Gagal Total Bertamu di Taj Mahal

Gebu semangat menyongsong Taj Mahal yang tak lebih tinggi dari nyali remeh temeh dalam menaklukkan dinginnya setiap tetes air yang keluar dari shower goStops Agra telah mempermalukan diriku sendiri di sebuah Sabtu pagi.

Jarum di angka 7 persis, taxi yang kami sewa harian melalui sharing cost tiba dan si pengemudi telah menunggu di lobby hostel sembari mendekapkan erat kedua tangannya sebagai pertanda bahwa dia telah diterpa kedinginan yang menusuk di luar sana.

Mau tahu harga sewa taxi putihnya?….Boleh….Rp. 240.000 yang dibagi empat orang. So, Rp. 60.000 harus kurelakan untuk naik diatas rodanya.

Bersikat gigi tanpa mandi, aku menghampiri dan mengajaknya bercakap sembari menunggu 3 turis lain turun. “No need long time to reach Taj Mahal, brother”, tutur pertamanya sembari menggeleng-geleng kepala ala India menjadi pembuka percakapan pagi itu. “Nice”, timpalku sembari sibuk membenahi winter jacket dan shall yang melingkar di leher.

Sepuluh menit selanjutnya, asap knalpotnya mulai mengakuisisi kabut tebal di sepanjang Agra-Bah Road. Benar saja katanya, 15 menit kemudian dia meminta kami turun dan menunjuk sebuah bajaj seharga Rp. 40.000 untuk melanjutkan perjalanan menuju Taj Majal Eastern Gate. Tak menjadi masalah dengan harga karena bajaj itu akhirnya kami tunggangi berempat….Dasar turis tak beradab….Hahaha.

Jam 07:30, para turis telah mengantri berburu tiket seharga Rp. 98.000
Tiketku digenggaman

Bodoh sangat!…..Rasa ingin tahu yang membabi buta telah menutup logikaku pagi itu. Tak pernah berfikir jernih sedari berangkat meninggalkan hostel bahwa badai kabut tebal kota Agra akan menutup pelataran Taj Mahal secara sempurna….Ah, aku berdiri lama menghela nafas panjang kesal di gerbang masuk Taj Mahal. Tak mampu melihat apapun 10 meter didepan. Hanya kabut tebal yang membuatku perlahan membeku.

Tak ada pilihan, suka tak suka, aku harus mulai menjelajah Taj Mahal dengan jaminan pasti bahwa aku tak akan pernah menikmati kemolekannya secara sempurna.

Aku mulai menaiki tangga perlahan memasuki gerbang pertama situs termasyhur itu. Gerbang pertama ini bernama Jilau Khana.

Area sekitar Jilau Khana atau sering disebut forecourt. Bahasa Jawanya “halaman depan”.

Yang terjadi sungguh di luar nalar. Belum juga selesai menikmati merah batanya Jilau Khana, langkah kaki otomatisku tak terbendung mendekat ke bangunan utama. Taj Mahal bak magnet bagi siapa saja yang berkunjung.

Jalan penghubung antara Jilau Khana dan gerbang utama

Sebelum tiba di bangunan utama….Sekitar 100 meter kemudian, aku mencapai gerbang utama nan agung.

Namanya Darwaza-i-rauza atau sering disebut Great Gate

Mulai terdengar keluhan para bule itu sembari menyalahkan sang kabut.”I can’t take a picture!”, keluhnya kepada sesama temannya. Kecut tersenyum dengan sunggingan sebelah bibir, aku tak memperdulikan kekecewaan yang sama.

Lihatlah ukiran di bagian dalam Darwaza-i-rauza itu!

Lalu dimana bangunan utama Taj Mahal yang selalu diburu para traveler dunia?

Yup….350 meter di utara Darwaza-i-rauza adalah letak Taj Mahal, makam dua sejoli yang melegenda. Shah Jahan sang raja dan Mumtaz Mahal sang permaisuri keturunan Persia yang konon cantik luar biasa.

Tak berlama waktu, aku segera memasang penutup sepatu untuk kemudian bersiap memasuki Taj Mahal

shoe cover akan diberikan saat membeli tiket.

Layaknya masjid, Taj Mahal dilengkapi dengan empat minaret di setiap sisinya. Kebesaran kerajaan Mughal tercermin dari setiap jengkal Taj Mahal yang tersusun dari marmer putih yang didatangkan khusus dari Rajashtan dan batu safir yang dikirim dari Sri Lanka.

Minaret setinggi 40 meter dengan dinding silinder.

Hal menggelitik lain ketika mengunjungi Taj Mahal adalah dikala setiap pengunjung berjalan teratur mengikuti alur yang sudah dibuat petugas untuk menikmati setiap sisi ruang utama Taj Mahal dimana makam Mumtaz Mahal berada. Tiga polisi bersenjata lengkap mengawasi setiap pengunjung dengan cermat. Terkadang mereka berseloroh ke beberapa turis untuk segera melangkah karena keasyikan mengambil photo dan membuat alur jalan menjadi macet.

Dinding Taj Mahal
Jendela Taj Mahal
Indahnya seni kaligrafi  Taj Mahal
Lumayan lah….Daripada tidak sama sekali

Begitulah adanya, Taj Mahal yang berusia 372 tahun ini memang mempesona. Tak khayal, 4 juta wisatawan tertarik mengunjunginya setiap tahun.

Selesai menikmati Taj Mahal, maka aku segeran undur diri dan kembali ke eastern gate menuju taxi yang menungguku.

Aku kembali ke timur….Kamu mau kembali lewat mana?

28 thoughts on “Gagal Total Bertamu di Taj Mahal

Leave a Reply to morishigeCancel reply