Foto Lama di Bab Al Bahrain

<—-Kisah Sebelumnya

Aku menuruni Lantai 2 Souq Bab Al Bahrain: The Mall melalui escalator sisi selatan, untuk kemudian keluar melalui sisi timur Naseef Restaurant, kontan bau harum dari beragam menu yang dihidangkan di meja-meja makannya  menusuk hidungku dan bahkan mencemari seluruh isi ruangan Lantai 1, membuat ruangan Lantai 1 mengharum, lalu secara otomatis membangkitkan rasa lapar dalam perut sebeum aku benar-benar keluar dari pusat perbelanjaan itu.

Sudah lewat dari jam sebelas siang”, aku membatin, “Pantas perutku mulai keroncongan”.

Tetapi aku berjuang melupakan rasa lapar itu. Aku memilih untuk lebih cepat berada di jalanan kembali.

Menapaklah kaki di salah satu ruas Bab Al Bahrain Avenue. Jalan yang kulewati itu berada di antara bangunan mall di sisi barat dan deret pertokan sisi timur yang menawarkan sembarang jenis kebutuhan  kepada para pengunjung.

Akhirnya aku merelakan diri untuk mengulang kembali perjalanan di salah satu koridor Souq Bab Al Bahrain. Karena langkah itu hanya langkah ulangan di Souq Bab Al Bahrain sejam lalu, maka aku tak begitu memperhatikan barang-barang dagangan di sepanjang pasar tua tersebut.

Aku terus berfokus melangkah menuju utara….

Hingga akhirnya aku tiba di sebuah gerbang kota nan besar, megah, juga elegan. Aku lantas mendekat tepat di bawah gerbang. Mencoba untuk mencari berbagai informasi yang bisa menjelaskan “gerbang apakah itu?

Ternyata gerbang besar dua lantai itu minim sekali memberikanku informasi. Aku hanya melihat sebuah angka tahun dalam Bahasa Latin dan sebuang angka tahun dalam Bahasa Arab yang membuatku paham bahwa gerbang kota itu telah berusia 73 tahun.

Memiliki struktur bangunan dengan luasan tak kurang dari seribu meter persegi, gerbang kota itu terletak persis berada di tepian Government Avenue. Gagah bersemat lambang negara berlapiskan emas tepat di sisi tengah atas gerbang.

Bab Al Bahrain sendiri secara geografis terletak di tepian pantai utara Bahrain, benar-benar tepat di kawasan pusat bisnis Kota Manama. Gerbang inilah yang mewakili pintu masuk kejayaan kerajaan di masa lalu.

Bab Al Bahrain Avenue.
Bab Al Bahrain sisi dalam.
Bab Al Bahrain sisi luar.
Me!
Goverment Avenue di sekitar Bab Al Bahrain.

Gerbang kota itu sungguh menjadi pusat perhatian setiap  wisatawan yang melintas di sekitarnya. Aku yang merasa kesulitan untuk mengambil swafoto berlatarkan gagahnya gerbang itu akhirnya menyerah. Aku memutuskan menunggu pelancong lain yang datang demi mengambil foto untuk kemudian meminta bantuannya untuk mengambilkanku foto diri. Strategi itu akhirnya berhasil setelah seorang wisatawan wanita berkebangsaan Belanda sudi memfoto diriku di depan gerbang kota tersebut.

Seusainya, aku berusaha menaiki salah satu tangga menuju ke Lantai 2. Aku berusaha menemukan informasi lain yang mungkin masih tersembunyi dan belum kuketahui.

Benar saja, di Lantai 2 aku menemukan sebuah foto terpajang di salah satu sisi dinding. Tampak sebuah foto lama yang memperlihatkan seorang polisi sedang mengatur lalu lintas di Isa Al Kabeer Avenue. Sebuah foto yang menandai akhir eksplorasiku di Bab Al Bahrain.

Aku mulai melangkah pergi menuju ke utara yang tampak jelas bahwa sebuah jalan besar akan menghadang langkah…..Ya, itu adalah bentangan King Faisal Highway…..

Kisah Selanjutnya—->

Al Hadrami Avenue: Jalanan Membasah dan Pakaian pun Melembab

<—-Kisah Sebelumya

Melenggang dan melintas di depan Masjid Al Khawaja, aku mempercepat langkah karena gerimis mulai jatuh dengan intens, rintikannya menyertai setiap langkah kaki yang kuayunkan di sepanjang Bab Al Bahrain Avenue.

Aku terus melirik ke setiap sudut, mensimulasi jika hujan benar-benar tumpah. Mataku awas menatap setiap emperan pertokoan yang memungkinkan bagiku untuk berteduh ketika itu terjadi.

Benar saja, tak berselang lama usai berpikir demikan.

Byurrrr……

Hujan tumpah dari langit dengan derasnya. Aku yang sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut dengan cepat merapat ke sebuah halaman toko baju yang berdinding kaca di bagian depannya. Aku hanya sesekali berusaha menghindari tampias air hujan yang terbang terbawa angin dan menimpa segenap pakaianku.

Setengah jam lamanya aku menunggu di emperan toko itu, sesekali para penjaga toko melihat keberadaanku dari dalam ruangan. Tapi aku menghiraukan saja tatapan aneh mereka.

Hujan akhirnya berhenti….

Bajuku menjadi lembab seusainya, aku berusaha berdamai dengan keadaan itu. Aku pun melanjutkan langkah di tengah jalanan yang basah.

Dari kejauhan dua opsir polisi mengamati kedatanganku. Keduanya tampak gagah berperawakan Arab, berseragam biru muda dan menenteng senapan laras panjang di lengannya.

Aku berusaha bersikap normal di bawah tatapan keduanya, hingga kemudian langkahku benar-benar mendekatinya. Demi mencairkan suasana, aku menganggukkan kepala kepadanya sembari melempar senyuman.

Bersyukurnya diriku, mereka menanggapinya dengan senyuman pula, menjadikan langkahku tak lagi canggung ketika mulai memasuki area baru….Al Hadrami.

Al Hadrami adalah sebuah nama blok yang tentunya ditengarai dengan keberadaan Al Hadrami Avenue.

Sebelum tiba di jalan iru, aku menyusuri ruas terakhir Bab Al Bahrain Avenue yang memiliki lebar kurang lebih enam meter dengan bangunan pertokoan nan rapat di kiri dan kanannya. Sepengamatanku, pertokoan itu menjajakan berbagai model sepatu dan beragam tekstil berikut jasa jahitnya.

Bab Al Bahrain Avenue.
Al Hadrami Avenue.
Road 475.
Road 435.

Dari ruas itu, kemudian aku mengambil arah ke sebelah timur demi menggapai Al Hadrami Avenue.

Aku mulai menelusuri jalanan basah yang lebih sempit dari ruas jalan sebelumnya. Tetapi setidaknya Al Hadrami Avenue tampak lebih ramah karena keramaian para pengunjung yang melintas di tengah-tengah hapitan pertokoan nan padat. Kali ini pertokoan di sekitar jalanan berubah bentuk dagangan. Aku dengan mudah menemukan toko mainan anak-anak, toko peralatan rumah tangga, money changer dengan brand Travelex, toko emas dan berlian serta beberapa toko lain yang tampaknya dimiliki oleh warga keturuan Bangladesh.

Aku mulai memasuki percabangan-percabangan dari Al Hadrami Avenue. Kuperhatikan dengan seksama, jalan-jalan itu dinamai dengan tiga angka di setiap percabangannya.

Masuklah aku di ruas Road 475….

Jalanan itu tampak indah, pada langit-langit gang tak jarang ditemukan bentangan rapat bendera-bendera Bahrain berukuran kecil yang berjajar membentang di sepanjang tali yang dilintangkan antar sudut gang.

Aku begitu menikmati suasana sejuk setelah hujan mengguyur area Al Hadrami. Hingga tak terasa langkah kakiku akhirnya mengantarkan diri di salah satu pasar tertua di Manama….Pasar itu bernama Souq Bab Al Bahrain.

Ada apa saja di dalamnya, ya?….

Kisah Selanjutnya—->

Satu Jam di Bahrain Gold Souq

<—-Kisah Sebelumnya

Menjelang pukul sembilan malam, aku memutuskan pulang ke penginapan setelah puas mengeksplorasi Andalus Garden. Kunjungan di taman kota itu menjadi pengalaman eksplorasi perdanaku di Bahrain. Sesuatu yang mengesankan karena aku baru tiba pada sore hari, tepatnya dua jam sebelum mengunjungi taman kota tersebut.

Melangkahkan kaki di sepanjang Shaikh Isa Avenue menuju utara, dalam jarak kurang lebih tiga ratus meter, aku tiba di Plaza Hotel tempatku menginap.

Aku memutuskan untuk secepatnya berbasuh di bawah air shower hangat, lalu beranjak tidur lebih cepat.

Aku harus segera memulihkan stamina, masih ada petualangan panjang di beberapa hari ke depan”, aku membatin.

Dengan cepatnya aku terlelap di atas ranjang. Itu semua karena Lelah badan usai menempuh perjalanan panjang dari Muscat sejak pagi hari hingga tiba di Manama pada kesorean harinya. Aku melewati malam perdanaku di Manama dengan terlelap sempurna.

—-****—-

Pagi telah tiba…..

Aku terbangun tepat di saat kumandang adzan Subuh lirih terdengar dari balik jendela. Usai melaksanakan shalat, aku tak lagi tidur. Aku menyempatkan untuk mengisi daya baterai segenap peralatan elektronikku mulai dari baterai kamera, smartphone dan power bank.

Menyelesaikan berbasuh, maka aku pun bersiap melakukan eksplorasi di hari keduaku di Manama. Aku memulainya dengan bersarapan di kedai makan kecil khas India yang sejak malam sebelumnya telah kuputuskan menjadi kedai makan langgananku selama di Manama. Hal itu tentu karena harga menunya yang bersahabat dengan kantongku sebagai seorang backpacker.

Sarapan telah usai, untuk kemudian aku memutuskan menuju pusat kota. Kali ini aku menetapkan Bab Al Bahrain sebagai destinasi berikutnya yang akan kukunjungi.

Jaraknya yang tak jauh dari hotel, membuatku untuk memutuskan berjalan kaki saja menujunya.

Paling tidak aku membutuhkan waktu 30 menit berjalan kaki untuk tiba di tujuan”, aku bergumam.

Bergeraklah aku menuju utara melalui Shaikh Isa Avenue. Jalanan pagi itu masih lengang, sesekali titik air hujan jatuh dari langit, menandakan langit Bahrain berpeluang menumpahkan air hujan kapanpun sesukanya.

Tiba di Shaikh Abdulla Avenue, aku memutuskan menuju barat. Konsistensi langkah, akhirnya mengantarkanku untuk tiba di sebuah perempatan dimana Bab Al Bahrain Avenue berada.

Tetiba pandanganku tertuju pada sebuah bangunan unik di perempatan tersebut. Banyak pengunjung berlalu lalang dari pintu utama di lantai pertamanya.

Bahrain Gold Souq”, aku melihat sebuah nameboard yang terpampang di sisi atas gerbang utama bangunan itu.

Oh, pasar emas”, aku menyimpulkan.

Bab Al Bahrain Avenue.
Bahrain Gold Souq tampak depan.
Lantai Ground tampak dari Lantai 1.
Etalase toko emas di dalamnya.
Cari berlian juga ada kok….

Pasar emas itu bernama Bahrain Gold Souq. Aku akhirnya masuk ke dalamnya juga. Ketika berada di salah satu escalator, aku bisa mengamati bahwa BahrainGold Souq memiliki tiga lantai. Deretan bendera Bahrain tampak menjadi penghias langit-langit pasar.

Beberapa kios emas di setiap lantai tampak memamerkan koleksi yang membuat etalase toko menjadi kelihatan elegan. Sedangkan sebuah tempat penukaran uang berada di sis barat pasar. Adalah Travelex yang menjadi tempat penukaran uang ternama di pasar emas tersebut.

Sayangnya bangunan seluas 300 meter persegi itu tidak memiliki tempat parkir, sehingga mengurangi nilai strategis dari pasar emas tersebut. Tentu pengunjung akan sedikit kerepotan jika ingin berbelanja emas karena akan berjibaku untuk memarkir kendaraannya.

Aku hanya meluangkan waktu tak lebih dari satu jam untuk menikmati perniagaan di pasar emas tersebut, untuk kemudian aku bersiap melanjutkan perjalanan ke Bab Al Bahrain.

Kisah Selanjutnya—->