7 Jam Transit di Bandaranaike International Airport

<—-Kisah Sebelumnya

Tiba di Colombo.
Koridor menuju transfer hall.

Hampir pukul setengah dua siang ketika roda-roda raksasa SriLankan Airlines UL 166 menyentuh landas pacu. Sedangkan di dalam kabin, aku terduduk sangat tenang di kursi bernomor 50G tepat di sisi kanan kolom tengah yang merupakan exit row sisi tengah kabin.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Donny. Bukankah dirimu telah menaklukkan bandar udara ini tahun lalu?”, begitulah tutur hati menenangkan debar dada.

—-****—-

Setahun sebelumnya….

Tepatnya awal Januari 2019, sekitar pukul setengah lima pagi, aku tiba usai melakukan penerbangan dini hari selama dua setengah jam dari Chhatrapati Shivaji International Airport di Mumbai dengan menumpang Jet Airways dengan nomor penerbangan 9W 256.

Disusul empat hari setelahnya, aku menyambangi kembali bandara ini ketika hendak melanjutkan perjalanan menuju Maldives. Kala itu aku dihantarkan oleh SriLankan Airlines UL 0109.

Masih tentang Sri Lanka,

Buat apa sih kamu ke Sri Lanka, Donny?”, begitulah pertanyaan tertrending di telinga bahkan enam bulan sebelum hari keberangkatan.

Pertanyaan yang hanya kujawab dengan senyum….Wkwkwkwk. Aku fikir pertanyaan ini tak perlu dijawab dengan serius karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap opsi bertraveling. Lebih baik berbagi rencana daripada berdebat….Iya, kan….Hahaha.

—-****—

Menuruni Airbus A330-300 melalui aerobridge aku diarahkan menuju koridor kedatangan. Tatapku jeli mencari koridor lain menuju transfer hall. Tentu aku enggan meninggalkan bandara walaupun sebetulnya bisa-bisa saja. Masuk kota Colombo untuk pejalan Indonesia tak gratis ya kala itu? Harus menyisihkan uang sebesar 25 Dollar Amerika untuk menebus eVisa negara “Permata Samudera Hindia” itu.

Tapi dengar-dengar, sekarang pejalan Indonesia bisa mendapatkan free visa untuk berlibur ke sana selama 30 hari. Wah….Hal yang menarik nih.

Kembali ke pencarian transfer hall….

Masih fokus mencari markah menuju transfer hall. Bahkan sebelum menemukan markah tersebut, aku telah memutuskan untuk tinggal di bandara dan menikmati suasanya selama kurang lebih tujuh jam ke depan.

Setelah sepuluh menit melangkah, akhirnya aku berhasil memasuki transfer hall. Tentu untuk memasukinya aku harus melewati pemeriksaan tiket connecting flight dan dilanjutkan dengan pemeriksaan melalui screening gate yang dijaga ketat petugas.

Nah untuk bandara ini, transfer hall secara umum akan berfungsi juga sebagai departure hall bagi penumpang yang akan melakukan direct flight.

Pertama kali memasuki ruangan, interior yang paling mencolok dan mudah terekam dalam ingatan dari transfer hall bandara ini adalah sculpture Buddha yang berada di ruang utama hall. Tahun sebelumnya aku tak berani mengambil foto patung tersebut karena takut berbuat kesalahan dengan melanggar beberapa larangan penting dalam hal adab berfoto di patung Buddha itu.

Tetapi setelah membaca dan memperhatikan aturan dengan detail, terutama aturan tidak boleh berfoto membelakangi Buddha, maka aku berhasil menangkap gambar Buddha itu.

Satu hal lagi yang kuingat adalah berasa kurang nyamannya diriku ketika berada di bandara ini karena kebiasaan beberapa petugas cleaning service yang sering meminta uang kepada pengunjung seusai menggunakan toilet. Aku sendiri mengindahkan sikap mereka di pintu toilet. Walaupun mereka tidak memaksa tetapi tetap saja menjadikan sebuah ketidaknyamanan tersendiri.

Nah, pengen tahu ndak apa yang kudapatkan….

Yuk kita intip, ada apa saja di transfer hall Bandaranaike International Airport:

Patung Buddha di ruang utama.
Duty free zone.
Serendib Lounge, lounge eksekutif milik SriLankan Airlines. Tau kan makna “serendib”? ….Yups, “tempat tinggal pulau singa”.
Departure hall terlihat dari lantai atas.
Ruang tunggu dengan pemandangan apron. Spot terbaik versiku nih.

Usai mengeksplor seisi transfer hall, kuputuskan untuk menghabiskan waktu dalam menikmati aktivitas loading-unloading SriLankan Airlines dari ruang tunggu sembari mengisi ulang daya baterai segenap peralatan elektronik yang kubawa demi bersiap-siap mengeksplore Dubai esok paginya.

Beruntung aku masih memiliki bekal beberapa potong jajanan khas India yang kuperoleh dari menukarkan semua uang koin tersisaku di sebuah kedai makanan di Kochi sebelum aku menuju Colombo.

Kisah Selanjutnya—->

Jet Airways 9W 256 from Mumbai to Colombo (BOM-CMB)

My third-flight and also my last flight with Jet Airways were deliberately priority to be written. Remembering every Jet Airways flights that are very important in completing my exploration in South Asia region.

Early morning flight (2:05 p.m.) which was departed from Chhatrapati Shivaji International Airport in Mumbai made me lack of sleep time since checked-in until landing (04: 35).

Entering airport, I immediately sought a pray room. Entering prayer room, I was greeted by a man who was wearing an ihram cloth (Ihram cloth is specific cloth for hajj or umrah in Mecca) among a group of umrah tour which were praying together. His hospitality smile welcomed me after ablutions.

He : “Assalamu’alaikum, hi brother, where are you come from?

Me: “Hi sir …. from Indonesia“. I threw a smile to him.

He: “I’m from Bangadesh, I think you are from Malaysia“. He smiled again.

Me: “Yeaa….Malaysian and Indonesia are looking same”. I shaked his hand

He: “Where will you go?

Me: “I will go to Colombo…Oh ya three days ago, I visit your country

He: Suddenly hugging me … ” Really, How about my country? nice?

Me: “Yeaa, exotic country….very original….I will come again next time”.

He: smile again and patted my shoulder.

I also found some Indians praying at some airport corridors.

Dinner at that night were some authentic Indian street fried foods which I got from the last rupee after exploring Mumbai”

A thing that I always do when traveling is to exchange my last local moneys into USD before leaving a country which I visited and then spending last coins which can’t be exchanged to buy a menu for next meal. In fact, sometimes I will eat it in next country.

Last 2 hours waiting time was used to charge all my electronic devices which low battery after I use it in exploring Mumbai.

Airport information calls which don’t use Indian-English accent at all make me feeling like at European airports (It’s still dream….I’ve never set foot in Europe). Yeah cool.…all information calls at this airport is accented with native english .

It was really nice to see my plane leaned on gate 85D, a sign that I would set foot in Colombo soon.

My plane just arrived and was unloading

1 hour later boarding process started.…

through aviobridge I finally caught my third flight with Jet Airways.

Online checking-in that I did 24 hours before flight made me free to choose a window seat. This position is always my choose at every flight to easy documenting every moment during flight.

boarding process before I really fell asleep.

Trying to still awake by reading “Jet Wings”, I hoped cabin crews would immediately distribute in-fligt meal.

this is Jet Airways’ inflight magazine.

Even when I fell asleep, inflight meal never came. Apparently, there wasn’t food on this flight. Or whether I missed it. Because I really fell asleep very hard. Because less sleep during Mumbai exploration.

I was awakened by flight attendants to immediately establish my seat, signaling that I would land in Colombo soon.

I deftly set up my Canon EOS M10 and turned it on. I would catch some city view when plane prepared to touch down at Bandaranaike International Airport.

I was stunned by a row of lights that were patterned straight and neat. There wasn’t doubt that it must be a beach that would ll be my destination in Colombo.

View along the famous Galle Face beach.

10 minutes later, Jet Airways actually landed in Colombo. Hmmmh… couldn’t wait to get down soon.

Bandaranaike International Airport could be seen from plane’s window.

My arrival was at 4:35 a.m., I had to wait until morning to catch first airport bus which would go to downtown.

Jet Airways was in unloading process at Bandaranaike International Airport

Subha udesenak!Pearl of the Indian Ocean“….kindly welcomed me, please….hehehe.

Jet Airways 9W 256 dari Mumbai ke Colombo (BOM-CMB)

Penerbangan ke-3 sekaligus penerbangan terakhir bersama Jet Airways ini sengaja kudahulukan untuk ditulis. Mengenang setiap penerbangan Jet Airways yang sangat berjasa dalam menuntaskan penjelajahanku di kawasan Asia Selatan.

Penerbangan dini hari (jam 02:05) yang bertolak dari Chhatrapati Shivaji International Airport di Mumbai membuatku kekurangan waktu tidur dari mulai check-in hingga landing (jam 04:35).

Memasuki airport, Aku segera mencari pray room untuk bersembahyang. Memasuki mushala, Aku disapa oleh seorang Bapak yang mengenakan kain ihram bersama sekelompok rombongan yang sedang shalat bersama. Senyum keramahannya menyambutku seusai berwudhu.

Dia: “Assalamu’alaikum, hi brother, where are you come from?”

Saya: “Hi Sir….from Indonesia”. Sembari kulempar senyum.

Dia: “I’m from Bangadesh, I think you are from Malaysia”. Dia kembali tersenyum

Saya: “Yeaa….Malaysian and Indonesia are looking same”. Kujabat tangannya

Dia: “Where will you go?

Saya: “I will go to Colombo…Oh ya three days ago, I visit your country

Dia: Tiba-tiba memelukku….”Really, How about my country? nice?

Saya: “Yeaa, exotic country….very original….I will come again next time”.

Dia: Kembali senyum dan menepuk-nepuk pundakku.

Aku juga menemukan beberapa orang India bersembahyang di beberapa selasar airport.

Makan malam waktu itu bermenu “beberapa gorengan jalanan asli India yang kudapat dari recehan rupee terakhir pasca menjelajah Mumbai”

Trik yang selalu kulakukan saat traveling adalah menukar kembali kelebihan uang lokal dengan USD sebelum meninggalkan negara yang kukunjungi lalu membelanjakan uang receh yang tak bisa ditukar dengan seporsi menu untuk waktu makan selanjutnya. Bahkan terkadang makanan itu akan kumakan di negara selanjutnya….Gokil bued….Ngirit minta ampun.

2 jam waktu tunggu tersisa kumanfaatkan untuk mengisi daya semua alat elektronikku yang lowbatt setelah kugunakan dalam menjelajah Mumbai.

Panggilan informasi bandara yang tidak sama sekali berlogat Indian English membuat Aku merasa berada di bandara-bandara Eropa (Ngaco….padahal belum pernah menginjakkan kaki di Eropa). Iya keren lho….panggilan informasi di airport ini beraksen native english.

Seneng banget melihat pesawatku merapat ke gate 85D, pertanda Aku akan segera menginjakkan kaki di Colombo.

Pesawatku baru sampai dan sedang proses unloading

1 jam kemudian boarding process pun dimulai…..

melalui aviobridge akhirnya Aku menangkap penerbangan ketigaku bersama Jet Airways.

Online check-in yang kulakukan 24 jam sebelum penerbangan membuatku leluasa memilih window seat. Posisi ini yang memang selalu kuincar setiap terbang untuk bisa mendokumentasikan setiap momen selama pernerbangan berlangsung.

boarding process sebelum Aku benar-benar terlelap tidur.

Mencoba menahan mata dengan mambaca “Jet Wings” berharap para awak kabin segera membagikan in-fligt meal.

inilah infligt magazine nya Jet Airways.

Bahkan hingga Aku terlelap menu itu tak pernah datang. Ternyata memang tak ada makanan dalam penerbangan kali ini. Atau entah Aku melewatkannya. Karena Aku benar-benar terlelap sangat nyenyak. Akibat kurang tidur selama eksplorasi Mumbai.

Dibangunkan oleh pramugari untuk segera menegakkan tempat duduk, menandakan Aku akan segera mendarat di Colombo.

Dengan cekatan Aku segera men-setting Canon EOS M10 ku dan menyalakannya. Aku akan menangkap beberapa view kota disaat pesawat bersiap touch down di Bandaranaike International Airport.

Aku tertegun dengan deretan cahaya lampu yang terpola lurus dan rapi. Tak salah lagi itu pasti pantai yang akan menjadi destinasiku di Colombo.

View sepanjang pantai Galle Face yang sangat terkenal itu.

10 menit kemudian Jet Airways benar-benar mendarat di Colombo. Aduh…ga sabar untuk segera turun.

Bandaranaike International Airport terlihat dari jendela pesawat.

Kedatanganku pada pukul 04:35 dini hari, membuatku harus menunggu hingga pagi untuk menangkap airport bus pertama yang akan menuju pusat kota Colombo.

Jet Airways sedang unloading process di Bandaranaike International Airport

Subha udesenak!Pearl of the Indian Ocean“….sambutlah diriku dengan ramah ya….hehehe.