Sebentar lagi pukul dua siang, kondisi awan semakin tebal di atas sana, aku pun telah merangsek turun dari kuil utama Batu Caves, menuruni 272 anak tangga dan kemudian bergegas menuju Stasiun Batu Caves.
Sesampai di stasiun aku langsung membeli tiket Kereta Komuter KTM Laluan Seremban seharga 2 Ringgit (Rp. 6.800) demi menuju KL Sentral. Sepanjang perjalanan pulang-pergi, aku tak tahu kenapa jalur ini selalu sunyi. Gerbong kereta yang masih tampak bersih dan baru, stasiun-stasiun yang dilewati pun masih terlihat bagus.
Menempuh jalur kereta sejauh 16 kilometer, aku tiba di Lantai 1 KL Sentral’s Transit Concourse hanya dalam waktu setengah jam. Aku segera menaiki escalator menuju KL Sentral’s Main Concourse untuk berburu token menuju Stasiun Pasar Seni, kali ini aku harus menaiki LRT Laluan Kelana Jaya. Perlu mengeluarkan ongkos sebesar 1,3 Ringgit (Rp. 4.500) untuk mendapatkan akses menaiki LRT itu. Inilah pertama kalinya bagiku menggunakan ticket vending machine di Negeri Jiran itu. Tetapi kali ini tak butuh banyak waktu untuk memahaminya.
Geblek….Sandal….
Mendapatkan tiket berwujud token berwarna biru, aku segera melewati automatic fare collection gate menuju lantai dua untuk menaiki LRT Kelana Jaya. Hanya perlu menunggu tiga menit hingga kereta itu tiba lalu aku segera melompat ke dalam gerbongnya.
Tak berjeda satu stasiun pun untuk menuju Stasiun Pasar Seni. Aku tiba dalam sepuluh menit sejak memasuki LRT empat gerbong itu. Stasiun Pasar Seni yang berwujud stasiun layang itu menampilkan pemandangan kawasan Central Market beserta aliran Sungai Kelang yang mengalir deras karena hujan. Rupanya sungai-sungai di Kuala Lumpur juga belum sepenuhnya lepas dari masalah sampah, terlihat beberapa sampah hanyut dibawa arus sungai itu.
Hujan lebat membuatku harus berdiam beberapa saat di platform Stasiun Pasar Seni. Tak ada pilihan karena aku tak memiliki payung ataupun jas hujan. Aku baru tiba di Kuala Lumpur pagi tadi sebelum memutuskan mengeksplorasi Batu Caves terlebih dahulu sebelum memasuki pusat kota. Kini aku memiliki satu tujuan ketika memasuki daerah Pasar Seni….Yups, mencari penginapan.
Kala itu aku masihlah backpacker amatiran yang tak berhasil menyiapkan satu penginapan sebelum berangkat. Beruntung aku tak ditanya perihal hotel oleh petugas imigrasi, mengingat inilah pertama kalinya aku mengunjungi Kuala Lumpur. Tadi pagi, petugas imigrasi KLIA2 hanya menanyakan tiket kepulangan yang tentu sudah kusiapkan jauh hari.
Menunggu beberapa saat, hujan tak kundung reda, masih menyisakan gerimis lembut. Kiranya aku tak boleh kehilangan banyak waktu hanya untuk menunggu hujan reda. Kupaksakan diri menembus gerimis, menyusuri Jalan Sultan, melewati lokasi proyek pembuatan jalur MRT di sisi kanan dan berbelok ke kiri untuk menyisir Jalan Tun HS Lee untuk mencari penginapan. Setelah beberapa waktu mencari, aku tertarik pada logo Trip Advisor yang terpajang di sebuah pintu kaca penginapan kecil. Agosto Inn namanya. Maka, aku tak ragu memasukinya.
“Halo, Pak. Apakah Anda masih memiliki satu kamar untuk dua malam?”, aku bertanya dalam Bahasa Indonesia yang seharusnya dia faham.
“Can you speak English, Please?”, resepsionis sekaligus pemilik penginapan itu ternyata tak bisa berbahasa Melayu.
“Oh, sorry. Do you still have a room for two nights?”, aku menjelaskan pertanyaan yang sama.
“Oh, of course. But I don’t have a bed in the dorm. Would you like to use a single room?”.
“Can I see the room?”.
“Oh, sure….Follow me, Sir!”, dia beranjak dari meja resepsionis dan memimpin langkah menuju lantai atas.
Aku mengikutinya menuju ke ujung koridor untuk melihat kamar terakhir yang dimaksud. Kemudian bersambung menunjukkan kamar mandi bersama di ujung yang berlawanan.
“Hallo, Sir”, seorang staff yang sedang membersihkan kamar mandi bersama menyapaku. Nanti aku akan mengenalnya sebagai sosok asal Bangladesh yang ramah.
“Hi…”, aku membalas senyumnya.
Aku tak akan berfikir panjang dan memutuskan mengambil kamar itu. Hari sudah sore, tak ada waktu lagi untuk mencari penginapan. Aku harus segera menuju KLCC untuk mengunjungi menara kembar kenamaan Negeri Jiran.
“Yes, Sir….I’ll take your last room….How much?”, aku mengambil keputusan.
“Sixty Ringgit, Sir (Rp. 208.000) for two nights….Come on follow me, I’ll give you the room key”.
Kamar single milik Agosto Inn.
Transaksi itu selesai di meja resepsionis. Aku bernafas lega, karena telah menemukan penginapan untuk dua malam ke depan.
I don’t know how many times I’ve said KL Sentral as far as publishing this 221 traveling articles. I remember, I have five times traced this phenomenal building. Five years also, various sides and interesting moments which I stole from Kl Sentral languishing in external hard disk which neatly wrapped in a desk drawer in my bedroom….Room which continually give me many inspiration in conquering beauty of the earth.
It’s not fair, if its greatness isn’t shared with you. Because I’m sure that you will visit it someday….Or maybe, you have visited it but you don’t understand yet its details.
Operating 18 years ago, KL Sentral has played an important role in Malaysian tourism. KL Sentral meritorious in being the link between Malaysia’s first gate (i.e Kuala Lumpur International Airport) and important tourism spots in city center…. Fast, effective and efficient. Maybe that’s what will be pursued by Manggarai Central Station in 2021 (It’s a station central in Jakarta).
Gives you a basic view of KL Sentral. Here’s my best photo at KL Sentral level 1:
KL Sentral level 1 which seen from Nu Sentral mall on level 2.
KL Sentral level 1 was seen from Kelana Jaya Line platform on level 2.
KL Sentral Bus Station
Before exploring level 1, I will invite you to look at KL Sentral basement level. Why?….Because 100% of my arrivals to KL Sentral use the cheapest transportation mode….Yups, Skybus, Aerobus and Airport Coach which its tickets are only worth USD 3.1.
After passing through Stesen Sentral Street, bus will enter basement level and stop at shelter which sells Aerobus/Skybus/Airport Coach/Resort World Genting Bus tickets. While, behind escalator (is used to go up to level 1), you will find Rapid KL Free Bus shelter which is used by tourists towards Batu Caves.
Left is Airport Coach ticket counter to KLIA and right is Skybus/Aerobus ticket counter towards KLIA2
Airport Coach towards KLIA (Terminal 1)
Skybus towards KLIA2 (Terminal 2)
Bus towards Genting Highlands.
Direction sign to Rapid KL Free Bus to Batu Caves.
Twice, I went down to KL Sentral basement level and immediately left KL Sentral towards Westree Hotel (2018) and M&M Hotel (2019) through this corridor:
The corridor at Basement level leads to Tun Sambanthan Street.
This is appearance of Tun Sambanthan Street.
Nu Sentral Mall
If you want to continue your trip using KTM ETS (Kereta Tanah Melayu-Electric Train Service), Kelana Jaya Line LRT, Seremban Line commuter KTM, Monorail, airport train (KLIA Ekspres and KLIA Transit) you have to go up to level 1 KL Sentral using escalator near Skybus/Aerobus ticket counter.
Or….you can also go up to level 1 as access to go to Nu Sentral mall on level 2….Let’s look at Nu Sentral mall.
Connector escalator between several train gates on 1st floor to Nu Sentral mall which is on level2
Nu Sentral mall situation.
Nu Sentral mall situation.
Finished shopping at Nu Sentral mall, then look for pedestrian bridge to Tun Sambanthan Street. The pedestrian bridge is directly connected to Nu Sentral mall.
Direction sign towards Tun Sambanthan Street.
This is the pedestrian bridge which I mean.
Transportation Area
Before going back down to level 1, you should see where the monorail station is. The floor plan shows that KL Sentral monorail station is a separate building from KL Sentral itself. But not to worry because there is a connection bridge from KL Sentral to monorail station.
Yuhuuu….It was in front of monorail station gate.
Here it is, the monorail….On its way towards Titiwangsa Park.
Come on!….We explore 1st floor. This floor is allocated as access to various modes of train transportation.
Starting from commuter train. There are two commuter train lines in KL Sentral namely KTM Laluan Seremban and KTM Laluan Pelabuhan Klang.
Preparing to take KTM Komuter Laluan Seremban to Batu Caves.
That’s KTM Commuter platform in basement.
Besides KTM Commuter, the most popular transportation mode to city center in Kuala Lumpur is LRT (Light Rail Transit). LRT Laluan Kelana Jaya was the one which was lucky because it was the only chosen LRT which visited KL Sentral.
Let’s rides LRT to city center!
Ticketing vending machines….Where to buy LRT tokens (tickets).
Automatic gates menuju platform LRT Kelana Jaya di level 2.
Finally caught a picture of LRT Laluan Kelana Jaya at Pasar Seni Station.
Besides Skybus/Aerobus and Airport Coach, Malaysia tourism also presents KLIA Transit and KLIA Express which are premium trains to Kuala Lumpur International Airport. Premium is certainly synonymous with expensive prices but certainly guarantees a comfort.
KLIA Transit ticket counter and its automatic gateSee, KLIA Transit!…Cool right?.
Of course….Super comfortable.
Eatery
Regarding food….As the biggest transit hub in Malaysia, KL Sentral certainly provides many eateries.
At level, there are several food and beverage shops such as La Cucur Express, Panettone (vegetarian food), Meals Station, I Love Yoo !, Chatime, Swiss Oven, Secret Recipe, Starbucks, Burger King, Ayam Penyet Express and many more.
Eat “Penang White Curry Bowl” at Panettone (2018).
Outside KL Sentral (around Tun Sambanthan Street), there are also some reasonably-priced food stalls with topnotch taste. I visited it because I often stayed around KL Sentral.
ABC Bistro Cafe….My hangout place around KL Sentral.
Nearest Cheap Hotels
Tun Sambanthan Street is an important road in Brickfields area. This area provides restaurants, shops and residences. Brickfields also provides many hotels from five-star hotels to budget-friendly hotels.
Westree Hotel during my Malaysia-Singapore trip on 2018
Hotel M&M while visiting an international event on 2019
So….Visit KL Sentral well and just enjoy its facilities.
A flight to Kuala Lumpur, which was barely caught due to race with time along Jakarta-Serang toll road, was added with pale faces due to the bitter interrogation of Malaysian immigration staff because of my inconclusive appearance, then making my heart and spirit go high together with my success first steps to leave the KLIA2 immigration counter.
Guys …. My journey in Kuala Lumpur for first time began. Very happy at that time. My fridge magnet will add to be three. Yes like that, number of fridge magnets in my house shows how many countries I have visited….Later when I have visited 100 countries, I will buy a refrigerator as high as my house ceiling. So I can put all fridge magnets on it….Hahaha.
—-****—-
The trip that had been planned since 9 months before departure was finally realized. Still couldn’t believe when I really entered this neighbor country. The itinerary which I detailed in three sheets had taken me to the following 24 destinations:
1.KL Sentral
KL Sentral is the first stopover which is often used by travelers before exploring Kuala Lumpur. Yes, most public transportations from KLIA will end here.
KL Sentral was indeed built by Malaysian government as a transit-oriented transportation building. No wonder, this transportation center is never empty of visitors.
Beware, Donny…Your zippers.
For the first time, arriving here on the first day of my journey, at exactly 11:23 hours. I took time to explore Nu Sentral which is a shopping mall which is integrated with this modern building.
2. Batu Caves
The time that was too late to begin my trip to Genting Highlands made me choose this Hindu temple as my next stop. Located in Gombak area which is 15 km north of KL Sentral with a distance of 40 minutes travel time making the yellow statue of “Dewa Murugan” as the favorite icon in Kuala Lumpur after Petronas Twin Tower.
So, if you can’t use a tripod….Ask someone else to just take a your photo, Donny!….Huh.
90 minutes is more than enough time to dispel my curiosity about the cave which is located in a 400 million-year-old limestone hill.
3.Suria KLCC
After returning from Batu Caves and after hunting for hotels in Pasar Seni area which ended with staying at Agosto Inn, in a light drizzle I hurried to Kuala Lumpur City Center (KLCC). KLCC is center of Kuala Lumpur which offers a modern shopping mall i.e Suria KLCC, a row of five-star hotels, iconic view of Petronas Twin Tower and a large urban park (KLCC Park).
Even though I don’t like shopping, I’m just curious to see this mall which has 350 tenants. The Suria KLCC architecture is in crescent shape when viewed from above….Cool, huh. And you need to know that Suria KLCC construction is an integrated project with Petronas Twin Tower.
4.Petrosains
Before leaving Suria KLCC, I made time to visit Petrosains in 4th floor. Petrosains is Petronas’s petroleum education site, a Malaysian oil giant. Simply set aside Rp. 35,000 to study in Petrosains.
What are you doing….?
5. Petronas Twin Tower
Right to the left of Suria KLCC exit, I finally found the phenomenal twin building. Soft drizzle which accompanied me to enjoy Petronas Twin Tower was unable to drive me out of front yard of the tallest twin building in the world.
Security: “Get Downnnnnnn…..!”
Petronas Twin Tower is the last destination on the first day of journey. Rest faster at Agosto Inn to prepare myself for Genting Highland tomorrow.
6.Genting Skyway
On 6:30 hours, seeing my presence at dining table made hotel staff seem rushed to prepare breakfast which was only oatmeal, orange sunkist, toast and warm drinks which I could take as much as I could from tea and coffee pots.
A morning that was still very quiet I passed to KL Sentral to catch the first bus to Genting Highlands which will depart at 08:00. By paying for a round trip ticket from KL Sentral to Genting, USD 5.5 (price in 2014, in 2019 price have gone up to USD 6.3) I arrived at Genting Highlands 1 hour 15 minutes later.
First time riding a cable car….
That price includes Genting Skyway ride. While the one-way price for this transportation mode is USD 2. The gondola’s lower station is in Gohtong Jaya and its Upper Station is in Maxims Hotel, Genting Highlands.
7. Genting Highlands
Twenty minutes later, I arrived at Genting Highlands after hanging in the eight-persons seat gondola
The main purpose of second day journey, which had to give up my all time in second day was taken away. Deprivation which absurdly excites me . Hope, there was a repetition like this at another time.
Watch out, Donny! Don’t be in the middle of way!….Many people want to pass.
Two hours I explored the resort at top of Mount Titiwangsa in northeast of Kuala Lumpur. If you have much money, you can spend the night in Genting. But passing every mall without shopping, restaurants without taking lunch and casino without gambling, surely that’s me who has never had enough money to do all that.
8.Bukit Bintang
I just needed to reverse my departure way so I could go back to KL Sentral.
15: 30 hours….”Wow, I can still explore,” My thought cheering. Bus, done!….LRT, done!….Commuter, done!….MRT, not yet Donny!, they werw still seen dredging the ground next to Pasar Seni. So what will you ride next?
I decided to try the only monorail route in Kuala Lumpur. When else can I ride it if not now?. This is also my first time riding a monorail which three years later I rode the same mode for free at Sentosa Island, Singapore….Yup, that was Sentosa Express.
Don’t be too long, Donny!. Many people in your back, wait for took photos too.
The famous destination on KL Monorail Route is Bukit Bintang. Bearing a title as the most famous shopping and entertainment venue in Kuala Lumpur makes Bukit Bintang as the most popular retail center which is always hunted by shopping enthusiasts, from housewives, office workers to young women and even tourists.
Aren’t you a tourist, Donny? … No, sir. I’m just a fortunate wanderer who was given a chance to travel around 25 countries….Plakkkk Plakkkk Plakkkk…I hit you, Donny!
9.Taman Tasik Titiwangsa (Titiwangsa Park)
Killing time in a city park at north of city center was my journey’s closing on second day. Founded in former of tin mining during British colonialism made it reasonable by existence of a large lake as former of mining activities.
Sorry viewers….I ran out of battery when in the park….That was better picture.
At four o’clock in afternoon, I was present in the park in a crowd of extraordinary citizens’ activities. Until maghrib pray call reminded me that I wasn’t in “Bluntas Park” (the park name which is closest my home in Jakarta….Hahaha). The mean was, time began to expel me to immediately leave Taman Tasik Titiwangsa (Titiwangsa Park) and better spend my evening near hotel where I stay overnight.
10.Hop On Hop Off Bus
Time is indeed unfriendly when confronted with curiosity. Suddenly I was pushed into last day of journey. Long exploration time is successful in compromising with my tired calf veins in affecting my brain. Then my brain whispered, “Just relax in spending last day in Kuala Lumpur, Donny!“.
USD 11.6, I was forced to give it to double decker bus tour guide…. It’s called HOHO bus….Or, Hop On Hop Off bus.
Hurry up!….Don’t trap in the evening.
HOHO Bus Stop No. 09, located in Central Market, made it easy for me to catch it….It took less than 5 minutes to reach it from Agosto Inn. Not accepting loss, I insisted on visiting several tourist destinations along HOHO bus line.
11.Istana Negara
“Only 15 minutes. After that, every ladies and gentlemen can go back to bus or join to next bus“, her voice became clearer with presence of a mic under guide’s lips. Her face was beautiful within hijab (girl moslem wear ). She Made me melt.
Beware don’t cling to wall !….You could make the wall dirty, Donny….Huh
I rushed away as fast as I could to approaching palace gate. Took a picture with palace guard who stands like a statue and a very tame palace horse even though dozens of different faces took turn taking pictures with it.
12.Dataran Merdeka
A large square adorned with an iconic Mughal-Moor building becomes my next stop. Sultan Abdul Samad is name of the building. Sultan Abdul Samad himself was the leader of Selangor state which was famous for moving capital city of Selangor from Klang to Kuala Lumpur.
Yes….Not bad pose.
The plain is known as Dataran Merdeka, the place where Malaysia independence from British colonial government was declared.
13.KL Tower
HOHO bus which didn’t stop for long time at that communication tower, didn’t make me give up. I nimbly jumped out of bus and a second later HOHO bus left me in KL Tower yard.
Hurry up got in bus!…. Don’t be long time.
I would explore KL Tower before heading to Muzium Negara (State Museum).
If you have more guts, go to Sky Box!, if you want to lunch in an elegant way then try revolving restaurant! ,then go to observation deck to catch beautiful view of Kuala Lumpur city closer to your eyelids!.
Me?….I missed the first two parts. My wallet was only able to put me in the last part….It was better than nothing.
14.National Museum of Malaysia
Want to quickly know about culture of a nation?….Come to its national museum!.
For this reason I was present at Muzium Negara (National Museum of Malaysia). The journey of Malaysians from time to time is clearly displayed in this museum. Starting from prehistoric life….Kingdom life….Even the story of Majapahit Kingdom (Biggest Kingdom in Indonesia) is here.
Like I’ve never seen train before….Huh.
The nuances of Kuala Terengganu kingdom seem to strongly influence this museum architecture which looks so magnificent.
The Malaysian struggle session from British colonialism closed the history learning session at this building which is located on Jalan Damansara.
15.Taman Tasik Perdana(Perdana Botanical Garden)
Hop On Hop Off slowly entered into Kuala Lumpur green area….Amazing, this was the famous Taman Tasik Perdana (Perdana Botanical Garden).
Known as Lake Garden, this park was my best solution to stay away from hustle and bustle of Kuala Lumpur city which gradually made my ears noisy.
Hi, don’t stick!….Hahaha.
I saw how happy Kuala Lumpur people picnic as a family, swinging their feet along jogging track, rowing a boat on a beautiful lake and I was dissolved with my steps to enjoy green trees which cooling surrounding air.
16.Kuala Lumpur Orchid Park
The colors of flowers were like a magnet which pulled me closer. I was cheerful when a park signboard whispered information that I didn’t need to pay a cent to enter it.
Hi, don’t step on the grass!….Wew, ask for a fight.
A woman with wide hat greeted me with a happy smile. Her duty in arranging the park was finally visited by a thin-pocketed traveler. Without embarrassment, the traveler also posed in front of camera which held by the woman….Already entered, free of charge, also gave an order to catching a picture…. Beuh, plaaaaaakkkk#hitmyface.
17.Kuala Lumpur Deer Park
“Ma’am….Is there something where doesn’t require an entrance ticket in Perdana Botanical Garden?“, I asked without shame
“There, Sir….There is deers across. At the end of this road then turn right “, She said mixed with a smile.
Beuh, if it’s free, don’t ask….Donny is the best searcher and Donny will be the fastest to visiting. As fast as lightning, I was already inside Kuala Lumpur Deer Park.
Hahaha….Similar
All visitors who all quickly entered the park and also quickly left it. In contrast to me who really enjoy behavior of those deers whose its brothers like to steal cucumbers in Indonesia (Indonesia have famous story about a deer that love to steal farmer’s cucumber).
Beuh….Those deers dung beat my bad habit….Free attraction hunter.
18.Kuala LumpurBird Park
The biggest bird’s nest in the world. Home for three thousand birds. This time there was no mercy for my wallet. USD 10.2 flew just to see birds freely roam in the park.
Don’t touch the sign, Donny!….It can collapse….Huh
If you go there, you will find a mandarin duck which for the first time I saw it. Don’t forget to also take part in feeding program for KL Bird Park “residents“!.
19.National Mosque
Exiting Perdana Botanical Garden, HOHO bus drove me to perform Asr prayer at National Mosque.
Be polite!….
National Mosque, which is capable of accommodating 15,000 worshipers, was established to give thanks to God for country’s independence from colonial government without bloodshed.
Feel coolness of main room with soft carpet while worshiping in this mosque. Guaranteed peace and make sleepy.
20.Kuala Lumpur City Gallery
I slowly moved away from Perdana Botanical Garden area to return to city center. Apparently, I had circled the city 360 degrees, because I had arrived again at Dataran Merdeka. This time I was visiting Kuala Lumpur City Gallery.
Like a villager.….Hahaha
Do you want to know about Kuala Lumpur city development plan?
Want to know also how much Malaysia’s income from tourism?….Fantastic.
Want to know too, what building which they want to build to defeat Petronas Twin Tower which actually has also become the tallest one in entire world?
Just pay USD 1.2 and enter into it….It’s great, I guarantee.
21.National Textile Museum
Yup, there was still a little more time…..
Crossing road in Dataran Merdeka, I was shocked by existence of National Textile Museum. No need to spend money to visit it.
Be saw by security guard from inside…..
The museum, which is placed inside a building which is more than a decade old, offers historical and cultural journeys through a series of typical Malay fabrics which are displayed therein. Also some of relics of Kuala Terengganu’s artistic objects which must have been luxury items in its era
22.Petaling Street
Goodbye Hop On Hop Off bus, thank you for taking me to know Kuala Lumpur.
I immediately headed to hotel to pick up a backpack which I had left in receptionist since morning because my stay finished at 12:00 hours.
But yes, back to the habit….Not wanting to lose against time which kept rolling, I pushed toward Petaling Street which is close to hotel.
You want to shop….Do you have money, Don?
Petaling Street is center of Chinatown in Kuala Lumpur. Quite crowded when I enter it and explore each stalls which offer a variety of souvenirs and food.
You have to eat roasted chestnuts….It’s delicious, oath!
23.Pasar Seni (Central Market)
It was getting darker….No need to worry, my flight was still tomorrow. A thing which limited me was LRT’s last operating hour, which was 23:00 hours.
I only needed a few minutes to move from Petaling Street to Central Market. Sitting and enjoying culinary time in Petaling didn’t make me realize that the dark had begun to acquire the day. Maybe it was also because of my tiredness which had conspired with the dark to make me forget
Borrowing pictures from someone (year 2019).
“Ma’am, what can i get with this amount of money?….Just packing as avail as possible, ma’am. Just a souvenir, Ma’am….Don’t pack foods. I want to go back to Jakarta” words which indicate that I was tired and couldn’t think anymore to choose souvenirs.
24.Kuala Lumpur International Airport Terminal 2 (KLIA2)
Only a few minutes before 21:00 hours, I closed curtain of my journey in Kuala lumpur. It was time to head to airport which will be my bed on the last night. Combination of traveling using LRT Kelana Jaya and Skybus made me arrive at KLIA2 at a little over 22:00 hours.
He who had a Central Market picture above….He came from future….Wow!
Hi, man….Airport is not a tourist destination….Yakss, for you maybe not….For me is yes, because I often invest time in exploring airport which for the first time I visited.
For me, KLIA2 is an exotic place like a seven star hotel which has contributed to taking me around the world.
Already finish….Need three days to write this article. The longest article which I’ve ever written. This article have 2,679 words, Wow.
Entah berapa kali kusebut kata KL Sentral sejauh membidani 201 artikel kelayapan ini. Yang kuingat, aku telah lima kali menjejak bangunan fenomenal itu. Lima tahun pula, berbagai sisi dan momen menarik yang tercuri dari Kl Sentral mendekam dalam External Hard Disk terbungkus rapi dalam laci meja kerja di peraduanku….Kamar yang terus memberiku ilham dalam menaklukkan indahnya bumi.
Tak adil rasanya, jika kehebatannya tak terbagi kepada kalian. Karena aku yakin kalian akan menjejaknya jua suatu saat….Atau mungkin, kalian yang sudah menyambanginya tapi belum memahami detailnya.
Beroperasi 18 tahun lalu, KL Sentral memberikan peran penting dalam pariwisata Malaysia. KL Sentral berjasa menjadi penghubung antara gerbang pertama Malaysia (yaitu Kuala Lumpur International Airport) dan spot-spot penting pariwisata di tengah kota….Cepat, efektif dan efisien. Mungkin itulah yang akan dikejar oleh Stasiun Sentral Manggarai 2021.
Memberimu gambaran mendasar tentang KL Sentral. Inilah foto terbaikku di level 1 KL Sentral:
KL Sentral level 1 dilihat dari Nu Sentral mall di level 2.
KL Sentral level 1 dilihat dari platform LRT laluan Kelana Jaya di level 2.
KL Sentral Bus Station
Sebelum membedah level 1, aku akan mengajakmu menengok KL Sentral basementlevel. Kenapa?….Karena 100% kedatanganku ke KL Sentral menggunakan moda transportasi termurah….Yups, Skybus, Aerobus dan Airport Coach yang tiketnya hanya berharga Rp. 42.000.
Setelah melalui jalan Stesen Sentral, bus akan memasuki level Basement dan berhenti di shelter yang menjual tiket Aerobus/Skybus/Airport Coach/Resort World Genting Bus. Sementara dibelakang escalator (digunakan untuk naik ke level 1), kamu akan menemukan shelter Rapid KL Free Bus yang digunakan turis menuju wisata Batu Caves.
Kiri adalah konter tiket Airport Coach menuju KLIA dan kanan merupakan konter tiket Skybus/Aerobus menuju KLIA2
Airport Coach menuju KLIA (Terminal 1)
Skybus menuju KLIA2 (Terminal 2)
Bus menuju wisata Genting Highlands.
Petunjuk arah menuju Rapid KL Free Bus ke wisata Batu Caves.
Dua kali, aku turun di level basement KL Sentral dan langsung meninggalkan KL Sentral untuk menuju ke Westree Hotel (tahun 2018) dan Hotel M & M (tahun 2019) melalui koridor ini:
Koridor di level Basement menuju Jalan Tun Sambanthan.
Ini loh penampakan Jalan Tun Sambanthan.
Nu Sentral Mall
Jika kamu ingin meneruskan perjalanan menggunakan KTM ETS (Kereta Tanah Melayu- Electric Train Service), LRT laluan Kelana Jaya, KTM komuter Laluan Seremban, Monorail, kereta bandara (KLIA Ekspres dan KLIA Transit) kamu harus naik ke level 1 KL Sentral menggunakan escalator di dekat konter tiket Skybus/Aerobus.
Atau….kamu juga bisa naik ke level 1 sebagai akses untuk menuju Nu Sentral mall yang ada di level 2….Yuk lihat Nu Sentral mall.
Escalator penghubung beberapa train gate di lantai 1 menuju Nu Sentral mall yang berada di level2
Suasana Nu Sentral mall.
Suasana Nu Sentral mall.
Selesai berbelanja di Nu Sentral mall, maka carilah jembatan penyeberangan menuju jalan Tun Sambanthan. Jembatan penyeberangan orang (JPO) ini terhubung secara langsung dengan Nu Sentral mall.
Petunjuk arah menuju jalan Tun Sambanthan.
Inilah jembatan penyeberangan orang (JPO) yang kumaksud.
Transportation Area
Sebelum turun kembali ke level 1, kamu harus melihat dimana letak stasiun monorail. Floor plan menunjukkan bahwa stasiun monorail KL Sentral adalah bangunan terpisah dari KL Sentral itu sendiri. Tapi tidak perlu khawatir karena tersedia connection bridge dari KL Sentral menuju stasiun monorail.
Yuhuuu….Sudah di depan gate stasiun monorail.
Tuh dia, monorailnya…..Saat menuju Taman Tasik Titiwangsa.
Yukkkk….Kita bedah lantai 1. Lantai ini dialokasikan sebagai akses menuju berbagai moda transportasi kereta.
Dimulai dari kereta komuter. Ada dua line kereta komuter di KL Sentral yaitu KTM Laluan Seremban dan KTM Laluan Pelabuhan Klang.
Bersiap naik KTM Komuter Laluan Seremban menuju Batu Caves.
Itu dia platform KTM Komuter di basement.
Selain KTM Komuter, moda transportasi menuju ke pusat kota yang paling populer di Kuala Lumpur adalah LRT (Light Rail Transit). LRT Laluan Kelana Jaya lah yang beruntung karena menjadi satu-satunya LRT terpilih yang menyinggahi KL Sentral.
Automatic gates menuju platform LRT Kelana Jaya di level 2.
Tertangkap juga wujud LRT Laluan Kelana Jaya di Stasiun Pasar Seni.
Selain Skybus/Aerobus dan Airport Coach, Pariwisata Malaysia juga menghadirkan KLIA Transit dan KLIA Express yang merupakan kereta premium menuju Kuala Lumpur International Airport. Premium tentu identik dengan harga mahal tetapi pastinya menjamin sebuah kenyamanan.
Perihal makanan,….Sebagai transit hub terbesar di Malaysia, pastinya KL Sentral menyediakan banyak eatery.
Di level 1 terdapat beberapai food and beverage shop seperti La Cucur Express, Panettone (vegetarian food), Meals Station, I Love Yoo!, Chatime, Swiss Oven, Secret Recipe, Starbucks, Burger King, Ayam Penyet Express dan masih banyak lagi.
Makan Penang White Curry Bowl di Panettone (2018).
Di luar KL Sentral (sekitar jalan Tun Sambanthan) juga terdapat beberapa kedai makanan yang cukup murah dengan cita rasa jempolan. Aku mengunjunginya karena sering menginap di sekitaran KL Sentral.
ABC Bistro Cafe….Tempat nongkrongku di sekitaran KL Sentral.
Hotel Murah Terdekat
Jalan Tun Sambanthan adalah jalur penting di daerah Brickfields. Daerah ini menyediakan restoran, pertokoan dan tempat tinggal. Brickfields juga menyediakan banyak hotel dari bintang lima hingga hotel dengan budget bersahabat.
Hotel Westree saat trip Malaysia-Singapura 2018
Hotel M&M saat mengunjungi sebuah event internasional 2019
So….Kunjungi KL Sentral dengan baik dan nikmati saja fasilitasnya.
Penerbangan ke Kuala Lumpur yang hampir tak tertangkap karena beradu cepat dengan waktu di sepanjang tol Jakarta-Serang, dibumbui dengan pucat pasinya wajah akibat interogasi staff imigrasi yang judes karena penampilanku yang tak meyakinkan, membuat hati dan asaku malambung tinggi bersamaan dengan langkah pertamu meninggalkan konter imigrasi KLIA2.
Gaes….Perjalananku di Kuala Lumpur untuk pertama kalinya dimulai. Seneeenggg banget waktu itu. Magnet kulkas ku akan bertambah menjadi tiga. Begitulah adanya, jumlah magnet kulkas di rumahku menunjukkan berapa banyak negara yang sudah kukunjungi…..Nanti kalau sudah mengunjungi 100 negara, aku akan beli kulkas setinggi langit-langit rumah. Biar muat nempelin magnet-magnet itu….Hahaha.
—-****—-
Perjalanan yang sudah direncanakan sejak 9 bulan sebelum keberangkatan ini akhirnya terwujud. Masih tak percaya ketika diriku benar-benar memasuki negeri jiran itu. Rencana perjalanan yang kutuangkan secara detail di tiga lembar itinerary telah mengantarku menuju 24 destinasi berikut:
1.KL Sentral
KL Sentral adalah persinggahan pertama yang sering digunakan para petualang sebelum menjelajah Kuala Lumpur. Ya iyalah, kebanyakan transportasi umum dari KLIA akan berujung di sini.
KL Sentral memang dibangun pemerintah Malaysia sebagai bangunan transportasi berorientasi transit. Tak khayal, pusat transportasi ini tak pernah sepi pengunjung.
Awas mas….Resleting.
Untuk pertama kalinya, tiba disini di hari pertama kelayapanku, tepat pukul 11:23. Aku menyempatkan diri untuk sejenak mengeksplorasi Nu Sentral yang merupakan shopping mall yang terintegrasi dengan bangunan modern ini.
2. Batu Caves
Waktu yang terlalu siang untuk memulai perjalanan ke Genting Highlands membuatku memilih kuil umat Hindu ini sebagai persinggahanku berikutnya. Berlokasi di daerah Gombak yang berjarak 15 km di utara KL Sentral dengan jarak tempuh 40 menit menjadikan patung kuning “Dewa Murugan” menjadi ikon terfavorit di Kuala Lumpur setelah Petronas Twin Tower.
Makanya, kalau ga bisa main tripod….Minta orang lain fotoin aja….Huh.
90 menit menjadi waktu yang lebih dari cukup untuk menghilangkan rasa penasaranku akan gua yang terletak di sebuah perbukitan kapur berusia 400 juta tahun itu.
3.Suria KLCC
Sekembali dari Batu Caves dan seusai berburu hotel di daerah Pasar Seni yang berakhir dengan hinggapnya langkah di Agosto Inn, dalam gerimis ringan aku bergegas menuju Kuala Lumpur City Centre (KLCC). KLCC adalah pusat kota Kuala Lumpur yang menawarkan shopping mall modern yaitu Suria KLCC, deretan hotel bintang lima, pemandangan ikonik Petronas Twin Tower dan taman kota yang luas (KLCC Park).
Walau tak gemar berbelanja, aku hanya penasaran ingin melihat langsung mall yang memiliki 350 tenant ini. Arsitektur Suria KLCC konon berbentuk bintang sabit jika dilihat dari atas….Keren ya. Dan perlu kamu tahu bahwa pembangunan Suria KLCC adalah proyek terintegrasi dengan Petronas Twin Tower.
4.Petrosains
Sebelum keluar dari Suria KLCC, aku sempatkan untuk mengunjungi Petrosains di lantai 4. Petrosains adalah tempat edukasi perminyakan milik Petronas, raksasa minyak milik Malaysia. Cukup menyisihkan Rp. 35.000 untuk belajar di dalam Petrosains.
Ngapain siiih….
5. Petronas Twin Tower
Tepat di sebelah kiri pintu keluar Suria KLCC, aku akhirnya menemukan bangunan kembar fenomenal itu. Gerimis lembut yang menemaniku menikmati Petronas Twin Tower tak mampu mengusirku segera dari halaman depan gedung kembar tertinggi di dunia itu.
Security: “Turuuuuuuunnnn…..”
Petronas Twin Tower adalah destinasi terakhir di hari pertama kelayapan. Lebih cepat beristirahat di Agosto Inn untuk mempersiapkan diri menuju Genting Highland di keesokan harinya.
6.Genting Skyway
Jam 6:30, Melihat kehadiranku di meja makan membuat staff hotel itu terkesan tergesa-gesa menyiapkan sarapan pagi yang hanya berupa oatmeal, jeruk sunkist dan toast serta minuman hangat yang bisa kuambil sepuasnya dari tea and coffee pots.
Pagi yang masih sangat sepi kulalui menuju KL Sentral untuk menangkap bus pertama menuju Genting Highlands yang akan berangkat pukul 08:00. Dengan membayar tiket pulang pergi dari KL Sentral ke Genting sebesar Rp. 73.000 (harga pada tahun 2014, tahun 2019 harga sudah naik menjadi Rp. 85.000) aku tiba di Genting Highlands 1 jam 15 menit kemudian.
Pertama kalinya naik cable car….Clingak-clinguk, ndeso!
Harga segitu sudah termasuk naik Genting Skyway. Sementara harga sekali jalan untuk moda transportasi ini adalah Rp. 28.000 (Tahun 2019). Lower station gondola ini berada di Gohtong Jaya dan Upper Stationnya berada di Maxims Hotel, Genting Highlands.
7. Genting Highlands
Dua puluh menit kemudian, aku tiba di Genting Highlands setelah bergelantungan di dalam gondola berpenumpang delapan orang itu
Tujuan utama hari kedua yang harus merelakan waktu sehariku dirampas begitu saja. Perampasan yang membuatku girang bukan kepalang. Berharap ada repetisi seperti ini di lain waktu.
Awas, bang jangan di tengah jalan !….Kasian orang lain mau lewat.
Dua jam aku menapaki resort di pucuk gunung Titiwangsa sebelah timur laut Kuala Lumpur. Kalau kamu punya uang berlebih bisalah bermalam di Genting. Tapi melewati setiap mall tanpa berbelanja, restoran tanpa menyempatkan makan siang dan casino tanpa berjudi, pastinya itu adalah aku yang tak pernah memiliki uang cukup untuk berhura suka macam itu.
8.Bukit Bintang
Tinggal membalik cara berangkat maka aku bisa pulang kembali ke KL Sentral.
15:30….”Wuih, masih bisa ngelayap”, batinku bersorak. Bus, sudah….LRT, sudah….Komuter, sudah….MRT, belum jadi bang, mereka masih terlihat mengeruk tanah di sebelah Pasar Seni. Naik apa lagi dong?…..
Kuputuskan mencoba satu-satunya jalur monorail di Kuala Lumpur. Kapan lagi aku bisa menaikinya. Ini juga menjadi yang pertama kali aku menaiki monorail yang tiga tahun kemudian aku menaiki moda yang sama secara gratisan di Sentosa Island, Singapura….Yup, itu Sentosa Express.
Jangan lama-lama, belakang nungguin mau foto juga tuh.
Tujuan terkenal di Laluan Monorel KL adalah Kawasan Bukit Bintang. Menyandang predikat sebagai tempat perbelanjaan dan hiburan paling terkenal di Kuala Lumpur menjadikan Bukit Bintang sebagai pusat retail terpopuler yang selalu diburu para penggemar belanja, dari ibu rumah tangga, pegawai kantoran hingga pemudi pemuda bahkan para wisatawan.
Bukannya kamu wisatawan, Donny?….Bukan, bang. Aku cuma tukang kelayapan yang beruntung diberi kesempatan keliling dunia hingga 20 negara…..Geplaaakk-Geplaaakk-Geplaaakk.
9.Taman Tasik Titiwangsa
Killing time di sebuah taman kota di utara pusat kota adalah penutup petualangku di hari kedua. Didirikan di bekas pertambangan timah semasa kolonialisme Inggris menjadikannya maklum dengan keberadaan danau besar bekas galian pertambangan itu.
Maap pemirsa….Aku kehabisan batre pas ditaman….Itu aja ya.
Pukul empat sore, aku sudah hadir di taman itu dalam keramaian aktivitas warga yang luar biasa. Sampai-sampai adzan maghrib mengingatkanku bahwa aku sedang tidak berada di “Taman Bluntas”(nama taman terlayak yang dekat dengan tempat tinggalku). Artinya, waktu mulai mengusirku untuk segera meninggalkan Taman Tasik Titiwangsa dan lebih baik menyambut rasa aman di hotel tempatku menginap saja.
10.Hop On Hop Off Bus
Waktu memang tak bersahabat ketika dihadapkan dengan rasa penasaran. Mendadak aku di dorongnya memasuki hari terakhir petualangan. Waktu yang tak sedikit berhasil berkompromi dengan urat betis dalam mempengaruhi otak. Lalu otak berbisik, “Santai saja menghabiskan hari terakhir di Kuala Lumpur, Don”.
Rp. 157.500 terpaksa kuserahkan kepada pemandu wisata bus tingkat macam Routemaster milik negeri ratu Elizabeth itu. Bukan Routemaster ….Itu namanya HOHO….Atau kerennya Hop On Hop Off.
Buruan naik….Keburu soreeee.
HOHO Bus Stop No. 09 yang terletak di Central Market memudahkanku untuk menangkapnya….Tak sampai 5 menit untuk mencapainya dari Agosto Inn. Tak terima merugi, aku bersikeras mengunjungi beberapa destinasi wisata sepanjang jalur bus HOHO.
11.Istana Negara
“Cukup 15 menit saje, setelahnya tuan-tuan dan puan-puan bise kembali ke bus atau ikut bus berikutnye”, suara itu semakin jelas dengan keberadaan mic di bawah bibir sang pemandu. Duh cantiknya wajah melayu berhijab itu. Membuatku luluh.
Awas jangan nempel-nempel….Bikin kotor tembok.
Aku bergegas melarikan diri secepat mungkin mendekat gerbang istana. Berfoto dengan penjaga istana yang berdiri bak patung dan kuda istana yang sangat jinak walau berpuluh-puluh wajah berbeda silih berganti berfoto dengannya.
12.Dataran Merdeka
Lapangan luas dihiasi gedung ikonik bergaya Mughal-Moor menjadi persinggahan berikutnya. Sultan Abdul Samad adalah nama bangunan itu. Sultan Abdul Samad sendiri adalah pemimpin negara Selangor yang terkenal karena memindahkan ibu kota Selangor dari Klang ke Kuala Lumpur.
Ya….Mayan lah posenya.
Dataran itu dikenal sebagai Dataran Merdeka, tempat dimana kemerdekaan Malaysia dari pemerintah kolonial Britania Raya di deklarasikan.
13.KL Tower
HOHO yang tak begitu lama berhenti di menara komunikasi itu, lantas tak membuatku menyerah. Aku melompat dengan gesit keluar dari bus dan sedetik kemudian HOHO meninggalkanku di pelataran KL Tower.
Sonoh naeekkk….Jangan lama-lama.
Aku akan mengeksplorasi KL Tower sebelum menuju Muzium Negara.
Kalau kamu punya nyali, masuklah ke Sky Box, kalau mau makan siang dengan cara elegan maka cobalah revolving restaurant lalu pergilah ke observation deck untuk menangkap pemandangan kota Kuala Lumpur lebih dekat di pelupuk mata.
Aku?….Dua bagian pertama kulewatkan. Dompet hanya sanggup memasukkanku ke bagian terakhir….Lumayan lah daripada tidak sama sekali.
14.Muzium Negara
Mau mengenal budaya suatu bangsa dengan cepat?….Datanglah ke museum nasionalnya.
Untuk itulah aku hadir di Muzium Negara Malaysia. Perjalanan bangsa Malaysia dari waktu ke waktu terpampang jelas di museum ini. Mulai dari kehidupan prasejarah….Kehidupan berkerajaan….Bahkan cerita tentang Majapahit pun ada disini.
Kayak ga pernah liat kreta aja….Huh.
Nuansa kerajaan Kuala Terengganu nampak kuat terasa mempengaruhi arsitektur museum ini yang tampak begitu megah.
Sesi perjuangan bangsa Malaysia dari kolonialisme Britania Raya pun menutup sesi belajar sejarah di bangunan yang terletak di Jalan Damansara itu.
15.Taman Tasik Perdana
Perlahan Hop On Hop Off memasuki kawasan hijau Kuala Lumpur….Warbiasah, ini Taman Tasik Perdana yang tersohor itu.
Terkenal dengan sebutan Lake Garden, taman ini adalah solusi terbaikku untuk menjauhi hiruk pikuk kota Kuala Lumpur yang lama-kelamaan membuat bising telinga.
Nempel….Denda.
Kulihat betapa bahagia warga Kuala Lumpur berpiknik sekeluarga, mengayun kaki di sepanjang jogging track, mendayung perahu di danau nan cantik dan aku pun larut bersama langkahku menikmati hijaunya pepohonan yang mendinginkan udara sekitar.
16.Taman Orkid Kuala Lumpur
Warna-warni bunga itu bagai magnet yang menarikku mendekat. Riang tak berkira ketika papan nama itu membisikkan informasi bahwa aku tak perlu membayar satu sen pun untuk memasukinya.
Dilarang menginjak rumput!….Wah, ngajak berantem.
Seorang ibu dengan caping lebar menyapaku dengan senyum karena bahagia. Karyanya menata taman itu akhirnya dikunjungi seorang pengelana berkantong tipis….Tanpa malu pula si pengelana berpose di depan kamera yang dipegang Sang Ibu….Udah masuk gratisan, nyuruh-nyuruh pulak….Beuh, plaaaaaakkkk.
17.Taman Rusa dan Kancil
“Bu….Ada sesuatu yang tak memerlukan tiket masuk untuk berwisata di Taman Tasik Perdana?”, pertanyaanku yang tak berkemaluan.
“Ada, Dik….Ada kancil di seberang. Di hujung jalan tu belok kanan”, ucapnya bercampur senyum.
Beuh, kalau gratisan jangan ditanya….Donny jagonya cari dan paling cepat hadir. Secepat kilat, aku sudah berada di dalam Taman Rusa dan Kancil.
Mirip….
Para pengunjung yang semuanya begitu cepat memasuki taman itu lalu dengan cepat pula meninggalkannya. Berbeda denganku yang begitu menikmati tingkah para kancil yang saudara-saudaranya suka mencuri timun di Indonesia.
Beuh….Bau kotoran kancil itu mengalahkan kebiasaan burukku….Pemburu wisata gratisan.
18.Taman Burung Kuala Lumpur
Sarang burung terbesar di dunia katanya. Rumah bagi tiga ribu ekor burung. Kali ini tak ada ampun buat dompetku. Rp. 138.000 melayang hanya untuk sekedar melihat para burung bebas terbang berkeliaran di dalam taman ini.
Jangan pegang-pegang plang….Awas rubuh….Huh
Kalau kamu kesana coba kau cari bebek mandarin yang baru pertama kali juga aku melihatnya. Jangan lupa ikuti juga acara pemberian makan bagi para penghuni KL Bird Park.
19.National Mosque
Keluar Taman Tasik Perdana, HOHO mengantarkanku untuk menjalankan ibadah shalat Ashar di National Mosque.
Sok sopan…..
Masjid Negara yang mampu menampung 15.000 jama’ah ini, didirikan untuk mensyukuri kemerdekaan negara dari pemerintah kolonial tanpa pertumpahan darah.
Rasakan kesejukan ruangan utama dengan karpet lembut saat beribadah di masjid ini. Dijamin damai dan bikin ngantuk.
20.Kuala Lumpur City Gallery
Perlahan aku menjauh dari kawasan Taman Tasik Perdana untuk kembali ke pusat kota. Rupanya aku sudah mengitari kota 360 derajat, karena aku sudah mendarat kembali di Dataran Merdeka. Kali ini aku menyasar Kuala Lumpur City Gallery.
Kek orang kampung….
Pengen tahu rencana pengembangan kota Kuala Lumpur?
Pengen tahu juga berapa pendapatan Malaysia dari pariwisata?….Fantastis.
Pengen tahu juga, mereka mau bikin gedung apa lagi untuk mengalahkan Petronas Twin Tower yang sebetulnya juga sudah menjadi satu yang terhebat di seantero jagad?
Bayar aja deh Rp. 17.500 dan masuk ke dalamnya….Kagak rugi, kujamin.
21.Muzium Tekstil Negara
Yup, masih ada waktu sedikit lageeeee…..
Menyeberangi jalan di Dataran Merdeka, aku tertelisik dengan keberadaan Muzium Tekstil Negara. Tak perlu merogoh kocek untuk mengunjunginya.
Diliatin Satpam dari dalem…..
Muzium yang ditaruh di dalam bangunan berusia lebih dari se-dekade ini menawarkan perjalanan sejarah dan budaya melaui sederetan kain khas Melayu yang dipajang didalamnya. Juga beberapa peninggalan beberapa benda kerajaan Kuala Terengganu yang artistik dan pasti menjadi barang mewah di zamannya
22.Petaling Street
Selamat tinggal Hop On Hop Off, terimakasih sudah mengantarkanku mengenal Kuala Lumpur.
Aku segera menuju ke hotel untuk mengambil backpack yang sudah kutitipkan sejak pagi karena memang masa inapku sudah selesai jam 12 siang.
Tapi ya kembali ke sifat dasar….Tak mau merugi melawan waktu yang terus bergulir, aku merangsek menuju Petaling Street yang dekat dengan hotel.
Sok mau belanja….Emang punya duit, Don?
Petaling Street adalah pusat pecinan di Kuala Lumpur. Cukup ramai ketika aku memasuki dan menelusuri setiap selasar yang menawarkan berbagai souvenir dan makanan.
Kamu harus cobain kenari atau chestnut bean yang di sangrai dalam pasir panas….Beuh itu enak, sumpah!
23.Pasar Seni (Central Market)
Semakin gelap….Tak perlu khawatir, penerbanganku masih esok hari. Yang membatasiku hanyalah jam operasional terakhir LRT, yaitu pukul 23:00.
Aku hanya perlu waktu beberapa menit untuk berpindah dari Petaling Street menuju Pasar Seni. Duduk menikmati kuliner di Petaling tak menyadarkanku bahwa gelap mulai mengakuisisi hari. Mungkin juga karena kelelahanku yang sudah bersekongkol dengan gelap untuk membuatku khilaf.
Minjam gambar orang yak (gambar tahun 2019).
“Bu, uang segini dapat apa saja ya?….Bungkusin aja sedapatnya, Bu. Souvenir aja ya, Bu….Jangan bungkus makanan. Saya mau pulang ke Jakarta”, perkataan yang menandakan aku lelah dan tak bisa berfikir lagi untuk memilih oleh-oleh.
24.Kuala Lumpur International Airport Terminal 2 (KLIA2)
Hanya beberapa menit sebelum jam 21:00, aku menutup tirai petualangaku di Kuala lumpur. Sudah saatnya menuju ke bandara yang akan menjadi tempat tidurku di malam terakhir. Kombinasi perjalanan menggunakan LRT Laluan Kelana Jaya dan Skybus membuatku tiba di KLIA2 jam sepuluh lebih sedikit.
Tuh yang punya gambar Central Market….Itu kan guwe dari masa depan….Wah!
Hi, man….bandara bukanlah destinasi wisata….Yakss, buatmu mungkin bukan….Buatku iya, karena aku sering menginvestasikan waktu untuk menjelajah bandara-bandara yang baru pertama kali kukunjungi.
Buatku KLIA2 adalah tempat eksotik bak hotel bintang tujuh yang berjasa mengantarkanku berkeliling dunia.
Udah yeee….Tiga hari guwe bikin tulisan ini. Tulisan terpanjang yang pernah kutulis. Ma’ap, kuketik. 2.333 kata, mamen. Njirrrr.
It was sad If I met European tourists, because they had long leave schedule. When they asked to me about my leave duration…. yes, exactly just 12 days ….. I sad…. hahaha.
But I never give up …. with my little time I will be around the world.
Back to time matter …. Every I had short transit when abroad, I often spent time to short exploration to the city that I had transit.
This article also tells how I spent 7 hours in Kuala Lumpur down town between 10:00 – 17:00
1. Batu Caves.
The journey started from 10:30 am from KL Sentral. Using the combination of KTM 1 free bus and Sentul – Batu Caves commuter train.
Left: Free bus KTM1 (KL Sentral-Sentul Station)
Right: Commuter train (Sentul Station – Batu Caves Station)
on 12:06 I arrived at Batu Caves. It was second time I visited it. Nothing had changed since 4 years ago, there were only some renovations in some parts of temples.
Top Left: Hanuman Statue
Top Right: I didn’t know what is the temple name…. it was precisely behind Hanuman statue
Bottom Right: Venkatachalapathi Temple
Lower Left: Murugan Statue
My trip in Batu Caves Gw was closed by lunch time at Dhivya’s Café – an Indian food stall on the front yard of Batu Caves -. I ate fried rice for 4 Ringgit.
2. Petronas Twin Tower
At 14:42 I arrived at KL Sentral, I was using the same lane and mode of transportation when I was heading for Batu Caves. From KL Sentral I moved with LRT Kelana Jaya Line for 2.4 Ringgit and finally I arrived at KLCC (Kuala Lumpur City Centre). I was out through Ampang Street KLCC Exit Gate. And finally I found Petronas Twin Tower.
The stinging heat of sun required me to took some photos of twin building when clouds were blocking the sun. When clouds have moved avoid the sun then I took shelter under the trees in front yard of twin building. Many tourists saw my oddity…. hahaha
Top Left: KLCC Exit gate to Ampang Street
Top Right: Ampang Street
Bottom Right: Suria KLCC mall is adjacent to Petronas Twin Tower
Bottom Left: Petronas Twin Tower.
After took some photos of Twin Tower and surrounding landmarks, I immediately moved to Pavillion in Bukit Bintang using GOKL City Bus.
3. Pavillion Bukit Bintang
Using the free GOKL bus, I had opportunity to revisited Pavillion, Bukit Bintang at 16:18. Easter theme made decorations in Pavilion courtyard was very eye-catching.
Top Left: Fountain in front of Pavillion
Lower Left: Sephora Mall …. Cosmestic and skincare centre at Bukit Bintang
Central: Five star hotel JW Marriot Bukit Bintang
Right: Easter theme in the front of Pavilion
I was only 20 minutes in Pavilion and I wanted to went to Petaling Street at Pasar Seni soon.
4. Petaling Street
Going to Petaling Street, Pasar Seni, I used again GOKL free bus. On 16:53 I arrived at Pasar Seni terminal.
I just asked to local people around Pasar Seni to showed Petaling Street directions. A middle-aged nicely man pointed to me the way to got there. By walking towards Petaling Street, My eyes swept Pasar Seni situation that had changed better than 2014. In 7 minutes I reached Petaling Street.
Top Left: Pasar Seni MRT Station
Top Right: Petaling Street front gate
Bottom Right: Petaling Street inside
Bottom Left: Street situation in front of Petaling Street gate
Petaling Street didn’t crowded yet because I came there around 5 pm, traders were getting ready with their wares. I just bought keychains here.
And Petaling Street became last destination on this trip. Because I must prepare to flied to Singapore.
In 2014, I had visited Batu Caves. At that moment I went from KL Sentral to Batu Caves used Seremban Line Commuter Train with ticket fare 2 Ringgit.
March 30th, 2018, I visited Kuala Lumpur and I wanted to visited Batu Caves again. But when I bought ticket at KL Sentral commuter ticket counter, the commuter train to Batu Caves currently unserved passengers from KL Sentral. I knew it because I notice a tourist who talk to ticket counter staff. Finally I decided to got out from queue before actually reached in front of ticket counter staff.
I finally headed to KL Sentral information counter to ask how to reached Batu Caves. According to information staff, to reached Batu Caves, I must use KTM 1 free bus from KL Sentral to Sentul Station. Well from Sentul Station then continued using commuter train to Batu Caves. I ask where did the free bus located, actually KTM 1 bus shelter was in front of Airport Coach / Sky Bus Shelter in KL Sentral.
Top Left: Direction board was in front of Skybus shelter that directed tourists to KTM 1 bus to Sentul Station
Right: Direction on the floor directed me towards KTM Bus 1 shelter.
Bottom Left: KTM 1 Bus parked at Sentul Station.
Free bus KTM would go if passengers was full, I didn’t wait to got a seat. When bus had available space then I immediately got in. The journey from KL Sentral to Sentul Station took approximately 25 minutes on the fluently road.
Once arrived at Sentul Station, I immediately headed into station to bought commuter train tickets. I immediately bought a round-trip ticket because it was cheaper 1 Ringgit than one-way ticket. Once I paid 5 Ringgit then I got a ticket pass to got in the train line. This card would bring me back to Sentul Station again after finishing Batu Cave visitation.
Top Left: Sentul Station inside
Top Right: Sentul Station ticket counter
Bottom Right: Ticket pass (Sentul station to Batu Caves station round trip)
Lower Left: Commuter Train that carried passengers from Sentul Station to Batu Caves station
Once got in to train line, a commuter train was waiting. This Chinese-made train stopped long enough to waited for passengers until all seats were full.
It was clear that KL Sentral point still exist on the route map above the train door, it indicated that initially this train passed KL Sentral when it ran towards Batu Caves, but the line had been changed and shortened into Sentul Station-Batu Caves Station.
I noticed that the flow of passengers up and down along the way to Batu Caves was very quiet, it also seen from some station buildings along trip that poorly maintained in cleanliness so the building seen dull and some escalator didn’t work. The line was arguably quiet.
After 20 minutes finally I arrived at Batu Caves. Some interesting views in Batu Caves that I got:
Top Left: The corridor that was used to sold souvenirs after exit from Batu Caves Station
Top Right: The Murugan Statue that became the icon of Batu Caves tourism.
Bottom Right: Took off the shoes before entering Venkatachalapathi temple
Bottom Left: Food stalls around Batu Caves.
And before moved to Petronas Twin Tower, I decided to lunch at a food stall around Batu Caves. Most of food stalls were managed by Malaysian Indians because Batu Caves was their worship place.
When Airport Coach arrived in KL Sentral at 10:03. My first destination was Batu Caves. But to lighten my backpack, I would leave my bacpak at hotel although it wasn’t time to checked in and I would only bring folding bags that I filled with drinking bottle, wallet, passport, mobile phone and camera.
The hotel that I chose was Westree Hotel on Jalan Tun Sambanthan precisely at south-east of KL Sentral.
I chose it because it was very close to Airport Coach and Skybus Shelter in KL Sentral because on tommorow I had to fly to Singapore by Scoot Airlines. So on tomorrow I must go to KLIA2 around 4:30 am.
I booked it 9 days before by Agoda with price about Rp. 331.772 / night (very cheap to be occupied by 2 adults and 1 child). The price includes tourism tax 10 Ringgit (since September 1, 2017, Malaysia imposed tourist stay tax of 10 Ringgit per night).
Very close….. Just 3 minutes walking to Airport Coach and Skybus Shelter
Left: As soon as Airport Coach arrived in KL Sentral, I just needed to got out from a corridor to Tun Sambanthan Street
Right: Tun Sambanthan Street was dedicated to Malaysian Indian leader who be one of Malaysia’s founding fathers. Hotel Westree is precisely located on the edge of this street.
Top Left: Westree Hotel’s front door which precisely on the edge of Tun Sambanthan Street and just opposite from the street is Airport Coach and Skybus shelters.
Top Right: Lobby Hotel Westree
Bottom Right: When checked-in, hotel receptionist ask about 40 Ringgit for a deposit and can be taken back when checking out
Bottom Left: Hotel cleanliness is usually reflected in the cleanliness of toilet. Westree Hotel’s toilet is very clean.
The majority of Westree Hotel’s employees of are Malaysian Indian because the hotel is located in Brickfields area that was known as Kuala Lumpur’s Little India. Several time ago the area around this hotel are brick producer.
The staffs was generally helpful and friendly. Receptionint staff gave me Kuala Lumpur Tourism Map.
I checked-in to hotel at 5:00 pm after I satisfied got around Kuala Lumpur then checked-out on next day at 04:15 to went to KLIA2.
Jika bertemu turis Eropa dan Amerika tuh ya bikin ngiler, karena mereka rata-rata memiliki jadwal cuti yang panjang hingga berminggu-minggu bahkan lebih dari sebulan. Nah ketika mereka nanya ke Gw berapa lama lo cuti….yes tepat 12 hari…..sedihhhh….hahaha.
Tapi Gw ga nyerah….dengan waktu yang sedikit ini Gw akan berkeliling dunia.
Kembali ke masalah waktu….Setiap Gw transit pendek atau liburan 3-4 hari saat weekend plus tanggal merah ke negeri orang selalu Gw manfaatkan untuk explore kota yang Gw singgahin.
Artikel ini pun bercerita bagaimana Gw menghabiskan waktu selama 7 jam di tengah kota Kuala Lumpur antara jam 10:00 – 17:00
1. Batu Caves.
Perjalanan dimulai dari jam 10:30 dari KL Sentral. Menggunakan kombinasi bus gratis KTM 1 dan kereta komuter Sentul – Batu Caves.
Kiri: Bus gratis KTM1 (KL Sentral-Stasiun Sentul)
Kanan: Kereta komuter (Stasiun Sentul – Stasiun Batu Caves)
Jam 12:06 Gw tiba di Batu Caves. Ini adalah kali kedua Gw berkunjung ke tempat ini. Tidak ada yang berubah sejak 4 tahun lalu, hanya ada beberapa renovasi di beberapa bagian kuil.
Kiri Atas: Patung Hanuman
Kanan Atas: Gw ga tahu itu kuil apa….yang jelas ini berada tepat dibelakang patung Hanuman
Kanan Bawah: Venkatachalapathi Temple
Kiri Bawah: Patung Murugan
Wisata di Batu Caves ini Gw tutup dengan makan siang di Dhivya’s Café – sebuah warung makan India di halaman depan Batu Caves -. Cukup makan nasi goreng dengan harga 4 Ringgit.
2. Petronas Twin Tower
Jam 14:42 Gw tiba kembali di KL Sentral menggunakan jalur dan moda transportasi yang sama ketika menuju Batu Caves. Dari KL Sentral Gw berpindah menggunakan LRT Kelana Jaya Line seharga 2,4 Ringgit dan akhirnya Gw sampai di KLCC (Kuala Lumpur City Centre). Keluar melalui KLCC Exit Jalan Ampang akhirnya Gw menemukan Petronas Twin Tower.
Panas menyengat mengharuskan Gw mengambil foto gedung kembar ini tepat saat ada awan menghalangi sinar matahari. Ketika awan sudah bergerak membuka kembali sinar matahari ke bumi maka Gw kembali berteduh di bawah pohon di halaman gedung kembar itu. Begitu seterusnya hingga banyak turis memperhatikan keanehan Gw….hahaha
Kiri Atas: Exit gate KLCC menuju Jalan Ampang
Kanan Atas: Jalan Ampang
Kanan Bawah: Suria KLCC mall bersebelahan dengan Petronas Twin Tower
Kiri Bawah: Petronas Twin Tower.
Setelah mengabadikan Twin Tower dan beberapa landmark disekitarnya, Gw segera beranjak menuju Pavillion di Bukit Bintang menggunakan GOKL City Bus.
3. Pavillion Bukit Bintang
Menggunakan bus gratis GOKL, Gw berkesempatan untuk kembali singgah di Pavillion, Bukit Bintang sekitar pukul 16:18. Tema Easter membuat dekorasi di pelataran Pavillion terlihat sangat menarik mata.
Kiri Atas: Air mancur di depan Pavillion
Kiri Bawah: Sephora Mall….Pusat Kosmestik dan perawatan kulit di Bukit Bintang
Tengah: Hotel bintang lima JW Marriot Bukit Bintang
Kanan: Tema Easter di halaman depan Pavillion
Gw hanya 20 menit berada di Pavillion dan segera menuju Petaling Street di Pasar Seni.
4. Petaling Street
Menuju Petaling Street, Pasar Seni, Gw kembali menggunakan bus gratis GOKL dan pukul 16:53 Gw tiba di terminal Pasar Seni.
Gw hanya bertanya kepada orang lokal di sekitar Pasar Seni untuk menunjukkan arah Petaling Street. Bapak setengah baya dengan baik menujukkan ke Gw arah menuju kesana. Dengan berjalan kaki menuju Petaling Street, gw menyapu suasana Pasar Seni yang sudah berubah lebih maju daripada 2014 silam. Dalam 7 menit Gw sampai di Petaling Street.
Kiri Atas: Stasiun MRT Pasar Seni
Kanan Atas: Gerbang depan Petaling Street
Kanan Bawah: Bagian dalam Petaling Street
Kiri Bawah: Suasanan jalanan di depan gerbang Petaling Street
Petaling Street masih belum begitu ramai pengunjung karena Gw datang kesana sekitar jam 5 sore, para pedagang sedang bersiap-siap dengan barang dagangannya. Gw hanya membeli gantungan kunci disini.
Dan Petaling Street menjadi destinasi terkahir pada trip kali ini. Karena Gw harus bersiap menuju Singapura.
Artikel ini telah diupdate kembali pada 18 Agustus 2019….Silahkan membaca kembali….Salam backpacker.
Pada tahun 2014, Aku pernah mengunjungi Batu Caves. Saat itu Aku bertolak dari KL Sentral menuju Batu Caves menggunakan kereta komuter Laluan Seremban dengan tarif masih 2 Ringgit.
30 Maret 2018, Aku kembali mengunjungi Kuala Lumpur dan maksud hati hendak berkunjung ke Batu Caves kembali. Tetapi ketika ingin membeli tiket di konter tiket komuter KL Sentral ternyata kereta komuter ke Batu Caves saat itu tidak dapat melayani penumpang dari KL Sentral. Aku tahu info ini karena Aku merhatiin bule yang bicara sama petugas konter. Akhirnya kuputuskan keluar dari antrian sebelum benar-benar sampai di depan petugas konter tiket.
Aku akhirnya menuju konter informasi KL Sentral untuk menanyakan cara menuju ke Batu Caves. Menurut petugas informasi, untuk menuju Batu Caves, Aku harus menggunakan Free Bus KTM 1 dari KL Sentral ke Stasiun Sentul. Nah dari Stasiun Sentul baru dilanjutkan menggunakan kereta komuter menuju Batu Caves. Aku bertanya dimanakah letak free bus itu berada, ternyata bus itu berada sejajar dengan Shelter Airport Coach/Aerobus/Sky Bus di KL Sentral.
Papan Petunjuk yang terletak di depan shelter Skybus KL Sentral yang mengarahkan turis menuju bus KTM 1 menuju Stasiun Sentul
Petunjuk di lantai menuju Bus KTM 1
Bus KTM 1 sedang parkir di Stasiun Sentul.
Free bus KTM ini akan jalan jika penumpang sudah penuh, Aku sih ga perlu nunggu untuk dapat tempat duduk. Begitu masih muat maka Aku segera naik. Perjalanan dari KL Sentral menuju Stasiun Sentul menempuh waktu kurang lebih 25 menit di jalanan yang tergolong lancar.
Begitu tiba di Stasiun Sentul, Aku segera menuju ke dalam stasiun untuk membeli tiket kereta komuter. Aku langsung beli tiket pulang-pergi karena lebih murah 1 Ringgit daripada belinya one-way. Begitu menyerahkan uang 5 Ringgit maka Aku mendapatkan pass card untuk masuk ke jalur kereta. Kartu ini lah yang akan membawaku kembali ke Stasiun Sentul lagi ketika pulang.
Bagian dalam Stasiun Sentul
Konter tiket Stasiun Sentul
Pass card (Stasiun Sentul-Batu Caves pp)
Kereta Komuter yang mengangkut penumpang dari Stasiun Sentul ke Batu Caves
Begitu masuk ke jalur kereta ternyata kereta komuter sudah menunggu. Kereta buatan Tiongkok ini berhenti cukup lama untuk menunggu penumpang dan membiarkan semua kursi terisi penuh.
Terlihat jelas pada route board diatas pintu kereta masih ada KL Sentral point, ini menunjukkan bahwa pada awalnya kereta ini melewati KL Sentral untuk menuju ke batu Caves, tetapi jalur itu sudah dirubah dan diperpendek menjadi Stasiun Sentul-Batu Caves.
Yang kuperhatikan arus penumpang naik dan turun sepanjang perjalanan menuju Batu Caves sangatlah sepi, hal ini terlihat pula dari beberapa bangunan stasiun yang dilewati seperti kurang terawat kebersihannya sehingga bangunan nampak kusam dan beberapa escalator tidak berfungsi. Jalur ini boleh dibilang sepi.
Setelah berjalan selama 20 menit akhirnya Aku tiba di Batu Caves.
Berikut beberapa view menarik di Batu Caves yang kudapatkan:
Koridor yang dimanfaatkan berjualan souvenir setelah keluar dari Stasiun Batu Caves
Patung Murugan yang menjadi icon dari wisata Batu Caves
Melepas sepatu sebelum masuk ke Venkatachalapathi temple
Warung makan di sekitar Batu Caves.
Dan sebelum berpindah destinasi ke Petronas Twin Tower, Kuputuskan untuk lunch di warung makan sekitar Batu Caves. Warung makan yang tersedia kebanyakan dikelola oleh warga Malaysia keturunan India karena memang Batu Caves adalah tempat peribadatan mereka kebanyakan.