Menyeruput Kopi Robusta di Warung Kopi Asiang

Tetap saja, aku menyantap Es Krim Angi dengan penuh rasa khawatir akan kemuingkinan mengalami penularan COVID-19 saking penuhnya pengunjung di warung es krim. Tapi apapun itu, aku masih saja bisa menikmati kelembutan es krim ternama tersebut.

Usai membayar es krim yang kupesan di kasir, aku segera keluar dari keramaian warung dan mengambil posisi berdiri di pinggir jalan.

Aku memutuskan kembali untuk memesan transportasi online menuju barat sejauh dua kilometer. Kali ini aku dihantarkan oleh seorang pengemudi berdarah Madura. Tetapi toh tetap saja, karena semenjak kecil sudah lahir di Pontianak maka dia susah berbahasa Madura.

Memahami bahwa aku akan menuju ke sebuah destinasi kuliner yang melegenda di kotanya maka dia pun mulai membuka sebuah cerita. Diceritakan dahulu bahwa sepanjang jalan yang kulewati adalah berasal dari sebuah kanal yang diurug untuk dijadikan jalanan.

Aku sendiri dibawanya menyusuri tiga ruas jalan berbeda yaitu Jalan Sultan Abdurrahman, berlanjut ke Jalan Teuku Umar dan Jalan Diponegoro. Dan aku melihat memang di sepanjang ketiga jalan itu terdapat kanal memanjang yang menyejajarinya. Mungkin kanal yang diurug menurut cerita si pengemudi online itu adalah kanal yang kulihat dengan cukup jelas di sepanjang Jalan Diponegoro.

Sedangkan Warung Kopi Asiang terletak di seberang kanal, tepatnya di Jalan Merapi yang merupakan jalan cabangan dari Jalan H. Agus Salim.

Warung Kopi Asiang diceritakannya sebagai sebuah warung kopi yang asalnya dibuka hanya untuk melayani para tenaga dan pengunjung pasar. Kala itu Asiang sang pemilik masihlah sangat muda.

Lambat laun warung kopi itu semakin ramai dan makmurlah Warung Kopi Asiang mulai saat itu. Untuk mempertahankan orisinalitasnya maka Asiang tak pernah mau membuka warung kopi cabang dimanapun. Jadi sudah bisa dipastikan bahwa Warung Kopi Asiang hanya ada satu di seluruh penjuru Pontianak.

Harusnya Bang Donny berkunjung ke Warung Kopi Asiang saat pagi bersamaan dengan riuhnya para pedagang yang berjualan di pasar. Karena saat pagi hari, Koh Asiang akan datang ke warung dan melakukan demo pembuatan kopi khasnya. Dia akan menyeduh kopi dengan bertelanjang dada di hadapan para pengunjung warung”, pengemudi itu memberi saran.

Aku mengiyakan saja karena toh aku hanya punya waktu di saat siang itu untuk melakukan eksplorasi. Mungkin suatu saat nanti kalau ada waktu lagi berkunjung ke Pontianak, aku akan menyambangi warung kopi itu pagi-pagi sesuai anjurannya.

Dalam waktu tak lebih dari sepuluh menit aku sampai.

Begitu terpesonanya aku ketika pertama kali tiba. Bagaimana tidak, seluruh bangku di warung kopi itu telah penuh. Tak hanya para pengunjung berumur, tetapi para penikmat kopi dari kalangan muda usia juga hadir di sana. Ini bukti bahwa Kopi Asiang bisa diterima oleh semua kalangan.

Melihatku berdiri cukup lama sembari berharap segera ada pengunjung yang selesai menyeruput kopinya lalu meninggalkan bangku maka seorang pelayan warung datang menghampiriku. Setelah tahu bahwa kedatanganku untuk menikmati kopi di warungnya maka dia berinisiatif mengambil kursi beserta meja plastik dan ditempatkannya di halaman ruko kecil di sebelah Warung Kopi Asiang. Ruko itu tampaknya memang sedang tutup. Maka di halaman ruko itulah aku akan menikmati secangkir Kopi Asiang.

Lagi dibuatin kopi sama si kakak…
Penuh kan?…..Ckckckck.
Kopi Robusta penutup eksplorasi hari itu.

Walaupun kopi susu tampak menjadi pilihan favorit para pengunjung, toh aku lebih memilih meyeruput kopi robusta yang konon sangat terkenal cita rasanya di warung kopi berusia 64 tahun ini. Beruntung aku tiba dua jam sebelum warung tutup sehingga aku merasa tak terburu waktu untuk menyeruput kopi.

Saking menikmatinya, waktu satu setengah jam pun menjadi tak terasa ketika duduk di warung itu. Perlahan pengunjung satu per satu menyudahi kunjungannya. Kebetulan kopi di cangkirku hanya tinggal satu atau dua seruputan saja. Aku pun berniat sama untuk menyudahi wisata gastronomi tersebut.

Membayar secangkir kopi robusta dengan Rp. 6.000 akhirnya aku menyudahi petualangan sore itu dan berniat untuk segera kembali ke hotel.

Mencicip Lembutnya Es Krim Angi

Aku baru saja usai menyantap Bubbor Paddas di sebuah bangku milik Warong Pa’ Ngah. Sembari duduk untuk menurunkan makanan ke lambung, jemariku mulai lincah berselancar di sebuah aplikasi berbasis denah untuk mencari keberadaan sebuah sajian kuliner lain yang terkenal di Pontianak.

—-****—-

Kembali ke malam sebelumnya….

Keberadaanku di Pontianak akhirnya diketahui oleh salah satu pimpinan perusahaan tempatku bekerja. Karena beliau berasal dari Pontianak, maka sudah barang tentu beliau memahami seluk beluk, budaya dan kuliner Kota Khatulistiwa tersebut.

Salah satu kuliner terkenal yang direkomendasikan oleh beliau untuk kucicipi adalah Es Krim Angi yang kini lokasi outletnya sedang kucari di layar telepon pintarku.

Berdasarkan cerita beliau, dahulu kala es krim ini hanyalah es krim bergerobak dorong yang dijual di depan SMP dan SMA Petrus. Karena rasanya yang enak akhirnya mengantarkan es krim ini menjadi sebuah kuliner idola dan bahkan kemudian boleh dikatakan melegenda di Kota Pontianak.

Berbalas pesan dengan beliau pada malam sebelumnya berhasil menggugah rasa ingin tahu dalam hati. Aku yang penasaran setelah mengetahui informasi tersebut akhirnya memutuskan untuk mengunjunginya siang itu juga.

Tentu siang itu menjadi momen yang sangat tepat karena aku baru saja usai menyantap makan siang, maka sajian Es Krim Angi bisa menjadi sajian penutup (dessert) dalam rangkaian makan siangku.

—-****—-

Usai menemukan lokasinya di aplikasi maka aku segera memesan transportasi online demi menuju ke sana. Lokasinya yang berjarak hampir empat kilometer dari Warong Pa’ Ngah dan cuaca yang teramat terik membuatku urung untuk berjalan kaki.

Tak perlu waktu lama, akhirnya transportasi online yang kupesan pun tiba. Aku segera naik dan mengonfirmasi tujuan kepada pengemudi.

Menyusuri  sepanjang Sungai Jawi melalui Jalan Hasanuddin, aku berbelok di Jembatan Gertak 2 untuk menyambung perjalanan melaui Jalan Merdeka Barat. Kemudain berganti ke Jalan HOS Cokroaminoto setelah melintasi Bundaran Tugu Penghargaan Bank Indonesia. Untuk kemudian melintasi ruas terakhir di Jalan Gusti Sulung Lelanang sebelum tiba Jalan Karel Satsuit Tubun dimana Es Krim Angi berada.

Aku sedikit kebingungan ketika diturunkan di titik terakhir perjalanan. Mataku awas memperhatikan sekitar demi mencari plang nama kedai es krim tersebut. Aku tak kunjung menemukannya, tetapi mataku tertuju pada sebuah rumah yang sangat ramai.

Setelah memperhatikan dengan teliti, ternyata aku menenemukan sebuah plang nama kecil bertuliskan “Es Krim Angi Est 1950” yang sedikit tertutup dahan. Aku mulai memasuki pekarangan rumah dan kemudian faham bahwa es krim ini menggunakan pekarangan rumah untuk berjualan.

Satu hal yang membuatku sedikit was-was adalah begitu penuhnya bangku kedai es krim tersebut oleh para pengunjung. Aku sedikit khawatir dengan resiko penularan COVID-19 dengan keramaian seperti itu. Tetapi tak mungkin juga aku harus menggagalkan rencana menikmati es krim legendaris ini. Maka pada akhirnya aku memberanikan diri untuk duduk di salah satu bangku.

Dan sebelum duduk, aku sudah memesan es krim kombinasi rasa coklat, durian dan vanilla yang disajikan dalam batok kelapa muda. Begitulah cara memesan es krim di kedai ini, penjual akan meminta kita menyebutkan tiga jenis rasa yang akan dituangkan dalam dua pilihan wadah, yaitu di batok kelapa atau di gelas kertas berukuran standar.

Di kedai ini, selain es krim yang dijual dengan gerobak, juga terdapat display kue dan snack yang bisa dibeli oleh para pengunjung. Jadi bisa sekalian membeli buah tangan bagi yang berminat.

Plang nama yang sedikit tersembunyi.
Keramaian pengunjung outlet.
Gerobak es krim dan jajanan lain.
Ini dia aktornya….

Benar adanya, es krim ini memang menyuguhkan tekstur lembut di lidah dengan rasa es krim yang sangat lezat. Aku menyantapnya pelan karena tak akan pernah tahu kapan lagi bisa ke tempat tersebut. Jadi sensasi kelezatan es krim tersebut benar-benar kunikmati dengan khidmat.

Aku menyudahi kunjungan di Es Krim Angi dengan membayar pesananku sebesar Rp. 23.000.

Setelah merasakan nikmatnya sajian ini maka sudah kupastikan bahwa kalian harus mencobanya jika berwisata ke Kota Pontianak.