Coins in America-mura

From Namba Station I took Osaka Metro on Midosuji Line, not a single station which I passed, I got off at Shinsaibashi Station. Then started to taking steps south down Mido-suji Avenue. Mido-suji Avenue itself is a four-lane street flanked by slow lanes on either side. The slow lane and the fast lane are limited by rows of shady trees which are neatly arranged following the contours of road.

In the next three hundred meters, I would be at America-mura. Its close enough distance from Namba Parks made me interested in visiting the place at same time.

America-mura or as people call it Amemura is a nine-block American-designed village located right on the east side of Mido-suji Avenue, in Chūō-ku City District to be exact. The village is bounded in south by Dōtonbori Canal, to the north by Nagahori-dori Avenue while to the east by Osaka Metro Yotsubashi Line. America-mura occupies a land area of ​​no less than sixteen hectares. Wide isn’t it?

In front of New American Plaza.

Adopting American lifestyle, this area is very thick with the “Uncle Sam” brand. Entering an alley, my steps were greeted by a Starbucks outlet and a McDonald’s outlet following after. Fashion shops with Levi’s, Ralph Lauren, Calvin Klein logos and other well-known brands were very easy to find.

The alley in America-mura area is no more than five meters wide. Narrow path makes it be a one-way street. Street light pole is designed like a skinny and tall living character. Mural art is also easy to find on every side of America-mura. Along the edge of sidewalk installed bollards to protect pedestrians. Meanwhile, bicycle rentals are scattered at various points.

As long as you walk, America-mura is indeed designed as a place to shop. Fashion shops lined up very tightly cramming every side of road combined with bars, minimarkets, restaurants and of course lodging.

After almost an hour exploring every corner of Americamura, I was starting to feel hungry. The tantalizing aroma of East Asian food consistently scented the streets. I decided to start looking for a place to eat. Luckily, most restaurants in America-ura display their flagship menu prices at their doorstep. So each visitor can choose food according to their interests. As for me, it wasn’t about menu, I looked at each menu on display just to see what the lowest price was. It took a long time to find a restaurant to get pocket-friendly prices.

My steps finally stopped at a home-based restaurant which offering a frugal menu. This restaurant was managed by house owner and assisted by his son who seemed to be still in elementary school.

I sat on a corner seat opposite a table with a young office woman who seemed eager to eat noodle dish in front of her. I ordered chicken ramen and as usual for drinking, I relied on water provided in the teapot at every restaurant table. While sitting, I noticed the child’s agility in delivering orders after his father finished processing the menu.

Shortly after ordering, my chicken ramen came. I ate it while cracking a slurp of noodles in the bowl, of course I wanted to respect and showed that the restaurant owner’s chicken ramen was so delicious. The chicken ramen was gone in no less than fifteen minutes.

Nyammm….

Now I presented the next silence. I purposely paid with coins. Because I have a lot of coins accumulated from my adventures in Tokyo. When the boy handed a bill on small tray, I spilled a coin worth 600 Yen on the tray. The boy looked troubled and nervous to counting it. I just smiled amused to see him when he had to repeat in counting coins. The office woman next to my seat was laughing, covering her mouth with her hand.

Feeling given up in counting, he ran the tray over to counter and handed it to his father to counting. After finishing counting, his father wrote something on bill paper and his boy came back to me. Oh, his father wrote that I paid less than 12 Yen. I made up for it and the boy broadly smiled at me. I smiled back at him and started packing to leave the restaurant.

Uang Koin di Amerikamura

<—-Kisah Sebelumnya

Dari Stasiun Namba aku menaiki Osaka Metro di arus Midosuji Line, tak berselang satu stasiun pun, aku turun di Stasiun Shinsaibashi. Kemudian mulai mengambil langkah ke selatan menelusuri Mido-suji Avenue. Mido-suji Avenue sendiri berupa jalanan empat ruas yang diapit oleh jalur lambat di kiri-kanannya. Jalur lambat dan jalur cepatnya dibatasi oleh jajaran pepohonan rindang yang tertata rapi mengikuti kontur jalan.

Dalam tiga ratus meter ke depan, aku akan sampai di Amerikamura. Jaraknya yang cukup dekat dari Namba Parks membuatku tertarik untuk sekalian menyambangi tempat itu.

Amerikamura atau khalayak sana menyebutnya Amemura adalah perkampungan yang didesain ala Amerika sepanjang sembilan blok dan terletak persis di sisi timur Mido-suji Avenue, di Distrik Kota Chūō-ku tepatnya. Sebelah selatan perkampungan ini dibatasi oleh Dōtonbori Canal, sebelah utara dibatasi oleh Nagahori-dori Avenue sedangkan sebelah timur dibatasi oleh jalur Osaka Metro Yotsubashi Line. Amerikamura menempati lahan tak kurang dari enam belas hektar. Luas bukan?

Di depan New American Plaza.

Mengadopsi lifestyle bangsa Amerika, maka daerah ini sangat kental dengan brand Paman Sam. Memasuki sebuah gang, langkahku disambut oleh gerai Starbucks lalu gerai McDonald’s meyusul setelahnya. Toko-toko fashion dengan logo Levi’s, Ralph Lauren, Calvin Klein dan brand ternama lainnya sangat mudah ditemukan.

Gang di kawasan Amerikamura memiliki lebar tak lebih dari lima meter. Jalurnya yang sempit membuat arusnya dibuat satu arah. Tiang lampu jalan didesain bak karakter hidup yang ceking dan tinggi. Seni mural juga mudah ditemukan di setiap sisi Amerikamura. Sepanjang tepi trotoar dipasang bollard untuk melindungi pejalan kaki. Sedangkan persewaan sepeda bertebaran di berbagai titik.

Sepanjang kaki melangkah, Amerikamura memang didesain sebagai tempat berbelanja.  Toko fashion berjajar sangat rapat menjejali setiap sisi jalan berpadu dengan bar, minimarket, restoran dan tentunya penginapan.

Hampir satu jam berkeliling ke setiap sudut Amerikamura, aku mulai merasa lapar. Aroma menggoda makanan khas Asia Timur konsisten mencemari jalanan. Aku memutuskan untuk mulai mencari tempat makan. Beruntungnya, kebanyakan restoran di Amerikamura menampilkan harga menu andalannya di depan pintu. Jadi setiap pengunjung bisa memilih makanan yang sesuai dengan minatnya. Kalau aku, bukan perihal menu, aku menilik setiap menu yang terpampang hanya untuk melihat berapa harga terendahnya. Lama sekali mencari restoran untuk mendapatkan harga yang bersahabat dengan kantong.

Langkahku akhirnya terhenti pada sebuah restoran rumahan yang menawarkan menu hemat. Restoran ini dikelola oleh si empunya rumah dibantu oleh anak laki-lakinya yang tampak masih bersekolah dasar.

Aku duduk di bangku pojok berselang satu meja dengan perempuan kantoran berusia muda yang tampak bersemangat menyantap sajian mie di depannya. Aku memesan chicken ramen dan seperti biasa untuk minum, aku mengandalkan air putih yang disediakan dalam teko di setiap meja restoran. Dalam duduk, aku memperhatikan kelincahan anak itu dalam mengantarkan pesanan setelah bapaknya selesai mengolah menunya.

Tak lama setelah memesan, chicken ramenku pun datang. Aku menyantapnya sambil membunyikan serutupan mie di mangkok, tentu aku ingin menghormati dan menunjukkan bahwa chicken ramen si empunya restoran begitu nikmat. Chicken ramen itu habis tak kurang dari lima belas menit.

Nyammm….

Kini aku menampilkan kekonyolan berikutnya. Aku sengaja  membayar dengan uang koin. Karena  aku memang memiliki banyak uang koin yang terkumpul sedari petualanganku di Tokyo. Ketika si anak memberikan bill di nampan kecil, aku menumpahkan koin senilai 600 Yen (Rp. 81.000) di nampan itu. Si anak terlihat kerepotan dan gugup menghitungnya. Aku hanya tersenyum geli melihatnya ketika dia harus mengulang-ulang dalam menghitung koin itu. Perempuan kantoran di sebelah bangku pun tampak tertawa menutup mulut dengan tangannya.

Merasa menyerah menghitungnya, si anak melarikan nampan itu ke meja kasir dan menyerahkan kepada bapaknya untuk menghitung. Setelah selesai menghitung, si Bapak menuliskan sesuatu pada kertas bill dan si anak kembali menujuku. Oh, si Bapak menuliskan bahwa aku membayar kurang 12 Yen. Aku menggenapi kekurangan itu dan si anak tersenyum lebar menatapku. Aku membalas senyumnya dan mulai berkemas untuk meninggalkan restoran.

Kisah Selanjutnya—->