Aku meninggalkan Al Wadi Al Kabeer Park pada pukul setengah dua siang. Tentunya matahari masih menyengat kuat. Langkahku berlanjut ke arah selatan.
“Sudah kepalang tanggung….Aku akan menuju ujung selatan distrik Al Wadi Al Kabeer sekalian”, aku membatin yakin.
Aku melanjutkan petualangan melalui sisi selatan An Nuzhah Street. Sesekali aku harus berhenti di teras-teras toko hanya untuk bersembunyi sejenak dari teriknya matahari. Bahkan ketika baru berjalan sejauh setengah kilometer, aku menyempatkan diri untuk memasuki bangunan Al Wadi Al Kabir Market yang didalamnya terdapat outlet Lulu Hypermarket. Aku harus membeli dua botol air mineral karena telah kehabisan air semenjak meninggalkan Al Wadi Al Kabeer Park. Dua botol air mineral berukuran 500 ml tersebut aku tebus dengan 170 Baisa.
Setelah mendinginkan badan sejenak di ruangan berpendingin udara milik Lulu Hypermarket, aku pun melanjutkan langkah, melawan kembali panasnya cuaca Muscat. Niatanku hanya ingin mengakhiri petualangan ketika telah mengkhatamkan beberapa sudut Distrik Al Wadi Al Kabeer.
Menggandakan langkah hingga satu kilometer aku pun melintasi sebuah sekolah swasta, Ibn Khaldoun School namanya. Ketika tiba di gerbang sekolah tersebut, aku melihat sekelompok pria yang membawa cricket bat memasuki sebuah gang di sisi An Nuzwah Street. Tentu sekelompok pria yang kutebak sebagai sekelompok atlet tersebut membangkitkan rasa penasaran di hati.
Aku pun bergegas untuk mengikuti sekelompok atlet kriket tersebut. Hanya berjarak tiga ratus meter, aku akhirnya tiba tepat di depan gang dimana para atlet tadi berbelok dari trotoar.
“Muscat Club…..”, begitulah aku membaca sebuah signboard di pintu gerbang stadion berukuran sedang.
Gerbang stadion itu tertutup rapat. Aku yang penasaran, tanpa ragu mendekatinya, lalu memutari stadion demi menemukan celah untuk masuk ke dalamnya. Akhirnya aku mendapat celah itu di pojok kiri dari tribun utama stadion. Maka aku pun menyelinap masuk dan kemudian mendudukkan diri di salah satu bangku tribun.
Dari tribun utama itu, aku bisa melihat dengan jelas bahwa stadion utama itu diapit oleh dua buah lapangan bola tanpa tribun di sisi utara dan selatannya.
Muscat Club….Apa itu?





Muscat club sendiri adalah sebuah klub olahraga di Oman yang mengembangkan beberapa kelompok tim olah raga yaitu sepak bola, hoki, bola voli, bola tangan, bola basket, bulu tangkis, squash hingga kriket. Khusus untuk tim sepak bola Muscat Club, saat ini tim tersebut adalah salah satu kontestan dari Oman Professional League yang merupakan level tertinggi kompetisi sepakbola di Oman.
Aku baru paham bahwa sekelompok atlet yang kulihat tadi adalah tim kriket milik Muscat Club yang hendak melakukan latihan rutin. Tampak lapangan kriket beserta lajur-lajur untuk berlatih memukulkan cricket bat ada di sisi utara stadion utama, sejajar dengan lapang sepak bola pendamping.
Sedangkan lapangan hoki berada tepat di sisi selatan lapangan untuk bermain kriket.
Tentu kompleks lapangan ini hanya digunakan sebagai sarana berlatih saja buat Muscat Club, karena tim ini menggunakan lapangan milik pemerintah sebagai venue kandangnya, yaitu Sultan Qaboos Sports Complex yang terletak di Distrik Boshar.
Senang rasanya, bisa mengunjungi salah satu kompleks milik klub sepakbola ternama di Oman tersebut.