Batang Arau, Jembatan Siti Nurbaya dan Boeing 737 MAX 8

Dengarkan Manusia  yang Terasah oleh Falsafah

Sesaat Katanya itu bukan Dogma

(Cukup Siti Nurbaya oleh Dewa 19, tahun 1995)

Miniatur digital kuda besi berwarna putih terus mendekat dalam aplikasi tenar. Akibatnya, payung motif pelangi harus kugerai dan sekejap kemudian kaki melangkah di trotoar. Aku bersiap memasuki Avanza putih.

T-shirt yang sudah keburu lembab, beberapa bagian backpack yang sudah terlanjur kuyup, dipadu dengan semburan hawa dingin AC taksi online membuat kondisi dudukku tak nyaman sama sekali. Semua akibat sifat maruk, ingin menghabiskan sisa waktu enam puluh menit untuk menambah koleksi destinasi. Walau sebenarnya, jika kufikir lebih dalam, itu tak terlalu penting sama sekali….Hahaha.

Driver    :     “Hujan deras gini nekad ke jembatan, Da?

Aku        :     “Iya da, penasaran doang

Driver    :     “Tapi memang, tempat itu banyak yang ngunjungin kok, Da. Pemandangan Sungai Batang Araunya rancak bana, Da

Aku :     “Nah makanya itu, Da

Sungai Batang Arau berlatar Gunung Padang di ujungnya.

Entahlah, kenapa sore itu, peristiwa gempa padang pada tahun 2009 terus menjejal kapasitas otakku. Driver terus kukorek perihal kisah dibalik tragedi itu. Apa yang terjadi setelah guncangan? Serupa apakah kepanikan sesudahnya?. Dia menjelaskan bahwa air laut telah surut kala itu, “Pertanda kami siap dihajar tsunami, Da”, ucapnya tersendat. Masyarakat telah pasrah dalam do’a, setiap orang sudah siap menghadapi akhir takdir. Beruntung bencana itu tak sungguh terjadi.

Jembatan berusia 18 tahun.

Dalam dua puluh menit, taksi online telah selesai melintas jembatan yang kutuju. Tak berhenti, tapi memilih menghabiskan putaran kecil di ujungnya dan baru kemudian menurunkanku tepat di tengah jembatan itu.

Meminjam nama wanita yang melegenda di tanah Minang, wujud jembatan ini sangat mudah terekam memori kepala. Tiang-tiang hitam kuning dengan lampu bulat warna putih susu di ujungnya, gagah mengangkangi Sungai Batang Arau yang memiliki lebar sekitaran 160 meter, berlatar perbukitan nan hijau serta berornamen perahu-perahu tradisional yang tertambat di sepanjang sungai….Sungguh molek aduhai.

Para peniaga jagung bakar tampak bersiap  diri dengan lapak mininya. Andai aku bisa bertahan hingga gelap tiba, mungkin akan kunikmati pesta kuliner jalanan di atas jembatan Siti Nurbaya itu. Sayang waktuku tak lama.

Rencana selanjutnya adalah aku akan mempercepat waktu santap malam sebelum tiba di pelabuhan udara, demi berhemat tentunya. Kupilih Warung Nasi Kapau Bandar Damar untuk mengeksekusi rencana itu. Setelahnya aku segera menuju Minangkabau International Airport, menjemput Lion Air JT 257 yang berjadwal terbang pukul 21:20.

Nanti akan kuceritakan bagaimana penerbangan pertamaku bersama Boeing 737 MAX 8, kesempatan terindah merasakan sensasi terbang bersamanya sebelum pesawat jenis ini dipensiunkan setelah kecelakaan Lion Air JT 610 yang mengharu biru di perairan Tanjung Pakis, Karawang yang disusul dengan kecelakaan serupa pada Ethiopian Airlines ET 302 di lahan pertanian kota Bishoftu,

Itulah kisah inspeksi kilatku di Jembatan Siti Nurbaya.

Kalau ke Padang, jangan lupa mengunjunginya ya !

Kisah Selanjutnya—->

Batang Arau, Siti Nurbaya Bridge and Boeing 737 MAX 8

Dengarkan Manusia  yang Terasah oleh Falsafah

Sesaat Katanya itu bukan Dogma

(Cukup Siti Nurbaya by Dewa 19, year 1995)

White iron horse” digital miniature continued to approaching in a popular application. As a result, I had to open my rainbow motif umbrella and in a moment my feet stepped on the sidewalk. I got ready for entering white Avanza (a brand name of Toyota in Indonesia).

T-shirts which were already getting damp, some parts of backpack which were already soaking wet, combined with AC cold bursts of online taxi made my condition was uncomfortable at all. All due to my desire that wanted to spend the remaining sixty minutes to add my destination collection. Though actually, if I thought deeper, it didn’t really matter at all….Hahaha.

Driver    :     “Heavy rain like this, why do you impose yourself to go to the bridge, Uda?

Me        :     “Yes Uda, just curious

Driver    :     “But indeed, there are a lot of people who visiting that place, Uda. The view of Batang Arau River is very beautiful

Me :     “So that’s why, Uda

Batang Arau River has Mount Padang background at its end.

I didn’t know why that afternoon, Padang earthquake in 2009 continued to fulfill my brain capacity. I continued to investigate the driver about the story behind tragedy. What happened after earthquake shocks? What did the panic look like afterward? He explained that sea water had receded at that time. “This is a sign that we are ready to be hit by a tsunami, Uda“, he said choked up. People had resigned in prayer, everyone were ready to face the end of destiny. Luckily the disaster didn’t really happen.

18 year old bridge.

Within twenty minutes, the online taxi had crossed the bridge which I was aiming for. Not stopping, but he chose to pass a small u-turn at the end and then lowered me right in the middle of bridge.

Borrowing legendary woman name in Minang land, this bridge form is very easily recorded in memory. Yellow black poles with milky white lamps at its top, straddling Batang Arau River which has a width of about 160 meters, with green hills background and traditional ornament boats moored along the river…. Really beautiful.

Roasted corn traders seemed to prepare their mini stalls. If I could stay until dark, maybe I would enjoy a street culinary party over Siti Nurbaya bridge. Unfortunately my time wasn’t long.

The next plan is, I would quicken dinner time before arriving at airport, for saving my budget, of course. I chose “Warung Nasi Kapau Bandar Damar” to execute the plan. After that I immediately went to Minangkabau International Airport, catching Lion Air JT 257 which was scheduled to fly at 21:20.

Later, I will tell you how about my first flight with Boeing 737 MAX 8, the most beautiful opportunity to feel flying sensation with it before this aircraft type was grounded after Lion Air JT 610 crash in Tanjung Pakis waters, Karawang, Indonesia which was followed by a similar accident on Ethiopian Airlines ET 302 on farm land, Bishoftu city.

That was my quick journey story in Siti Nurbaya Bridge.

If you go to Padang, don’t forget to visit it!