Hotel Royal Wings: Tasting the Appam, Elai Adai, and Samosa

<—-Previous Story

Darkness was still overshadowing Kochi’s sky when the time pointed at six. Making my guts shrank for stepping towards the inn which was only one and a half kilometers away. I decided to still seated in the arrival hall’s waiting room at Cochin International Airport Terminal 3.

But it turned out….

I was so sleepy, I even sat asleep while hugging my backpack….

A few minutes after eight o’clock, I jerked awake. The bright light had penetrated the airport’s glass walls. I walked past a soldier armed with a long barrel who had faithfully guarded the airport’s exit door since early morning.

I walked across the drop-off zone, passed the edge of the car parking zone, crossed the bustle of Chili Restaurant, and then arrived at the main gate of Cochin International Airport which was beautifully adorned with the sun on the eastern horizon.

After passing through that exotic gate, I stood at a very busy roundabout with vehicles which going in and out of that main airport in Kerala State. Standing on a side, I could see the existence of a row of modern buildings on a side street.

“There’s no mistake, my inn must be there”, I thought.

“Very close,” I happily smiled.

Now, I was right on the south side of the straight road and getting ready to cross to the modern building complex. The crowds of vehicles that morning made me difficult to cross. Being on the streets of foreign countries has always been something that I always pay attention to, I don’t want to do silly things and endanger myself, because half of my journey wasn’t over yet.

I trudged across Airport Road to arrive on its north side and then started looking for the whereabouts of the accommodation which I had booked through leading travel e-commerce for 800 Rupees.

Yiiaaiiyy, I found it….

I’ve left the main gate of Cochin International Airport.
A roundabout on the west side of the main gate of Cochin International Airport.
Rows of modern buildings on the north side of Airport Road.
This was the Royal Wings Hotel, where I was staying that night.

Back again in advance of my backpacking departure, it was so difficult to consider the location of the inn which I would choose. My desire was so strong to stay around the beach which would certainly provide many opportunities to enjoy the exotic west coast of Kerala for a longer time.

It was just that, the next morning to Dubai was a limitation for me not to be too far from the airport when choosing a lodging. Finally, I decided to stay at the Royal Wings Hotel and decided to just spend the whole day enjoying the situation in the Fort Kochi area.

“Hello, Sir. Can I put my backpack here?”….I asked a male receptionist.

“I have booked a room in this hotel. This is the e-confirmation”, I added information.

Receiving the confirmation letter, he started surfing on his desktop and checked the whereabouts of my inn order.

“Okay, Sir. I have checked your order. You can put your backpack here and you can check on at 1 pm…Come!”, he started to direct me to a small room behind the reception desk. The room was specifically used to store the belongings of the inn guests.

Half of my backload had been deposited at the inn, then I would step away to start exploring.

But before going any further, I decided to look for breakfast around the hotel.

Smelling the sweet smell of a cafe, I was intrigued to approach it, seeing the tempting Indian-style breakfast menu, I decided to enter and took a seat.

“Cafe Sulaimani …”, I read the name of the cafe on a wall.

I decided to buy a simple breakfast like the locals did in the cafe. This was my breakfast menu that morning.

Appam, Elai Adai, and Samosa and a glass of Chai for 55 Rupees….Hhmmhhh looked delicious too.

After breakfast, I rushed to the roundabout near the main gate of Cochin International Airport to find a bus to Fort Kochi….I would tell you how I got there later.

Still regarding Hotel Royal Wings….

I was only able to enter the hotel after exploring Fort Kochi.

I arrived back at the hotel by taking the airport bus from Aluva Station. Towards six o’clock in the evening, I immediately asked for the key from the hotel owner who was at the reception desk.

After getting the key, I was escorted by a room boy, I carried a backpack to the room upstairs to immediately bathe. Oh God, the last time I took a shower was 30 hours before I arrived at the hotel.

Want to know how the hotel I stayed in, here it is:

Reception desk.
Lobby.
Double bed.
Bathroom.
Look at that old TV….Hahaha.

Accessibility

Remembering the location of the Royal Wings Hotel which is close to the airport, of course, this hotel is very close to various public facilities that make it easy for its guests.

At least I could easily go to Fort Kochi using the KURTC bus that departed from the airport. Apart from that, it was also easy for me to get halal restaurants, money exchange, and minimarkets around the hotel.

The distance which could be reached in fifteen minutes from and to the airport, makes it easier for me to catch the next morning’s flight on time than when I had to choose accommodation around Fort Kochi.

Reasonably priced restaurants around the hotel.
Kerala Urban Road Transport Corporation (KURTC) bus bound for Fort Kochi which runs on Airport Road in front of the hotel.

In the end, visiting India was always fun because that country has hotel facilities and a wealth of culinary delights at very affordable prices for a backpacker.

Therefore, never hesitate to travel to that Sub-Continent Country.

Come on, visit India.

Next Story—->

Kebobolan Kartu Kredit dari Departure Hall Cochin International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Masih saja gelap ketika aku meninggalkan kedai makanan dan menyeberangi Airport Road demi menggapai Terminal 3 Cochin International Airport.

Pagi itu pesawatku akan terbang meninggalkan Kochi menuju Colombo. Penerbangan yang kuambil adalah connecting flight Srilankan Airlines menuju destinasi akhir, yaitu Dubai.

Menelusuri beberapa jalur mobil di halaman bandara nan luas, aku merasa aman saja karena keberadaan para polisi bandara yang berkeliling mengamankan situasi.

Dalam dua puluh menit aku tiba tepat di halaman depan Terminal 3.

Menyeberangi drop-off zone, maka secara otomatis aku berada di departure hall bagian luar. Aku berusaha mencari keberadaan Flight Information Display System (FIDS) di selasar keberangkatan. Dengan mudah aku menemukannya dan kemudian mulai memperhatikan larik-larik informasi yang terpampang di layar tersebut.

Tetapi beberapa menit menunggui fragmen demi fragmen tampilan, nomor penerbanganku tak kunjung muncul. Sementara kursi-kursi di selasar keberangkatan perlahan mulai dipenuhi oleh para calon penumpang yang datang.

Apa oleh buat, aku yang penuh inisiatif, bergegas mendekati pintu masuk menuju departure hall bagian dalam.

Please, show your ticket and passport, Sir !”, seorang serdadu bersenjata laras panjang menahanku di pintu hall.

Oh okay……This is, Sir”, aku memberikan passport dan e-ticket cetak.

Dalam beberapa waktu kami berdua terdiam. Aku menunggu sang serdadu memeriksa dokumen yang kuberikan, sedangkan dia dengan khusyu’ membolak-balik halaman passportku serta mengamati lekat-lekat e-ticket cetak yang kuberikan.

This flight isn’t ready yet to check-in, Sir. Please wait for thirty minutes outside”, dia mengembalikan segenap dokumen yang tadi kuberikan sembari menunjuk deret bangku yang sebetulnya telah penuh oleh calon penumpang lain yang menunggu penerbangan mereka masing-masing.

Aku segera meninggalkan serdadu itu karena antrian memasuki departure gate mulai mengular. Bersyukur tersisa satu bangku kosong yang baru saja ditinggalkan oleh seorang calon penumpang dan membuatku nyaman menunggu hingga proses check-in penerbanganku dibuka.

Selama menunggu aku tertegun dalam mengamati aktivitas para penumpang India yang sibuk mempersiapkan bagasinya di luggage wrapping service. Timbul pertanyaan dalam hati: “apakah penanganan bagasi di India bermasalah?”.

Di percobaan yang kedua, serdadu itu mengizinkanku untuk memasuki departure hall karena check-in counter untuk penerbanganku telah berstatus OPEN. Melewati penjagaan para serdadu, selanjutnya aku pun diperiksa dengan sangat ketat di screening gate. Di India memang selalu begitu, bahkan setiap memasuki stasiun MRT di New Delhi, aku harus menjalani pemeriksaan ketat di screening gate stasiun. Mungkin aksi-aksi radikal masih menjadi perhatian penting di sana.

Aku tiba di check-in counter…..

Setelah menunggu beberapa proses check-in penumpang yang mengantri di depanku selesai, maka kemudian menjadi giliranku untuk menghadap ke check-in desk. Seperti biasa, aku bergegas menyerahkan passport, e-ticket dan hotel booking confirmation.

“Where is your destination?”, petugas wanita nan manis melontarkan pertanyaan standar.

“Dubai, Ms”.

“Do you have Unitd Arab Emirates Visa”, dia kembali menanyakan satu dokumen penting tersisa.

“Sure. Ms”, aku memberikan eVisa kepadanya.

Setelah beberapa waktu mengamati eVisa yang kuberikan, dia memanggil temannya. Kini petugas check-in desk laki-laki datang menghampiri meja. Mereka berdua tampak berdiskusi sambil menunjuk-nunjuk eVisa yang kuberikan. Hal ini tentu membuatku tegang, aku berfikir cepat: “Mungkin ada yang salah dengan dokumenku”.

Selepas berdiskusi, tampak petugas pria bersiap diri berbicara padaku dengan mimik serius.

“What do you go to Dubai for?”, dia melontarkan pertanyaan pertama

“Just tourism, Sir”

“Is this your first time go to Dubai?”, pertanyaan kedua terlontarkan.

“Yes, Sir”

“Why don’t you use direct flight from Jakarta to Dubai”, pertanyaan ketiga terucap.

“So expensive Sir if I take a direct flight from Jakarta. Outside of that, I went to Malaysia and India before arrive in Dubai because I’m a travel blogger and I need to take some content”, aku menjawab jelas dan jujur.

“Can I see you vlog?”

Not vlog, Sir…but it’s blog”, aku menegaskan

“Yeaa…whatever of that”

“This is, Sir. I had exkplored some region like South East Asia, East Asia, South Asia”

“Oh, nice…So it’s your time to explore Middle East area?”

“Exactly, Sir….for that I’m here now”

“Okay…I”ll give you two tickets for this connecting flight ?”

“Thank you very much, Sir”

“….Welcome….”

Beberapa waktu kemudian dia memberikan dua lembar tiket Srilankan Airlines. Satu tiket untuk penerbangan Kochi-Colombo dan satu lagi untuk penerbangan Colombo-Dubai.

“Oh yeeaa, don’t forget to take picture with nice spot behind this counter ! …There are many elephant sculpture there….And don’t forget to write it in your blog, Okay….hahahah ! ”, untuk pertama kalinya dia menampakan senyum dan berkelakar akrab di depanku.

“Oh Okay, with my pleasure, Sir….I love this airport”, aku mencoba menjawab seakrab mungkin dan dia hanya tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

Sebenarnya, aku sudah mengetahui keberadaan ikon bandara itu, hanya saja aku hampir terlupa untuk menyambanginya karena interogasi beberapa waktu lalu yang membuatkan sejenak berkurang ingatan. Beruntung check-in desk staff laki-laki itu memberitahuku sehingga aku tidak kehilangan momen mengabadikan ikon itu.

Menuju departure gate.
Drop-off zone.
Check-in zone.
Patung-patung gajah yang menjadi ikon Cochin International Airport.

Selepas keluar dari check-in area, aku segera mengurus departure stamp di konter imigrasi. Tahapan keluar dari sebuah negara selalu saja berproses cepat, aku berhasil melaluinya dengan mudah untuk kemudian mengikuti petunjuk di sepanjang koridor untuk tiba di waiting room di sepanjang gate pemberangkatan.

Ruang tunggu Cochin International Airport memang terlihat unik, antar ruangan gate di desain tidak bersekat sehingga menjadikan ruang tunggu dengan sembilan gate itu tampak lega. Kursi-kursi tunggal berukuran lebar dengan dudukan busa pun disediakan di sepanjang gate.

Kuputuskan untuk mengambil salah satu bangku untuk duduk menunggu boarding time yang masih dua jam lagi. Kemudian aku berusaha untuk mengakses WiFi bandara untuk mencari beberapa informasi penting mengenai pariwisata Dubai.

Baru saja berhasil mengakses WiFi, aku menerima sebuah notifikasi dari WordPress untuk segera memperpanjang penggunaan domain blog perjalanan yang saya miliki karena beberapa hari ke depan masa berlakunya akan habis.

Aku berfikir, daripada mengambil resiko kehilangan domain di saat sedang melakukan perjalanan, maka aku memutuskan memperpanjang domain tersebut saat itu juga.

Ternyata menghilangkan resiko kehilangan domain tersebut, membuatku mendapatkan resiko lain tanpa kusadari. Kesalahan utama yang kulakukan dengan melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit menggunakan akses WiFi bandara ternyata memunculkan resiko baru, yaitu kemungkinan pembajakan data oleh para hacker atas kartu kreditku.

Dan benar apa adanya nanti bahwa beberapa bulan setelah aku pulang dari petualangan menjelajah kawasan Timur Tengah, kartu kreditku kebobolan. Beruntung eksekusi pembayaran yang dilakukan si hacker dinyatakan gagal sehingga proses tagihan ke salah satu bank swasta kenamaan di Jakarta otomatis dibatalkan….Hmmh, ada-ada saja.

Waktu menunggu yang terlalu lama, membuatku gatal untuk kembali melakukan eksplorasi. Kuputuskan untuk kembali berkeliling ke seluruh departure gate hingga naik ke lantai dua yang secara mayoritas digunakan sebagai duty free zone.

Gate.
Duty free zone.
Food court area.
Saatnya terbang menuju Colombo.

Di tengah waktu berkeliling hall, aku sejenak merapat ke salah satu pojok dimana Fligt Information Display System (FDIS) dan beberapa Advertisement LCD diinstalasi. Aku sejenak tertegun membaca informasi pada salah satu layar LCD. Aku membaca informasi itu dalam hati:

“Cochin International Airport…The recipients of United Nation’s Highest Environmental Honor, The Champion of the earth-2018”

Wahhhh….Keren ya bandara ini.

Hanya karena departure gates yang tak terlalu luas membuatku tak membutuhkan banyak waktu untuk mengeksplorasinya. AKhirnya kuputuskan untuk kembali menunggu saja hingga boarding timeku tiba.

Kisah Selanjutnya—->

Hotel Royal Wings: Mencicip Appam, Elai Adai dan Samosa

<—-Kisah Sebelumnya

Gelap masih menaungi langit Kochi ketika penanda waktu menunjuk angka enam. Membuat nyali ciut demi melangkah menuju penginapan yang sesungguhnya hanya berjarak satu setengah kilometer. Aku memutuskan untuk tetap duduk di ruang tunggu arrival hall Cochin International Airport Terminal 3.

Tapi ternyata….

Saking kantuknya, aku malah duduk terlelap memeluk backpack….

Sedikit melebihi pukul delapan, aku tersentak bangun. Cahaya terang telah menembus dinding kaca bandara. Aku melangkah pergi melewati seorang tentara bersenjata laras panjang yang dari dini hari tadi setia menjaga exit door bandara.

Aku berjalan memotong drop-off zone, melewati tepian car parking zone, melintasi kesibukan di Chili Restaurant lalu tiba di gerbang utama Cochin International Airport yang cantik berhiaskan surya yang membulat di ufuk timur.

Selepas melewati gerbang eksotik itu, aku berdiri di sebuah bundaran jalan yang sangat sibuk oleh kendaraan yang keluar masuk dari dan ke bandar udara utama di Negara Bagian Kerala tersebut. Berdiri di salah satu sisinya, aku sanggup menatap jelas keberadaan deret bangunan modern di sebuah sisi jalan.

Tak salah lagi, penginapanku pastinya ada di sana”, aku membatin.

Dekat sekali ternyata”, aku tersenyum senang.

Kini, aku sudah berada tepat di sisi selatan jalur lurus dan bersiap menyeberang menuju kompleks bangunan modern itu. Ramainya kendaraan pagi itu membuatku susah menyeberang. Berada di jalanan negara orang memang selalu menjadi hal yang selalu kuperhatikan, aku tak mau berbuat kekonyolan dan membahayakan diri, karena alur perjalananku setengahnya pun belum usai.

Susah payah aku menyeberangi Airport Road untuk tiba di sisi utara jalan dan kemudian mulai mencari keberadaan penginapan yang telah kupesan melalui e-commerce perjalanan terkemuka dengan harga 800 Rupee.

Yiiaaiiyy, aku menemukannya….

Aku sudah keluar dari gerbang utama Cochin International Airport.
Bundaran di sisi barat gerbang utama Cochin International Airport.
Deret bangunan modern di sisi utara Airport Road.
Ini dia Hotel Royal Wings, tempatku menginap malam nanti.

Kembali lagi di jauh hari sebelum keberangkatan, begitu sulit menimbang-nimbang lokasi penginapan yang akan kupilih. Hasratku begitu kuat untuk menginap di sekitar pantai yang tentu akan memberikan banyak peluang untuk menikmati eksotiknya pesisir barat Kerala lebih lama.

Hanya saja, penerbangan pagiku di esok hari menuju Dubai menjadi sebuah batasan untuk jangan terlalu jauh dari bandara ketika memilih penginapan. Akhirnya aku memutuskan menginap di Hotel Royal Wings dan memutuskan untuk seharian ini saja menikmati suasana di kawasan Fort Kochi.

Hello, Sir, Can I put my backpack here?”….Aku bertanya pada seorang petugas resepsionis laki-laki.

I have booked a room in this hotel. This is the e-confirmation”, aku menambahkan informasi.

Menerima selembar surat konfirmasi itu, dia mulai berselancar di desktopnya dan menggecek keberadaan order penginapan tersebut.

Ok, Sir. I have checked your order. You can put your backpack here and you can check-in on 1pm…Come!”, dia mulai mengarahkanku ke sebuah ruangan kecil di belakang meja resepsionis. Rupanya ruangan itu memang digunakan khusus untuk menyimpan barang-barang para penginap.

Separuh beban punggungku sudah tertitip di penginapan, kini aku akan melangkah pergi untuk memulai eksplorasi.

Tetapi sebelum melangkah lebih jauh, aku memutuskan untuk mencari sarapan di sekitar hotel.

Mencium bau harum dari sebuah cafe, aku tergelitik untuk mendekatinya, melihat menu sarapan ala India yang menggoda, aku memutuskan untuk masuk dan mengambil tempat duduk.

Cafe Sulaimani…”, aku membaca nama cafe itu di sebuah dinding.

Aku memutuskan membeli sarapan sederhana seperti yang dilakukan oleh para warga lokal di dalam cafe itu. Ini dia menu sarapanku pagi itu.

Appam, Elai Adai, dan Samosa dan segelas Chai seharga 55 Rupee….Hhmmhhh, lezat juga rupanya.

Selepas sarapan, aku bergegas menuju bundaran di dekat gerbang utama Cochin International Airport untuk berburu bus menuju Fort Kochi….Nanti akan kuceritakan bagaimana aku menuju kesana.

Masih mengenai Hotel Royal Wings….

Aku sendiri baru bisa memasuki hotel selepas mengeksplorasi Fort Kochi.

Aku tiba kembali di hotel dengan menumpang airport bus dari Stasiun Aluva. Menjelang pukul enam sore, aku langsung saja meminta kunci kepada si empunya hotel yang sedang berada di meja resepsionis.

Seusai mendapatkan kunci, aku diantar oleh seorang room boy, aku menenteng backpack menuju kamar di lantai atas untuk segera membersihkan badan. Alamak, aku terakhir kali mandi adalah 30 jam yang lalu.

Mau tahu kan bagaimana hotel yang kuinapi, ini dia:

Reception desk.
Lobby.
Double bed.
Bathroom.
Lihat TV jadoelnya….Hahaha.

Aksesibiltas

Mengingat lokasi Hotel Royal Wings yang dekat dengan airport, tentu hotel ini sangat dekat dengan berbagai fasilitas umum yang memudahkan para penginapnya.

Setidaknya aku bisa berangkat dengan mudah menuju Fort Kochi menggunakan KURTC bus yang berangkat dari bandara. Selain itu aku juga mudah mendapatkan restoran halal, tempat penukaran uang dan minimarket di sekitar hotel.

Jaraknya yang bisa ditempuh dalam lima belas menit dari dan ke bandara, memudahkanku untuk mengejar penerbangan esok pagi dengan tepat waktu daripada ketika aku harus memilih penginapan di sekitar Fort Kochi.

Restoran dengan harga terjangkau di sekitar hotel.
Kerala Urban Road Transport Corporation (KURTC) bus menuju Fort Kochi yang melewati Airport Road di depan hotel.

Pada akhirnya, berkunjung ke India selalu saja menyenangkan karena negara ini memiliki fasilitas hotel dan kekayaan kuliner dengan harga yang sangat terjangkau bagi seorang backpacker.

Oleh karenanya, jangan pernah ragu untuk melancong ke Negara Anak Benua itu.

Yuk, berkunjung ke India.

Kisah Selanjutnya—->