Jangan Menyerah menuju Golden Rock, Myanmar

Tepat jam 5 pagi staff Agga Youth Hotel bisik-bisik membangunkanku di dormitory….khawatir 11 turis lain ikut terbangun…hihihi.

Beberes 15 menit tanpa mandi akhirnya Saya bertolak menggunakan taxi menuju terminal Aung Mingalar di utara. Kehebatan transportasi umum (bus dan taxi) Myanmar adalah penggunaan bahan bakar gas. Sehingga jarang terlihat asap hitam di jalanan kota Yangon.

Taxi menempuh jarak 24 Km dalam 55 menit. Karena masih pagi sekali dan bus akan berangkat jam 07:30 akhirnya Saya putuskan untuk sarapan nasi goreng plus telur dadar seharga 1.000 Kyat (Rp. 10.000) di sekitaran terminal bersama para biksu, sopir dan para kondektur…..”mirip sudah Gw sama orang Myanmar”.

Gbr 1

Bus, Thanaka dan Sarapan murah

Menunggu 30 menit di dalam bus sebelum berangkat, perhatianku tertuju pada si kondektur, pipi ber-thanaka, mondar-mandir, mulut menyirih, sesekali meludahkan sirihnya ke sebuah kotak kecil tertutup di atas dashboard. Sepertinya doi peduli kebersihan daripada penyirih lain yang meludah sembarangan.

Bus berangkat tepat waktu. Dalam sekejap meninggalkan kota Yangon dan mulai memasuki jalanan pedesaan. Sering berpapasan dengan traktor mesin para petani di jalanan.

Jam 10:10 bus beristirahat di sebuah rumah makan untuk toilet break. Berhenti selama 15 menit dan kembali melanjutkan perjalanan .

Gbr 2

Intercity Bus dan rumah makan beserta artis lokalnya.

Di tengah perjalanan satu demi satu penumpang lokal mulai turun, karena Saya tidak tahu berada di daerah mana, akhirnya bertanyalah ke kondektur. Untuk memudahkan bahasa isyarat, kutunjukkan saja foto Golden Rock di HP ku….yessss, doi langsung mengacungkan jempol tanda OK dan mengerti Saya minta diturunkan disana.

Jam 11:25 Saya dibangunkan kondektur…..”udah sampai “, katanya berbahasa Myanmar sambil nunjuk-nunjuk ke sebuah truk yang mengangkut orang. Faham, aku disuruh naik truk itu…..yang kutahu memang Golden Rock itu diatas bukit.

Kinpun Station….nama terminal akhir bus yang kunaiki. Okay mulailah beli tiket truk ke kondektur yang teriak-teriak penuh semangat mencari penumpang.

“OK santai aja”, batinku….naik aja tar juga nyampai……..

Gbr 3

Menumpang truk dengan tarif 3.000 Kyat (Rp. 30.000)

10 menit truk berjalan , semua berubah….muka tegang, mulut terdiam, sering bernafas dalam-dalam….ternyata truk berlari membelah jurang diatas jalan beton tanpa pagar besi penghalang di kedua sisi….Pasrah dan banyak berdzikir (hanya saja aku tak berani berdzikir keras-keras karena saat itu sedang ada pertengkaran kaum muslim dengan kaum Buddhis di salah satu daerah Myanmar).

Kepanikan bertambah ketika Saya tahu salah satu ban truk terlihat hampir gundul. Saya melihatnya saat truk berhenti untuk beristirahat di pertengahan jalan. “Naik ke atas aja perlu istirahat, mau seberapa lama aku harus melewati ketegangan ini”….Belum lagi sore nanti saat turun….naik truk lagi…..Hadeuhhh.

Jujur saat naik ke atas, sempat ngebatin, harusnya ga perlu ke tempat ini andai tahu kondisi menuju sana mengerikan.

Setelah menempuh ketegangan selama 45 menit sampai juga diatas. Sejuk dan dingin seperti Puncak-Bogor. Sesaat terlupa ketegangan itu.

Membeli tiket masuk seharga 6.000 Kyat (Rp. 60.000) dan melewati metal detector di gerbang masuk, ternyata Saya masih harus berjalan lagi menelusuri beberapa anak tangga untuk mencapai pelataran Golden Rock.

Gbr 4Beberapa anak-anak yang tak kuat berjalan bisa naik jasa gendong anak

Ya bolehlah Golden Rock…..sebuah batu kuning emas yang telah mengalami keseimbangan selama 2.500 tahun dan tidak terjatuh ketika benar-benar terletak di bibir jurang. Konon ada rambut Buddha yang mengganjal batu ini sehingga tidak terjatuh.

Secara ilmiah Saya pun tak tahu teorinya bagaimana…..?
Gbr 5

Kiri atas: Gerbang masuk ke pelataran Golden Rock

Kanan atas : Golden Rock beserta Kyaiktiyo Pagoda diatasnya

Kanan bawah dan kiri bawah : Pelataran Utama Golden Rock

Gbr 6

Setelah melihat sekeliling dan mengambil beberapa foto akhirnya Saya putuskan untuk turun karena harus mengejar jadwal bus kembali ke Yangon. Bus terakhir jam 16:30 kata kondektur bus pagi tadi.

Menahan nafas kembali menggunakan truk menuju ke bawah bukit. Ditengah perjalanan mataku tertuju pada sebuah papan proyek yang mengatakan bahwa sedang dibangun proyek cable car menuju ke Golden Rock….Ya, perjalanan Saya kesana adalah tahun 2015, dan berdasar informasi cable car itu sudah beroperasi pada Desember 2017.

Jadi siapa yang mau kesana dan naik si Cable Car?

Bagi-bagi pengalaman ya gaes kalau sudah naik !

24 thoughts on “Jangan Menyerah menuju Golden Rock, Myanmar

  • Pasti ngeri-ngeri sedap naik itu truk ya, mas. Memacu adrenalin… Hahaha

    Btw, itu orang-orang yang pada nyirih kok mengingatkan saya akan tanah Papua dan Sumatra Utara ya; terlebih di Papua, bahkan pemuda di sana saking suka nyirihnya sampai pinggir jalan banyak bercak merah karena mereka pada nyirih sembari jalan 🙂

    Salam.

    • Wah yang ini Saya speechless…..hampir nyerah….Tapi setelah turun …rasanya plong banget…..seneng bisa menyambangi tuh tempat….hihihi. Tapi kalau suruh kesana naik truk lagi…ga mau mas….kalau cable car boleh lah😂.
      Pernah ke Papua mas? Keren ya disana? Impian yg blm terwujud…bersyukur mas sudah kesana….Kaimana? Raja Ampat?..hadeuh, ngileeer….ya kalau masyarakat suka nyirih gitu Susah Susah gampang….pasti sisa sirih ada dimana mana….

      • Saya ke Papua di Tembagapura dan Kuala Kencana, mas. Waktu itu urusan kantor kok, jadi nggak sempat berkelana.

        Kaimana masuk bucket list saya tahun depan nih hehehe. Raja Ampat, mmm kalau ada sponsor sih mau saja 🙂

        Salam.

      • Wah walaupun kerja yang penting udah menginjakkan kaki disana toh….Jarang-jarang orang di sebelah barat bisa ke bagian Timur Indonesia….nanti klo jadi ke Kaimana Dan R. Ampat jangan lupa jepret Dan tulis mas….biar Saya ikut liat…hihihi

      • Siap, mas. Pasti di-sharing kisahnya.

        Sekarang lagi kejar tulisan Sulawesi dulu nih, baru pulang teroka ke Gorontalo. Juga Borneo bagian Selatan, belum semua kisah ditulis… hehehe

      • Hahahaha… Kebetulan saja dapat kesempatan, mas. Semakin keliling negeri ini, makin jatuh cinta sama Indonesia. Sangaaaaat kaya… hehehe

        Salam

  • You can also add the widget “google translator”. It’s not as good as your english but it will translate the article to lots of different languages not just English (with some mistakes, of course but I think people are forgiving). If you wnat to add it you menu, go to “appearances” then to “widget”. It should be there to add.

    But I’ll be happy to wait for your English version.

    • Hi Caroline…nice to follow your adventures…nice views and experiences…Oh ya….every articles in my site have 2 Language… Indonesian and English…I also have Google translate in my article ..

Leave a Reply