletak di daerah Brickfields dan terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran dan kondominium.

Shelter bus dengan jurusan KL Sentral ke KLIA/KLIA2 ini terletak di Basement KL Sentral. Ini dia shelternya:

Shelter Aerobus/Skybus di KL Sentral.
Aerobus dan Skybus yang sedang mengambil penumpang di KL Sentral.

Dari Basement, aku hanya perlu naik melalui escalator ke lantai 1 untuk mencapai gate menuju ke platform kereta komuter dan LRT.

Aku sudah berada di platform dan bersiap menuju Batu Caves.

Untuk beberapa moda transportasi dari KLIA2 ke KL Sentral, kamu bisa mendapatkan tiketnya di 12Go Asia atau di link: https://12go.asia/?z=3283832

Kisah Selanjutnya—->